Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho The Devil's Backbone (2001)

Imajinasi luar biasa seorang Guillermo del Toro dalam menyajikan filmnya memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Visualisasi yang ia lakukan terhadap dunia dalam filmnya selalu unik dan penuh imajinasi liar. Begitu pula dengan desain karakter-karakter yang muncul mulai dari sosok Hellboy yang pembiasaan komik hingga sosok Faun dalam film Pan's Labyrinth yang tidak hanya unik namun juga ikonik. Tentunya sangat menarik jikalau del Toro menggarap sebuah film hantu. Nyatanya sang sutradara sudah pernah melaksanakan hal tersebut 11 tahun kemudian disaat namanya belum mencapai puncak ketenaran, sebelum ia menyuguhkan pada kita salah satu film pembiasaan komik terbaik, sebelum ia menawarkan sebuah dongeng ala Alice in Wonderland dalam nuansa gothic yang kental. Tentu saja kita tidak akan disuguhkan sebuah horror hantu-hantuan yang konvensional dalam The Devil's Backbone. Film ini ber-setting pada tahun 1939 disaat terjadi perang sipil di Spanyol. Ceritanya berfokus pada seorang bocah berjulukan Carlos (Fernando Tielve) yang tinggal di sebuah panti asuhan setelah sang tutor meninggalkannya disana. Tapi ternyata hari-hari pertama Carlos disana tidak berjalan terlalu menyenangkan.

Carlos harus menerima gangguan dari sesama anak panti asuhan berjulukan Jaime (Íñigo Garcés) dan Jacinto (Eduardo Noriega), seorang penjaga sekolah yang tidak ramah serta tidak segan bertindak kasar. Tapi yang paling mengerikan dan misterius ialah disaat Carlos melihat sosok hantu bawah umur sejak hari pertama ia tiba di panti asuhan tersebut. Daripada menyajikan sebuah film horror hantu konvensional mengenai hantu yang muncul untuk menakut-nakuti bahkan melukai korbannya, dalam film ini Guillermo del Toro lebih menentukan pendekatan yang berbeda. The Devil's Backbone bukanlah sebuah horror hantu-hantuan biasa yang murni bertujuan untuk menakuti penontonnya. The Devil's Backbone ialah apa yang disebut sebagai sebuah ghost tale. Dunia yang diciptakan oleh del Toro dalam film ini ialah dunia dimana insan dan hantu memang hidup berdampingan dengan motif dan tujuan masing-masing. Biasanya kita disuguhkan sebuah film hantu yang hanya menampilkan sosok hantu sebagai makhluk yang murni jahat, otoriter tanpa klarifikasi yang niscaya atau hanya perihal sosok hantu yang ingin balas dendam saja dengan menakut-nakuti tanpa sebuah karakterisasi yang mendalam, maka the one who sighs dalam film ini terasa lebih mendalam.

Meski masih menyimpan unsur balas dendam, tapi kita akan lebih melihat sang hantu sebagai sosok yang sedih, gloomy dan bisa menarik simpati penonton akan nasibnya. Hantu dalam film ini bukanlah sekedar objek yang digunakan untuk menakut-nakuti, bahkan kemunculan banyak sekali penampakan bukanlah sekedar ajang narsis hantu tersebut untuk pamer kengerian tapi lebih kepada usahanya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang masih hidup. Hanya saja, sosok si hantu memang menyeramkan sehingga tiap kali kemunculannya selalu terasa nuansa yang cukup menegangkan dan mengerikan. Bahkan kalau dilihat, tampilan hantu disini tidak hanya dibentuk asal seram, tapi jugabisa dibilang cukup beralasan. Seringkali dalam film horror sosok hantu tampilannya agak tidak nyambung dengan sosoknya semasa hidup atau penyebab kematiannya. Namun hantu dalam The Devil's Backbone tidak menyerupai itu. Tanpa bermuluk-muluk membuat sosok angker yang berlebihan, hanya dengan bermodalkan make-up yang sederhana tapi sangat elok dan nuansa filmnya yang gelap dan kelam, meski jarang muncul tapi tiap kali ada penampakan maka itu ialah momen yang menegangkan. 
Fokus utama dari film yang punya judul orisinil El Espinazo Del Diablo ini memang bukan hanya untuk menakut-nakuti penonton, tapi juga menjabarkan dongeng yang ada dalam kawasan berhantu tersebut dengan baik dan niat, bukan sekedar asal tempel. Malah bisa dibilang daripada horror film ini lebih kental unsur drama yang dipadukan dengan thriller, hanya saja didalamnya ada sosok hantu yang membuat film ini punya unsur horror. Dengan temponya yang lambat dan kemunculan penampkan yang tidak terlalu sering, mungkin film ini akan mengecewakan bagi para penggemar horror konvensional atau pembenci film drama bertempo lambat. Tapi harus diakui bahwa drama yang disuguhkan oleh film ini sangatlah kuat. Berbagai dongeng perihal balas dendam, keserakahan, iri dengki, hingga cinta dan nafsu tidak luput dibahas dalam film ini. Hebatnya, semua dongeng tersebut bisa menyatu dengan baik dengan unsur horror yang ada. Sebuah pencapaian elok yang jarang sekali ditemui dalam film horror kebanyakan. Masing-masing tokoh (termasuk si hantu) punya dongeng dan konflik langsung masing-masing yang akan dibahas disini tanpa mengesampingkan salah satu diantaranya. Semua dikupas secara seimbang. 

Satu hal yang mencolok namun terasa tidak berarti dalam film ini ialah sebuah bom raksasa yang menancap di halaman panti asuhan. Tidak mungkin rasanya hal mencolok macam itu tidak punya makna dalam film dan hanya untuk gimmick semata. Ada beberapa interpretasi yang diungkapkan beberapa pihak, tapi saya sendiri memiliki sebuah interpretasi akan keberadaan bom tersebut. Bom sebesar itu yang memang dibentuk untuk menghancurkan justru tidak meledak dan tidak merenggut nyawa satu orangpun. Ironisnya,sebuah ledakan yang bukan berasal dari bom justru membuat sebuah bencana yang begitu menyedihkan. Bagi saya itu terasa menyerupai sebuah simbol mengenai potensi terjadinya sebuah hal yang sangat buruk. Sebenarnya justru sifat jelek insan sendirilah yang bisa memicu terjadinya sebuah tragedi. Pertama kali bom tersebut jatuh juga merupakan sebuah menerangkan awal dari kejadian yang akan memicu banyak sekali bencana di kemudian hari. The Devil's Backbone memang sebuah karya yang jago dari Guillermo del Toro. Menggabungkan drama yang besar lengan berkuasa dan horror yang efektif membuat filmnya terasa begitu mengikat tanpa ada momen membosankan meskipun memiliki tempo yang lambat. Oya, opening film ini juga mengingatkan saya pada adegan pembuka pada film Pan's Labyrinth. Lagipula setting waktu kedua film ini juga berdekatan yakni pada simpulan perang sipil dan beberapa tahun sesudahnya.


Artikel Terkait

Ini Lho The Devil's Backbone (2001)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email