Kabar Martin Scorsese akan menciptakan film anak-anak/keluarga dengan balutan 3-D yang sekaligus menyebabkan film tersebut sebagai film Scorsese dengan bujet terbesar ($150 juta) terang ialah sebuah kabar yang mengejutkan sekaligus menyenangkan. Disaat banyak film 3-D seolah dibentuk hanya untuk menambah pemasukan, dirilisnya film 3-D buatan Scorsese tentu jadi hal yang patut ditunggu. Apalagi kisahnya diangkat dari novel bawah umur yang berjudul The Invention of Hugo Cabret. Menjadi unik kalau melihat daftar film Scorsese yang jauh dari genre film keluarga. Siapa yang sangka sutradara yang menciptakan Taxi Driver, Gangs of New York, The Departed hingga Shutter Island akan menciptakan film menyerupai Hugo ini. Saya sendiri belum membaca bukunya dan menentukan tidak mencari tahu lebih jauh ihwal kisah film ini yang pada hasilnya berujung pada kejutan menyenangkan yang saya dapatkan.
Hugo Capret (Asa Butterfield) ialah seorang bocah berusia 12 tahun yang sudah harus menjalani hidup yang keras di sebuah stasiun sebagai seorang penyetel jam disana. Hugo tinggal sendirian sesudah sang ayah (Jude Law) meninggal dalam sebuah kebakaran. Sang paman yang hasilnya merawat Hugo dan mengajarinya menyetel jam juga hilang entah kemana. Jadilah keseharian Hugo tidak gampang dan untuk hidup beliau seringkali mencuri barang-barang termasuk makanan. Hal itu jugalah yang membuatnya harus berurusan dengan Inspektur Gustave (Sacha Baron Cohen) sesudah suatu hari Hugo tertangkap berair mencuri di sebuah toko mainan milik seorang laki-laki bau tanah (Ben Kingsley). Ternyata pertemuannya dengan laki-laki bau tanah tersebut akan menghipnotis kehidupan Hugo, alasannya ialah laki-laki bau tanah itu ada hubungannya dengan automaton peninggalan sang ayah.
Jika Michel Hazanavicius dengan mencurahkan kecintaannya pada film bisu lewat The Artist, maka Martin Scorsese menjabarkan kecintaannya pada dunia film khususnya untuk Georges Melies dalam Hugo. Bagian awal memang film ini masih terlihat sebagai sebuah film keluarga yang tidak menonjol. Sisi teknis menyerupai imbas visual dan gambar-gambarnya memang sudah memukau dari awal, tapi kisah ihwal seorang bocah yang berlarian dikejar oleh seorang inspektur berkaki satu yang diselipi beberapa humor slapstick terasa agak hirau taacuh untuk ukuran film Scorsese. Tapi begitu Hugo mulai lebih dalam lagi menyoroti sang tokoh utamanya, film ini berubah jadi makin menarik dan seru. Secara perlahan Hugo mulai memperlihatkan "sihir" yang ia punyai. Naskah yang ditulis John Logan tetap ringan dari awal hingga final tapi tidak pernah menjadi membosankan dan klise sesudah inti ceritanya mulai diungkap sedikit demi sedikit.
Menonton Hugo memang lebih baik apabila tidak mencari tahu detail ceritanya, alasannya ialah dengan makin sedikit yang anda tahu, makin menyenangkan misteri-misteri yang ada untuk diikuti dan dipecahkan. Tapi toh andaikan sudah tahu garis besar ceritanya, Scorsese dan John Logan masih punya daya magis untuk film ini. Adegan-adegan sederhana menyerupai dikala pemutaran film pertama yang pernah ada yang berjudul Arrival of a Train at La Ciotat berhasil memperlihatkan sisi magis tersendiri. Melihat orang-orang di tahun 1895 kaget meliaht ada gambar kereta bergerak kearah mereka dan berlindung alasannya ialah menduga kereta tersebut akan menabrak ialah sebuah pemandangan yang tidak hanya lucu tapi juga luar biasa. Ada juga adegan yang menggambarkan bagaimana proses kreatif seorang George Melies yang begitu luar biasa dan masih banyak lagi daya pikat magis yang dimiliki Hugo. Bujet besar yang didapat juga dimanfaatkan dengan baik oleh Scorsese untuk membangun dunia dalam film ini menjadi begitu indah.
Akting pemainnya juga memuaskan khususnya untuk Ben Kingsley dan Sacha Baron Cohen. Chloe Moretz tidak mengecewakan tapi tidak menerima porsi yang memaksa beliau mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Sedangkan Asa Butterfield sebagai Hugo Cabret terasa biasa saja walaupun tidak masuk kategori buruk juga. Perpaduan antara kisah yang penuh dengan misteri, daya magis dan kecintaan akan dunia film menciptakan aspek kisah dalam film ini terang nomer satu. Hal itu masih ditambah dengan imbas visual yang tidak kalah bagus. Andai saja saya menonton film ini di layar lebar dengan versi 3 Dimensi niscaya akan jauh lebih luar biasa pengalaman yang saya rasakan. Tapi toh tanpa polesan 3D, Hugo sudah jadi salah satu film terbaik di 2011 lalu.
Ini Lho Hugo (2011)
4/
5
Oleh
news flash