Saturday, January 12, 2019

Ini Lho The Day He Arrives (2011)

The Day He Arrives adalah satu lagi film Hong Sang-soo yang berhasil menembus Cannes Film Festival dimana film ini diputar peradana di kategori Un Certain Regard pada tahun 2011 lalu. Kali ini Hong kembali membungkus filmnya dengan format hitam putih, format yang bukan pertama kali ia gunakan alasannya dalam film  Virgin Stripped Bare by Her Bachelors yang rilis tahun 2000 pun Hong menggunakan format hitam putih. Aktor langganan Hong, Yoo Jun-sang yang total pernah lima kali berkolaborasi dengan sang sutradara juga kembali bermain dalam film ini sebagai aksara utamanya. Yoo Jun-sang berperan sebagai Seong-joon, mantan sutradara film yang kini bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah film dan tinggal di pedesaaan, meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai sutradara. Dalam The Day He Arrives diceritakan Seong-joon gres saja datang di Seoul untuk bertemu dengan sahabatnya, Young-hoo (Kim Sang-joong). Tapi alasannya tidak terlebih dahulu menghubungi Young-hoo, Seong-joon pun terpaksa harus berjalan-jalan dulu di Seoul menunggu kabar dari sahabatnya tersebut. Beberapa daerah ia kunjungi, dan beberapa orang ia temui selama ia berada di Seoul. 

Salah satu orang yang dikunjungi oleh Seong-joon ialah mantan pacarnya, Kyung-jin (Kim Bo-kyung). Disana keduanya saling mengutarakan perasaan mereka secara emosional dimana mereka bergotong-royong masih sama-sama menyayangi namun akibatnya tetapkan untuk benar-benar berpisah kali ini dan tidak akan pernah lagi saling menghubungi meski hanya lewat sms. Selepas dari ruma Kyung-jin, Seong-joon pun kembali mengunjungi beberapa tempat. Disinilah ceritanya mulai sedikit absurd dimana kita akan diajak melihat Seong-joon dan Young-hoo mengunjungi beberapa daerah secara berulang-ulang entah itu di hari yang berbeda atau dalam satu hari yang sama namun sebagai alternate reality. Beberapa orang pun secara bergantian ikut bersama Seong-joon dan Young-hoo mulai dari Bo-ram (Song Seon-mi), sobat perempuan dari Young-hoo yang juga mengajar di sekolah film, Joong-won (Kim Eui-seong) seorang mantan bintang film yang pernah bermasalah dengan Seong-joon, hingga pemilik cafe daerah mereka minum-minum, yaitu perempuan berjulukan Ye-jeon (diperankan juga oleh Kim Bo-kyung) yang selalu pergi meninggalkan cafe yang ia miliki.

Terkadang saya merasa signature seorang sutradara sanggup menjadi kelebihan yang luar biasa alasannya menjadi penanda serta ciri khas dalam filmnya yang berbeda dari film-film lain. Namun hal itu juga sanggup menjadi sebuah kekurangan apalagi jika signature yang ia miliki terlalu banyak dan terlalu sering ia ulangi dalam film-filmnya. Kekurangan itu jugalah yang saya rasakan ketika menonton The Day He Arrives. Hong punya banyak signature mulai dari pergerakan kamera, karakterisasi, konten cerita, hingga aneka macam adegan yang selalu muncul dalam film-filmnya semisal obrolan di meja makan yang ditemani botol-botol soju hingga konflik yang memunculkan momen penuh kecanggungan. Dan pada akibatnya semua hal yang selalu saya lihat ketika menonton film-film Hong tersebut juga muncul dalam film ini. Hal itupun akibatnya menciptakan saya tidak terlalu terpukau dengan The Day He Arrives walaupun faktanya film ini digarap dengan baik, punya karakterisasi yang mendalam, konten kisah sederhana namun maksimal, serta alur yang berjalan unik meski untuk film-film Hong alurnya tidak unik alasannya sudah pernah ia munculkan di filmnya yang lain. Apalagi ini ialah kali ketiga dalam satu bulan saya menonton film karya Hong yang mungkin menciptakan saya sedikit bosan dengan gayanya yang selalu berulang.
Cerita filmnya sendiri sudah terlihat dari judulnya, hanya saja cara Hong bertutur menciptakan alurnya menjadi sedikit absurd dan dreamy. Kisahnya sederhana, yakni perihal aneka macam obrolan yang sedikit menjadikan konflik antara karakternya dengan fokus utama terletak pada sosok Seong-joon dan kisah cinta serta masa lalunya. Namun ibarat yang Hong tampilkan di In Another Country, film ini akan memperlihatkan bagaimana sebuah situasi atau obrolan yang sama sanggup menghadirkan dampak yang berbeda dalam beberapa situasi. Dari situlah dasar mengenai alternate reality-nya mulai terbentuk. Segala hal yang terjadi dalam film ini nampak terjadi dalam satu hari yang sama, ibarat judulnya yang mengambarkan bahwa semuanya terjadi pada hari dimana Seong-joon datang di Seoul. Kejadian dan dialognya nampak berulang meski punya dampak yang berbeda bagi saya alasannya Hong coba mengangkat perihal bagaimana sosok Seong-joon masih saja terjebak di masa lalunya entah dalam hubungan romansa atau dalam statusnya sebagai mantan sutradara. Karena itulah kisahnya terus berulang di hari yang sama dan meskipun aneka macam momen atau dialognya punya dampak yang berbeda, pada akibatnya konklusi yang muncul pun mengambarkan bahwa semuanya masih sama saja, dimana Seong-joon tetaplah "terjebak" di masa lalunya.

Dari beberapa obrolan yang muncul, The Day He Arrives juga berkisah perihal coincidence. Suatu kebetulan yang terjadi memang seringkali terasa begitu ajaib, sama ibarat bagaimana secara "kebetulan" Seong-joon mengalami insiden yang sama berulang kali dalam film ini. Tapi lagi-lagi struktur plotnya tidak lagi terasa istimewa alasannya saya sudah pernah melihat ini sebelumnya dalam film Hong Sang-soo. The Day He Arives pun jadinya hanya ibarat rangkuman serta pengulangan dari aneka macam signature yang dimiliki Hong Sang-soo. Tapi saya cukup yakin bahwa evaluasi saya ini muncul alasannya saya menonton karya-karya Hong dalam waktu berdekatan dan kebetulan The Day He Arrives termasuk yang belakangan sehingga terasa sebagai pengulangan, padahal faktanya film ini rilis terlebih dahulu dibandingkan In Another Country yang saya anggap bagus itu. Tapi tetap saja ini menjadi bukti bahwa fokus Hong yang lebih pada kedalaman kisah namun menggarap lebih banyak didominasi aspeknya dengan cara yang sama sanggup menjadikan kebosanan. Bahkan jikalau ditilik lebih dalam, aspek yang coba diceritakan oleh Hong tidaklah jauh berbeda dalam masing-masing filmnya. Pasti akan ada sosok aksara yang sedih, kesepian, menjalin sebuah cinta yang ia yakin tidak akan berhasil, serta mengangkat perihal bagaimana obsesi dan nafsu para laki-laki Korea terhadap wanita-wanita cantik. 

Hong juga seolah selalu memperlihatkan sebuah relfeksi diri dalam aksara yang muncul di filmnya. Mayoritas karakternya ialah sutradara film ibarat Hong. Dan dalam The Day He Arrives ada Seong-joon yang telah menciptakan empat film namun berhenti dan secara tersirat saya sanggup menangkap alasan ia berhenti ialah alasannya filmnya kurang menerima respon yang positif, serta kurang laris di pasaran. Hal yang sama juga terjadi pada Hong dimana meski film-filmnya diapresiasi di pekan raya luar negeri, namun di Korea filmnya kurang begitu diminati. Sebuah kalimat yang dilontarkan Seong-joon juga seolah menjadi curahan hati Hong, dimana salah satu impian dan keyakinan Seong-joon ialah bahwa suatu hari nanti orang-orang akan menonton lagi filmnya, tepatnya disaat mereka sadar seberapa bagusnya film-film tersebut. Pengemasan hitam putih dalam film ini memang menguatkan mood serta atmosfer kesepian dan kesedihan yang ada. Tapi lagi-lagi film ini terasa terlalu familiar dan kurang mengena bagi saya. Mungkin suatu hari nanti saya akan mengunjungi lagi The Day He Arrives dan sanggup saja menyadari bahwa ini ialah sebuah masterpiece.....atau mungkin tidak.

Artikel Terkait

Ini Lho The Day He Arrives (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email