Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Frankenweenie (2012)

Dua film terakhir Tim Burton, Alice in Wonderland dan Dark Shadows punya kualitas yang begitu mengecewakan bagi aku meskipun punya aspek visual yang unik menyerupai ciri khas sang sutradara. Kali ini dalam Frankenweenie yang merupakan film keduanya di tahun 2012, Burton menciptakan sebuah remake terhadap film pendek yang ia buat pada tahun 1984 dengan judul sama. Versi film pendeknya sendiri yakni sebuah live action  dengan format hitam putih, sedangkan versi panjangnya ini dibentuk dalam format animasi walaupun tetap setia dengan format hitam putih dan ditambah pelengkap 3D. Pada perilisan film pendeknya dulu sempat terjadi konflik antara Burton dengan pihak Disney dimana ketika itu Burton diminta untuk menciptakan sebuah film keluarga. Namun pada hasilnya yang dihasilkan oleh Burton yakni sebuah film yang terlalu mengerikan untuk penonton bawah umur akhir visualisasi dan temanya yang memang kental unusr horror. Hal itu menciptakan Burton dianggap menyia-nyiakan bujet yang diberikan dan dipecat oleh Disney.  Tapi selang hampir 30 tahun kemudian Disney kembali memperlihatkan "lampu hijau" bagi Burton untuk menciptakan ulang proyek ini.

Cerita film ini sendiri masih merupakan parodi sekaligus homage bagi Frankenstein dimana kita akan melihat sosok Victor Frankenstein, seorang bocah yang kesehariannya tidak terlalu suka bersosialisasi dengan teman-temannya. Victor lebih menentukan berkutat dengan hobinya menciptakan film dan bereksperimen di laboratoriumnya. Tapi Victor bukannya tidak punya sahabat, lantaran selama ini ia juga mempunyai seorang sahabat, yaitu Sparky yang notabene anjing kesayangannya. Namun suatu hari bencana terjadi ketika Sparky tertabrak kendaraan beroda empat ketika mengambil bola baseball yang dipukul Victor. Merasa terpukul lantaran kehilangan satu-satunya sahabat yang ia miliki, Victor nekat melaksanakan sebuah eksperimen dengan impian akan sanggup menghidupkan Sparky kembali. Eksperimen tersebut berhasil dan Victor pun mendapat sahabatnya kembali. Tapi permasalahan muncul ketika orang lain mulai mengetahui bahwa Victor berhasil menghidupkan kembali anjingnya tersebut.

Tentu saja patut diingat bahwa ini yakni film buatan Tim Burton. Kaprikornus walaupun diproduksi oleh Disney, Frankenweenie tetap masih punya banyak sekali ciri khas seorang Tim Burton meski tidak akan seliar film-film macam Corpse Bride atau Nightmare Before Christmas. Film ini masih kental dengan suasana gothic khususnya untuk urusan visualisasi karakternya. Beberapa sosok abjad terkesan seram dengan secara umum dikuasai punya mata besar dan karakterisasi yang unik. Tapi sekali lagi Burton masih menciptakan film ini lebih dekat bagi bawah umur jikalau dibandingkan film-filmnya (khususnya yang animasi) yang sebelumnya. Hal itu sanggup dilihat dari sosok Sparky yang terlihat lucu dan menggemaskan. Jika dibandingkan tokoh-tokoh lain yang mungkin akan seram bagi anak-anak, sosok Sparky terasa lucu dan menggemaskan. Tapi tentunya masih dengan sentuhan Tim Burton didalamnya. Disamping desain karakternya, konten ceritanya sendiri tetap sedikit terasa seram bagi anak-anak, mulai dari membangkitkan anjing yang telah mati, banyak sekali eksperimen asing sampai selipan komedi hitamnya yang mungkin akan dilihat sebagai hal yang seram dan bukan lucu oleh penonton cilik.
Paruh awal film ini sendiri masih belum memperlihatkan "wajah aslinya" dimana kita akan diajak terlebih dahulu mengikuti persahabatan Victor dan Sparky. Lalu disaat kita sudah cukup mengenal dan menyukai karakternya (khususnya Sparky) kita akan pribadi diajak pada inti film ini. Yah walaupun bergotong-royong aku tetap kurang mencicipi keterikatan dengan tokoh-tokohnya (meski Sparky terasa menggemaskan) sangat terasa bahwa ini yakni sebuah karya yang dihasilkan lewat hati oleh Tim Burton. Disini ia mencurhakan karyanya dengan hati dan terlihat bersenang-senang. Burton seolah kembali menemukan sentuhannya lewat sebuah karya yang unik tapi manis dalam Frankenweenie. Pada dasarnya ketika Burton menciptakan versi film pendeknya dulu, kisahnya memang terinspirasi dari kecintaannya pada anjing peliharaannya, dan hal tersebut terasa terang dimana kita akan melihat sebuah kecintaan luar biasa seorang majikan terhadap anjingnya yang sudah lagi bukan menyerupai majikan dengan hewannya tapi lebih menyerupai antara sahabat. Disitulah faktor hati yang aku bilang tadi sangat terasa dalam film ini. Kecintaan terhadap objek filmnya menciptakan film ini terasa mempunyai hati.

Tapi tidak hanya itu, lantaran disini Burton juga memperlihatkan kecintaannya pada film-film monster lawas. Tentu saja Frankenstein menjadi dasar kisah film ini dan bagi yang sudah menonton filmnya akan menangkap banyak sekali tumpuan yang dimasukkan dan dipelintir oleh Tim Burton. Tapi disamping itu masih banyak lagi banyak sekali homage yang diberikan Burton terhadap film-film lain. Pada adegan titik puncak yang sangat fun dan gila itu Burton memasukkan banyak sekali tumpuan film monster menyerupai Godzilla, Mumi, Gremlin bahkan abjad film animasi Igor juga turut diberikan "penghormatan" disini. Bahkan homage yang juga mempunyai kegunaan sebagai komedi dalam film ini begitu banyak dan masuk ke detail. Saya akan ambil pola tumpuan Godzilla. Dalam film ini sosok Godzilla digambarkan dalam bentuk monster kura-kura yang berjulukan Shelley. Nama Shelley sendiri diambil dari nama penulis kisah Frankenstein atau sanggup juga diartikan sebagai shell (tempurung). Seperti yang kita tahu Godzilla yakni monster dari Jepang, dan di film ini pemilik Shelley yakni bocah dari Jepang berjulukan Toshiaki. Tentu saja masih banyak sekali referensi-referensi dari film monster lainnya yang jikalau anda berhasil menyadarinya maka akan terasa lucu.

Teknik stop-motion yang digunakan terasa begitu memukau dan terasa detail. Saking bagusnya mungkin banyak yang tidak sadar bahwa ini yakni film stop-motion. Pemakaian format hitam putih, stop-motion dan visual ala Tim Burton terang menciptakan Frankenweenie menjadi sebuah tontonan animasi yang unik dan menarik meski pengaruh 3D yang digunakan tidak terlalu wah namun sudah cukup menciptakan gambar yang ada menjadi lebih mendalam. Frankenweenie yakni film terbaik Tim Burton dalam beberapa tahun terakhir (film Timb Burton terakhir yang manis bagi aku yakni Sweeney Todd yang rilis pada 2007). Pendapatan box office yang tidak terlalu sukses rasanya disebabkan lantaran film ini tidak dekat bagi bawah umur untuk ukuran film animasi. Meski tidak "seekstrim" biasanya tapi terang konten dan visualisasi ala Burton terasa seram bagi anak-anak, begitu pula komedi hitam yang bukan konsumsi anak-anaka, apalagi jikalau kita sudah membahas tumpuan dari banyak sekali film monster favorit sang sutradara yang tidak akan dipahami oleh mereka bahkan mungkin penonton remaja yang bukan penggemar film sekalipun. Tapi terang film ini bagaikan surat cinta dari Tim Burton kepada segala hal yang ia cintai termasuk film, dan aku menyayangi surat cinta yang ia buat ini.


Artikel Terkait

Ini Lho Frankenweenie (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email