Thursday, January 17, 2019

Ini Lho Footloose (2011)

Saya belum menonton versi tahun 1984 yang dibintangi Kevin Bacon, tapi aku sangat menyukai soundtrack-nya yang dinyanyikan oleh Kenny Loggins. Sebuah lagu dengan nada yang gampang dinikmati meskipun liriknya sangat cheesy tapi dengan kesederhanaan itu lagu Footloose ialah sebuah lagu yang sanggup dengan gampang dinikmati dan membuat orang yang mendengarkannya jadi ingin bergoyang mengikuti iramanya. Untuk film versi aslinya sendiri cukup sukses dengan berhasil mendapatkan penghasilan diatas $80 juta. Dimata kritikus sendiri film tersebut tidak buruk-buruk amat meskipun juga bukan termasuk film dance yang kualitasnya amat bagus. Kaprikornus apakah sutradara Craig Bewer dan pemain drama Kenny Wormald sanggup membuat remake yang setidaknya sanggup menandingi semangat film aslinya?

Kisahnya masih tidak berbeda dengan film aslinya dimana Ren McCormack (Kenny Wormald) ialah seorang perjaka dari Boston yang gres saja pindah ke sebuah kota kecil berjulukan Bomont sesudah sang ibu meninggal dunia. Bomont ialah sebuah kota kecil yang punya aturan amat ketat dimana para cukup umur dibatasi oleh jam malam, dihentikan menyetel musik terlalu keras, bahkan dihentikan menari. Peraturan ekstrem tersebut diciptakan oleh seorang Pendeta berjulukan Shaw Moore (Dennis Quaid) yang tiga tahun sebelumnya telah kehilangan puteranya dalam sebuah kecelakaan bersama empat orang cukup umur Bomont lainnya sepulangnya mereka dari pesta. McCormack yang mengasihi tarian terang tidak sanggup mendapatkan peraturan ini dan berusaha melaksanakan perlawanan. Disisi lain beliau juga menyukai puteri sang pendeta, Ariel (Julianne Hough) yang juga punya jiwa pemberontak terhadap segala peraturan ketat sang ayah.
Film ini dibuka dengan penuh energi dalam sebuah adegan dance yang diiringi lagu original Footloose. Sebuah pembuka yang menyenangkan dan penuh semangat sehingga ketika adegan kecelakaan yang tragis itu muncul mendadak, dinamika emosi yang dirasakan penonton menjadi begitu menarik dimana kesenangan tiba-tiba berkembang menjadi tragedi. Hingga ketika itu aku masih optimis film ini akan memuaskan, tapi begitu aku disuguhkan dengan aneka macam aturan konyol di Bomont yang diutarakan oleh sang Pendeta, aku mulai menjadi kecewa sebab bagi aku aturan yang diterapkan tersebut terasa begitu dipaksakan. Jam malam masih sedikit sanggup ditolerir, tapi dihentikan menari? Apakah sang Pendeta dan para dewan kota itu tidak punya masa muda? Saya rasa inisiatif penerapan aturan tersebut di jaman menyerupai ini sudah tidak relevan lagi dan terasa dipaksakan untuk sanggup mengikuti jalan kisah film aslinya. Beberapa letupan konflik kecil lain dan penyelesaiannya juga ada yang masih terasa terlalu dipaksakan.
Tapi biarlah, toh yang aku harapkan dari Footloose bukanlah kisah berbobot tapi adegan dance yang memikat. Cerita cheesy akan sanggup dimaafkan andaikan adegan tariannya bagus. Saya langsung suka dengan penggunaaan musiknya yang tidak mengikuti tren musik yang sering digunakan dalam film-film dance zaman sekarang. Musiknya bukan musik dance-electro-pop tapi tetap musik-musik yang asyik untuk bergoyang sehingga ketika menonton film ini aku tidak mencicipi bosan sebab alunan musik-musiknya yang begitu menyenangkan. Gerakan dance dalam film ini sendiri tidak terlalu banyak dan itu sangat disayangkan sebab sekalinya keluar meski tidak dengan koreografi yang unik menyerupai dalam Step Up tapi aku tetap mencicipi energi dari tarian-tarian yang ada. Tapi memang pada balasannya tarian dalam film ini hanya sebagai "aksesoris" bagi dramanya saja. 

Drama dalam film ini memang cheesy tapi tidak buruk-buruk amat diluar aneka macam konflik yang agak dipaksakan. Tidak ada kisah perihal "ikut kompetisi tari" menyerupai yang umum ditemukan dalam film dance lainnya. Drama dalam Footloose ialah perihal sebuah perlawanan dan keberanian untuk melaksanakan dobrakan. Dan pesan itu sanggup hingga dengan gampang sebab penyajiannya yang sederhana meskipun efeknya sendiri tidak terlalu menggugah bagi saya. Jajaran pemainnya lumayan juga. Kenny Wormald memang tidak berakting dengan baik tapi beliau terang menari dengan hebat. Hal yang sama juga terjadi pada Julianne Hough. Dia sendiri memang tidak terlalu manis tapi kesan hot dan seksi terang terpancar dari dirinya dan itu ialah hal yang penting untuk seorang aktris yang bermain dalam tipikal film menyerupai ini setidaknya bagi saya. Secara keseluruhan tanpa membandingkan dengan versi aslinya, Footloose versi 2011 ini bukanlah film dance yang jelek meskipun terasa kurang banyak porsi tariannya dan porsi dramanya terasa agak maksa di beberapa bagian. Tapi masih sebuah film yang penuh semangat.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Footloose (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email