Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho The Yellow Sea (2010)

Setelah mengawali debut dengan The Chaser yang brutal dan menegangkan, sutradara Na Hong-jin kembali lewat film keduanya, The Yellow Sea yang rilis dua tahun kemudian. Lewat The Chaser Na Hong-jin memang bisa membuat sebuah crime-thriller yang begitu menegangkan dan terasa begitu emosional. Layaknya thriller Korea yang sedang terkenal kini ini, The Chaser juga punya banyak momen brutal dan berdarah meski masih dalam taraf yang normal. Dalam film keduanya ini, Na Hong-jin kembali mengajak dua pemeran yang menjadi tokoh utama dalam The Chaser yaitu Ha Jung-woo dan Kim Yoon-seok, bedanya di The Yellow Sea keduanya bertukar kiprah dimana Ha Jung-woo menjadi protagonist dan Kim Yoon-seok yaitu tokoh antagonist. Judul film ini sendiri diambil dari sebuah nama maritim yang memisahkan Cina dan Korea dimana maritim tersebut nantinya juga akan menjadi turning point dalam kehidupan tokoh utama film ini, Gu-nam (Ha Jung-woo, seorang supir taksi yang tengah menjalani kesulitan hidup. 

Gu-nam sebetulnya yaitu orang Korea yang kemudian menentukan menjadi imigran ke Cina. Disana ia bekerja sebagai seorang supir taksi. Tapi pekerjaannya tersebut tidak cukup untuk membiayai kehidupannya dan istrinya. Karena itulah sang istri kemudian menentukan pergi ke Korea untuk mencari pekerjaan, sedangkan Gu-nam menentukan tetap di Cina dan melanjutkan kehidupannya sebagai supir taksi. Waktu terus berjalan hingga enam bulan berlalu, tapi tidak ada kabar dari sang istri. Gu-nam sendiri makin mengalami kesulitan finansial dan terjebak hutang besar. Hobinya bermain mahjong juga turut membuat keuangannya makin buruk. Dalam kondisi itulah tiba-tiba ia mendapatkan sebuah usulan pekerjaan dari seorang bos kriminal berjulukan Myun-ga (Kim Yoon-seok). Myun-ga menjanjikan sejumlah uang yang bisa melunasi semua hutang Gu-nam. Tapi tentunya pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan biasa. Myun-ga meminta Gu-nam untuk membunuh seseorang di Seoul. Meskipun awalnya menolak, alhasil Gu-nam mendapatkan pekerjaan tersebut. DI Seoul Gu-nam alhasil tidak hanya menjalankan pekerjaannya tapi juga mencoba mencari sang istri. Tapi ternyata semuanya tidak berjalan sesuai rencana.

The Yellow Sea dimulai dengan cukup lambat. Sampai sekitar 45 menit pertama filmnya berjalan dengan tempo yang lambat, minim obrolan dan terasa kelam. Bagi penonton yang kurang sabar berpotensi "menyerah" pada momen ini alasannya yaitu bosan. Tapi sehabis itu, diawali dari sebuah kejutan yang dibalut dengan brutal, filmnya mulai bergerak cepat dan menegangkan. Sama ibarat nasib Gu-nam yang berubah sehabis kejutan tersebut, begitu juga filmnya berjalan. Pada bab ini, konflik yang dimunculkan semakin meluas. Ya, kalau dibandingkan dengan The Chaser yang "hanya" seputar germo yang mencari seorang pembunuh PSK, konflik dalam The Yellow Sea jauh lebih luas dan bercabang. Awalnya memang kita hanya disuguhi konflik perihal kiprah Gu-nam untuk membunuh sambil sesekali diselingi pencarian yang ia lakukan terhadap sang istri. Tapi sehabis turning point tersebut, kisahnya bertambah luas dan makin rumit. Tidak hanya melibatkan Gu-nam, tapi juga termasuk polisi, dan masuknya dua kubu gangster Cina dan Korea dalam ceritanya. Mudah selain memperluas lingkup cerita, kemunculan banyak sekali pihak tersebut turut membuat kisahnya bertambah rumit. Memang pada paruh kedua ini temponya makin cepat. Kita akan disuguhi adegan kejar-kejaran yang cukup seru, belum lagi banyak sekali momen brutal penuh darah yang disajikan dalam jumlah yang tidak sedikit. Yang membuat adegan perkelahiannya makin brutal yaitu alasannya yaitu pemakaian senjata tajam mulai dari pisau hingga kapak yang sangat dominan. Setelah paruh pertama yang lambat, paruh kedua berjalan cepat, intens dan penuh darah.
Namun seiring dengan temponya yang makin cepat, misteri dan kisahnya juga semakin rumit. Hal itulah yang membuat The Yellow Sea tetap tidak gampang diikuti meskipun temponya sudah semakin cepat. Daripada "berbaik hati" menunjukkan tanggapan misterinya secara gamblang, Na Hong-jin lebih menentukan membuat penontonnya memeras otak. Kita dituntut untuk berpikir cukup keras dan teliti dalam menonton film ini semoga bisa mengungkap fakta sebetulnya dari misteri yang ada. Bahkan hingga pada ending-nya pun kita dituntut untuk bisa menarik kesimpulan sendiri. Oya film ini juga punya sebuah credit-scene yang cukup misterius, dan kalau interpretasi saya betul, maka adegan di credit tersebut yaitu sebuah momen yang amat ironis khususnya bagi Gu-nam sehabis apa yang dialaminya sepanjang 140 menit durasi filmnya. Ya, tidak tanggung-tanggung, The Yellow Sea berjalan nyaris dua setengah jam dimana hal itu sekali lagi menambah faktor yang membuat film ini bukanlah film yang gampang diikuti khususnya bagi penonton yang kurang sabar dan tidak menyukai film dengan jalan dongeng yang rumit, berdurasi panjang dan diawali dengan lambat. Saya sendiri beranggapan bahwa konfliknya yang luas justru mengurangi keseruan film ini. Berbeda dengan The Chaser yang lebih sempit, lebih terfokus dan lebih personal, The Yellow Sea begitu ambisius dalam menghadirkan konfliknya dengan luas dan rumit. Sayangnya hal itu membuat ketegangan berkurang dan saya tidak terlalu mencicipi ikatan emosional yang berpengaruh dengan karakternya ibarat apa yang saya temui di The Chaser. 

Diluar segala konflik dan misterinya, The Yellow Sea yaitu sebuah citra tepat perihal kebusukan insan yang bersedia saling bunuh demi kepentingan pribadi. Manusia seringkali lebih buas daripada binatang buas itu sendiri. Disaat rasa sakit hati dan kerakusan akan harta menguasai maka menghabisi nyawa orang lain bukan lagi menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Sedangkan sosok Gu-nam menggambarkan seseorang yang mengalami kesulitan finansial dan bersedia melaksanakan apapun untuk menyambung hidup. Mungkin yang terasa agak kurang yaitu persoalan dan keraguan yang (seharusnya) dirasakan oleh Gu-nam ketika melaksanakan kiprah membunuhnya. Kenapa hal tersebut tidak disoroti? Sepertinya alasannya yaitu film ini terlalu berusaha menyoroti konflik yang jauh lebih besar dan luas sehingga hal yang lingkupnya lebih personal ibarat itu terlewatkan. Untuk urusan akting, saya paling suka Kim Yoon-seok yang berperan sebagai Myun-ga. Sosok Myun-ga tak ubahnya binatang buas yang telah kehilangan perasaan dan berdarah dingin. Myun-ga bisa dibilang telah bertransformasi dengan tepat sebagai binatang buas. Penampilan Kim Yoon-seok mengingatkan saya akan Choi Min-sik di I Saw the Devil yang sama brutal dan sadisnya. Secara keseluruhan The Yellow Sea masih dibawah The Chaser meski menyajikan konflik yang lebih besar dan rumit. Meski begitu film ini tetaplah tergarap dengan sangat baik dengan penggarapan adegan agresi yang maksimal dan seru.


Artikel Terkait

Ini Lho The Yellow Sea (2010)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

2 comments

July 9, 2019 at 1:25 AM delete

Tulisannya banyak yang copy paste punya orang ya..

Reply
avatar
November 6, 2019 at 8:05 PM delete

yang penting pengetahuan terbagikan :)

Reply
avatar