Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho The Expendables 3 (2014)

Setelah The Expendables sukses mewujudkan mimpi para penggemar film action dengan menggabungan para bintang film laga veteran, sekuelnya diluar dugaan sanggup tampil lebih baik dan menjadi salah satu film agresi paling menghibur yang pernah saya tonton. Bisa dibilang The Expendables 2 adalah apa yang selama ini ditunggu para penggila action dengan menghadirkan rangkaian adegan agresi eksplosif, nama-nama besar yang semakin banyak, hingga sentuhan komedi yang banyak mengambil tumpuan dari filmografi para aktornya. Karena itulah beban dari film ketiganya sebetulnya cukup berat, alasannya paling tidak harus menyamai kualitas film keduanya. Meski beberapa nama menyerupai Chuck Norris, Bruce Willis dan Van Damme tidak kembali, Expendables 3 masih menghadirkan nama-nama besar lain menyerupai Wesley Snipes, Antonio Banderas, Mel Gibson hingga Harrison Ford. Sedangkan beberapa darah muda menyerupai Kellan Lutz, Glen Powell, Victor Ortiz hingga juara UFC perempuan Ronda Rousey turut meramaikan film ini. Kehadiran mereka berdasarkan Stallone ialah untuk menjadi daya tarik bagi para penonton muda termasuk anak-anak. Hal itu jugalah yang menciptakan film ketiga ini mengincar rating PG-13 daripada R meski saya ragu bawah umur tertarik untuk menonton orang-orang bau tanah berotot saling berkelahi dan berkelahi tembak.

Kali ini tim Expendables ditugaskan oleh biro CIA berjulukan Max Drummer (Harrison Ford) untuk menghalangi rencana pengiriman bom ke Somalia oleh seorang pedagang senjata misterius yang populer kejam. Karena kekurangan orang, kesannya direkrutah Doctor Death (Wesley Snipes) spesialis medis yang juga merupakan salah satu anggota orisinil dari Expendables. Misi tersebut awalnya berjalan lancar hingga kesannya diketahui bahwa sang pedagang senjata ialah Conrad Stonebanks (Mel Gibson) yang tidak lain merupakan salah satu pendiri Expendables selain Barney Ross (Sylvester Stallone). Bagi Barney hal ini mengejutkan alasannya ia selama ini menduga bahwa Stonebanks telah usang tewas. Tidak hanya itu, dalam baku tembak yang terjadi Stonebanks juga menembak Caesar (Terry Crews) dan membuatnya harus dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Dalam situasi inilah Barney yang merasa tidak ingin membahayakan nyawa teman-temannya menentukan membubarkan tim dan menentukan untuk merekrut bawah umur muda dalam misi menangkap Stonebanks. Dengan dukungan Trench Mauser (Arnold Schwarzenegger), Barney dan tim barunya ini mulai memburu Stonebanks, meninggalkan para Expendables tua, meskipun pada kesannya sudah bisa ditebak bahwa orang-orang bau tanah itu tetap akan diperlukan guna menghentikan Stonebanks.
Sebenarnya baik naskah maupun adegan agresi yang ditampilkan dalam film-film Expendables tidak pernah luar biasa, apalagi pada masa dimana The Raid menjadi pujaan para penggila action menyerupai sekarang. Yang membuatnya Istimewa dan menghibur ialah alasannya adegan agresi tersebut dilakukan oleh para bintang laga legendaris yang pernah besar di kala 80 hingga 90-an. Film pertamanya begitu biasa, hanya saja itu ialah pertama kalinya kita meihat Stallone, Statham, Jet Li, Lundgren, Willis dan Arnie dalam satu film sehingga tetap terasa menghibur. Sedangkan film keduanya makin memahami apa sebetulnya esensi dari Expendables, yaitu menunjukkan kesenangan-kesenangan tak berotak dan tidak terlalu menganggap serius filmnya. Siapa yang tidak terhibur melihat Chuck Norris menghabisi sepasukan musuh sendirian kemudian mengolok-olok dirinya sendiri? Siapa juga yang tidak tersenyum lebar ketika Willis berkata "I'll be back" dan dibalas "Yippie Kai Yai" oleh Arnie? Sayangnya sehabis melewati film kedua yang amat memuaskan, Expendables 3 seolah melupakan segala formula sukses dan esensi tersebut. Bahkan sebetulnya ditinjau dari susunan pemainnya, Mel-Ford-Banderas-Snipes tidaklah semegah Willis-Norris-Van Damme yang mereka gantikan.

Paruh awal film ini sebetulnya cukup menghibur dengan adegan agresi yang seru berkat sosok Wesley Snipes. Karakter Doctor Death di awal memang mencuri perhatian dengan segala kegilaan dan kenekatannya ber-parkour ria, mengingatkan saya pada abjad Blade milik Snipes. Tapi sehabis itu semua daya tariknya mengendur. Film agresi yang menghadirkan sebuah tim selalu punya daya tarik dalam adegan perekrutan timnya, tapi tidak dengan film ini. Di tengah para bintang film laga legendaris, apa menariknya melihat Stallone dan Kelsey Grammer satu per satu menemui rekrutan muda Expendables? Pertama terperinci alasannya para bintang gampang ini bukan siapa-siapa dibandingkan para orang bau tanah Expendables. Kedua, abjad mereka sama sekali tidak menarik. Akhirnya sekitar 15 menitan adegan perekrutan itu terasa terlalu lama, buang-buang waktu dan membosankan. Belum lagi ketika kesannya keempat anak bau kencur ini lebih banyak menerima screen time dibandingkan mereka yang tua. Ronda Rousey memang mencuri perhatian lewat kemampuan bertarung yang ia miliki, tapi tiga orang sisanya benar-benar membosankan termasuk Kellan Lutz. Statham tidak berkesempatan pamer kemampuan pisaunya, Lundgren yang di film pertama ialah orang gila dan di film kedua begitu lucu kali ini hanya pajangan, Arnie tidak lebih dari kamus quote berjalan, Jet Li? Dia masih saja disia-siakan.
Tidak hanya itu, Terry Crews yang selalu mencuri perhatian dengan lisan besarnya itu hanya terbaring di rumah sakit saja, sedangkan Randy Couture yang kurang menarik justru "dipertahankan". Wesley Snipes sempat begitu mencuri perhatian diawal sebelum kesannya makin berkurang porsinya di final meski beliau merupakan salah satu anggota orisinil Exxpendables dan seharusnya menciptakan beliau juga punya "ikatan" dengan Stonebanks. Antonio Banderas mungkin yang paling menghibur dengan karakternya yang banyak omong. Tapi bukan itu yang saya harapkan dari Banderas. Bukankah lebih keren menjadikannya sebagai seorang pembunuh yang bersenjatakan senapan di dalam case gitar? Sedangkan Mel Gibson sebetulnya bermain manis sebagai sosok villain. Caranya mengintimadasi tidak kalah dari Jean Villain di film kedua. Sayangnya perkelahian terkahirnya di titik puncak dengan Stallone benar-benar buruk. Berlangsung sangat singkat tanpa ada greget sama sekali. Begitu jauh dibandingkan pertarungan Stallone-Van Damme yang cukup seru dan menghadirkan tendangan khas JCVD. Tentu saja ini amat mengecewakan mengingat abjad Stonebanks dikisahkan sebagai musuh paling berbahaya sekaligus paling personal bagi Expendables. Pada kesannya baik aspek "paling berbahaya" dan "paling personal" sama sekali tidak terjamah, alasannya adegan Stallone marah-marah dengan ekspresi abnormal kepada Mel Gibson tidak bisa dimasukkan sebagai eksplorasi konflik.

Satu lagi hal yang mengecewakan ialah alasannya film ini terasa terlalu serius. Expendables 2 terasa menghibur alasannya tidak ragu melontarkan aneka macam macam jokes konyol dengan timing sempurna sambil sesekali mengolok-olok jajaran cast-nya. Film ketiga ini memang masih punya beberapa one-line lucu menyerupai "Let's get to the chopper" atau "knife before christmas", dan Wesley Snipies pun sedikit mengolok-olok kehidupan nyatanya, tapi secara keseluruhan film ini kurang interaksi yang menghibur antar karakternya. Tidak usah film keduanya yang kaya akan hal itu, bahkan film pertamanya pun mempunyai interaksi ikonis antara Stallone-Willis-Schwarzenegger di gereja, sedangkan film ketiganya benar-benar miskin akan hal itu. Padahal aspek itulah yang menyelamatkan kualitas naskah dari franchise ini yang selalu dangkal jikalau tidak mau dibilang bodoh. Tanpa sentuhan meta jokes tersebut, naskah Expendables 3 hanya berakhir menjadi naskah yang terbelakang dan penuh lubang tanpa ada guilty pleasure di dalamnya. Salah satu yang paling mengganggu ialah karakternya yang muncul dan pergi "sesuka hati". Film keduanya memang menunjukkan Chuck Norris, Arnold dan Willis muncul dan menghilang tiba-tiba, tapi menyerupai yang saya bilang ada kesenangan yang menciptakan saya memaafkan kebodohan tersebut. Sedangkan disini ketika Arnie, Ford dan Jet Li tiba-tiba muncul tanpa alasan jelas, yang terasa hanyalah plot hole yang bodoh.

Dengan gampang The Expendables 3 menjadi yang terburuk dalam franchise ini. Nampaknya Sylvester Stallone lupa esensi sesungguhnya dari menciptakan Expendables, yakni mengumpulkan para bintang film veteran untuk tampil dalam sebuah film agresi brainless yang bodoh, tidak serius tapi menyenangkan. Kaprikornus keputusan untuk menunjukkan lebih banyak screentime pada bintang mudanya yang membosankan. Diantara mereka berempat saya harap hanya Ronda Rousey yang dipertahankan di film berikutnya. Saya harap film keempatnya kembali mengerti bagaimana cara untuk bersenang-senang. Kabarnya Pierce Brosnan dan Hulk Hogan bakal bergabung, tapi franchise ini butuh suntikan banyak hal gres biar lebih segar. Mungkin membawa para Expendables ke Asia untuk bertemu dengan Jackie Chan, Donnie Yen, Tony Jaa, atau mungkin Iko Uwais? 

Artikel Terkait

Ini Lho The Expendables 3 (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email