Saturday, January 12, 2019

Ini Lho We're The Millers (2013)

Sudah selayaknya Jennifer Aniston dikenal sebagai "Ratu Komedi Romantis" sehabis beberapa tahun terakhir film-film romcom yang ia bintangi selalu menuai kesuksesan finansial meski secara kualitas tidak bisa dibilang bagus. Namun memasuki tahun 2012 lalu, filmnya bersama Paul Rudd yang berjudul Wanderlust diluar dugaan flop meski menerima respon yang tidak terlalu jelek dari kritikus. Apakah penonton sudah mulai bosan melihat sosok Aniston yang begitu-begitu saja dan jarang mengambil pilihan tugas berbeda menyerupai yang ia lakukan di Horrible Bosses? Namun ternyata daya tarik Aniston belum habis dan itu terbukti lewat We're the Millers yang punya longetivity anggun di Box Office. Film yang menggabungkan Aniston dan Jason Sudeikis ini mampu mengumpulkan totla $248 juta dan hingga dikala ini merupakan komedi paling laku di tahun 2013 mengalahkan The Heat. Apa resep kesukessan film ini? Mungkin kalau hanya menggabungkan Aniston dan Sudeikis film ini tidak akan sesukses itu, namun formula komedi bakir balig cukup akal dengan rating R yang penuh humor ofensif dan jorok nampaknya punya efek besar dalam kesuksesan komersil film ini.

Kaprikornus akan segila apakah We're the Millers? Seperti yang sudah dijelaskan judulnya kita akan berkenalan dengan keluarga Miller yang terdiri dari David (Jason Sudeikis), istrinya Rose (Jennifer Aniston) serta kedua anak mereka, Kenny (Will Poulter) dan Casey (Emma Roberts). Sekilas mereka yakni keluarga yang hangat dan bahagia, tapi yang mengakibatkan keluarga ini "gila" yakni fakta bahwa bekerjsama mereka bukanlah keluarga sungguhan. Keluarga Miller dibuat oleh David yang merupakan pengedar narkoba untuk membantu misinya menyelundupkan marijuana dari Meksiko. Rose sendiri yakni seorang striper yang terlilit hutang sehabis kekasihnya pergi. Kenny yakni remaja 18 tahun yang ditinggal ibunya dan hingga dikala ini masih perjaka, belum pernah berciuman dan kurang bisa berdekatan dengan wanita. Yang terakhir yakni Casey, gadis 15 tahun yang hidup di jalanan sehabis kabur dari rumah.Empat orang "bermasalah" tersebut terpaksa membentuk keluarga palsu alasannya kebutuhan mereka akan uang. Tentu saja sulit bagi mereka untuk akrab, tapi menyerupai yang sudah bisa ditebak konflik demi konflik yang terjadi sepanjang perjalanan akan menyatukan keluarga palsu ini.

Tentu saja kisahnya berjalan dan berakhir dengan klise dan gampang ditebak. Ceritanya memang menggabungkan orang-orang dengan hidup awut-awutan dan duduk kasus eksklusif namun jangan harapkan ada studi aksara mendalam. Memang ada unsur road movie disini tapi jangan harapkan juga ada kisah-kisah menyentuh perihal pelajaran hidup menyerupai Little Miss Sunshine misalnya, alasannya tujuan We're the Millers memang hanya sebagai hiburan dalam bentuk komedi bakir balig cukup akal yang jorok dengan dongeng kekeluargaan sebagai pemanis. Tapi toh meski tidak membedah terlalu dalam dongeng perihal kekeluargaan dan psikologis karakternya, film ini masih menghadirkan konflik yang menarik dimana porsi tiap-tiap tokohnya terasa berimbang. Keempatnya punya subplot yang menampilkan problema masing-masing. Ironisnya dongeng perihal Kenny yang berguru perihal perempuan dan berciuman ataupun Casey yang berpacaran dengan laki-laki berandalan dan pencariannya akan sosok keluarga jauh lebih menarik dan mengena daripada dongeng seputar dua tokoh utamanya, David dan Rose khsusunya dongeng cinta yang terjalin diantara keduanya. Tapi secara keseluruhan chemistry yang terjalin diantara mereka berempat cukup berhasil dan memperlihatkan kehangatan yang unik pada keluarga Miller.
Untuk ukuran komedi dengan rating R, We're the Millers tidaklah terlalu vulgar. Tetap masih ada dialog-dialog jorok dan banyolan fisik berbau seksual menyerupai buah zakar yang abses atau tarian seksi Jennifer Aniston, tapi semuanya masih dalam kadar secukupnya. Tapi dengan kegilaan yang masih agak tanggung itu We're the Millers masihlah sebuah hiburan yang menyenangkan. Tidak terlalu banyak momen yang bisa menciptakan saya tertawa terbahak-bahak, tapi saya tetaplah betah mengikuti petualangan keluarga gila ini. Selain alasannya korelasi antara The Millers yang menarik, tidak adanya aksara yang annoying juga membantu saya menikmati film ini. Seolah menjadi tren, film komedi Hollywood hampir selalu menampilkan aksara super menyebalkan menyerupai yang kita lihat dalam The Hangover ataupun The Heat. Hal itu selalu mengganggu saya apalagi kalau humornya miss. Tapi untungnya We're the Millers tidak melaksanakan hal yang sama. Hingga karenanya dikala humornya kurang berhasil saya tetap bisa terhibur oleh korelasi yang terjalin antara mereka berempat. Tapi bicara soal komedi, saya rasa momen komedi terbaik yakni adegan french kiss yang sangat lucu itu.

We're the Millers bukan tontonan serius jadi jangan memikirkan semua yang terjadi dalam film ini dengan serius pula. Seperti yang saya bilang film ini minim penelusuran aksara dalam, hingga banyaknya plot hole perihal dongeng penyelundupan narkoba yang jadi fokus utamanya. Jelas ada banyak kebodohan dalam alurnya hingga hal-hal yang sangat dipaksakan. Tapi toh hal itu sama saja dengan mempertanyakan bagaimana sebuah boneka Teddy Bear bisa berbicara dalam film Ted. Pada karenanya We're the Millers cukup berhasil dalam memperlihatkan hiburannya. Komedi bakir balig cukup akal sedikit tanggung yang cukup berhasil hingga dongeng pencarian keluarga dari masing-masing karakternya yang berjalan cukup manis dan menyenangkan berkat chemistry berpengaruh diantara mereka. Setidaknya film ini juga menjadi bukti bahwa Jennifer Aniston masih punya daya tarik andai beliau lebih berani lagi dalam mengeksplorasi aksara miliknya meski bentuk keberanian itu hanya sekedar melaksanakan tarian striptease yang begitu menggoda.

Artikel Terkait

Ini Lho We're The Millers (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email