Saturday, January 12, 2019

Ini Lho The Great Gatsby (2013)

Film ini menandai kembalinya sutradara Baz Luhrmann sehabis lima tahun kemudian menciptakan sebuah romansa (maunya) epic yang sama sekali gagal menjadi epic berjudul Australia. Materi ceritanya berasal dari sebuah novel klasik berjudul sama karangan Scott Fitzgerald yang terbit tahun 1925. The Great Gatsby sendiri diawal perilisannya bukanlah novel yang sukses, namun sehabis Fitzgerald meninggal pada tahun 1940 perlahan novel tersebut mulai memantapkan statusnya sebagai salah satu literatur klasik Amerika bahkan dunia. Tentu saja sebuah dongeng peristiwa percintaan yang penuh akan balutan kemewahan dan keriangan berbau hedonisme ialah bahan favorit Baz Luhrman. Hal itu terlihat dari karya-karyanya ibarat Romeo+Juliet dan Moulin Rouge!. Berbekal bahan klasik, sutradara mumpuni serta jajaran cast ibarat Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire sampai Carey Mulligan menciptakan The Great Gatsby menjadi salah satu film yang paling dinantikan tahun ini. Apalagi fakta bahwa film ini dirilis dalam format 3D akan menciptakan para calon penonton ingin tau bagaimana parade kemewahan penuh warna khas sang sutradara dikemas dalam format 3 dimensi.

Filmnya dibuka dengan narasi dari Nick Carraway (Tobey Maguire) yang tengah mendapat perawatan jawaban kecanduan alkohol. Di hadapan sang dokter, Nick bercerita perihal pengalamannya tinggal di New York dengan segala kemewahan yang ia temui. Cerita pun kembali ke tahun 1922 dikala Nick gres saja tiba di New York dan mengunjungi sepupunya, Daisy (Carey Mulligan) yang telah menikah dengan Tom (Joel Edgerton) yang juga sobat Nick semasa kuliah. Pada kunjungan makan malam tersebut Nick mulai mengetahui bahwa tepat di samping rumahnya terdapat sebuah rumah besar yang begitu glamor yang ditinggali olehs eorang milyuner misterius berjulukan Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio). Sosok Gatsby begitu misterius dan jarang diketahui oleh orang lain. Yang orang-orang tahu ialah Gatsby rutin mengadakan pesta besar-besaran di rumahnya yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan orang dari aneka macam kalangan. Nick pun suatu hari mendapat undangan khusus dari Gatsby untuk tiba ke pestanya, dan perlahan mereka berdua mulai menjalin pertemanan. Dari situ jugalah Nick mulai mengetahui diam-diam besar yang dimiliki Jay Gatsby.

Layaknya Moulin Rogue!, The Great Gatsby juga begitu unggul jikalau berbicara persoalan aspek visual. Ada begitu banyak pesta pora yang luar biasa mewahnya. Lantai dansa yang meriah, sajian penuh warna-warni yang mencolok sampai musik menghentak semakin menciptakan kemeriahan pestanya begitu terasa dan sebagai penonton aku begitu menikmati permintaan pesta dari Jay Gatsby ini. Dalam menghadirkan momen-momen tersebut, insting seorang Baz Luhrmann terperinci tidak perlu diragukan lagi. Semuanya terpampang dengan indah, penuh warna dan tentunya terkoreografi dengan sempurna. Bukan tarian terkonsep namun lebih kearah tarian wild yang muncul disini namun semuanya tetap terkoreografi dengan sempurna. Bahkan diluar pestanya sekalipun Luhrmann tetap mengatakan obsesinya pada kecantikan visual serta momen yang terkoreografi dengan kompak. Begitu teringat dalam benak aku sebuah adegan disaat tiga orang pelayan di belakang Gatsby secara bersamaan membuka pintu, keluar dan menutup pintunya lagi seperti itu merupakan sebuah tarian. Polesan visual film ini juga Istimewa walau pesta tidak sedang diadakan. Entah itu pemandangan kota New York tempo dulu, desain ruangan, sampai beberapa adegan berbalut slo-mo yang juga hadir begitu indah.
Bisa dibilang aspek visual dari The Great Gatsby yang dibalut editing cepatnya itulah yang menciptakan aku terus betah menonton film berdurasi hampir dua setengah jam ini. Karena patut disayangkan Baz Luhrmann tidak hanya membawa ciri positifnya dalam hal visual di film ini, namun ciri negatifnya berkaitan dengan story telling juga begitu terasa. Bagi aku pribadi, Moulin Rogue! yang masih menjadi karya terbaik Luhrmann bukanlah film dengan penceritaan mumpuni, hanya saja adonan visual serta musik yang megah dan didukung akting luar biasa Nicole Kidman menciptakan filmnya spesial. Hal yang sama juga terasa di Romeo+Juliet maupun Australia yang lemah dalam cerita. The Great Gatsby juga punya kelemahan yang sama berkaitan dengan sanksi kisah romansanya. Tanap perlu membaca novelnya aku pun sudah sanggup mencicipi bahwa materinya berpotensi menjadi salah satu kisah romansa paling romantis serta tragis yang pernah ditulis. Bagaimana sosok Gatsby digambarkan rela berkorban begitu besar dan berusaha begitu keras mendapat segala kekuasaan dan kekayaan ibarat kini hanya untuk seorang perempuan sudah menjadi dasar kisah romansa yang kuat.

Namun sayang sekali pada hasilnya The Great Gatsby gagal menghadirkan sebuah romantisme mendalam. Saya tidak merasa adanya keterikatan dengan romansanya, aku tidak merasa tersentuh dengan tragedinya, dan aku tidak terlalu simpatik pada hubungan percintaan kedua tokoh utamanya. Mungkin aku hanya sedikit bersimpati pada sosok Jay Gatsby, namun itu lebih alasannya ialah aku menyukai akting DiCaprio disini dan bukan berkat jalinan kisahnya. Bicara soal akting DiCaprio, lagi-lagi sang bintang film mengatakan kapasitasnya disini. Sebuah adegan dikala Nick mendeskripsikan senyum seorang Jay Gatsby yang menurutnya ialah senyuman yang langka benar-benar berkesan bagi saya. Dalam balutan slo-mo DiCaprio mengangkat gelasnya sambil mengatakan sebuah senyum yang menggambarkan dengan tepat deksripsi tersebut. Seorang laki-laki kaya yang msiterius namun begitu elegan. Namun sebaliknya sosok Nick yang diperankan Tobey Maguire malah terasa tidak menarik sama sekali. Sebagai narator, sosoknya terasa terlalu tidak mempunyai kegunaan bagi aku dan seringkali terasa menyebalkan.

Satu lagi hal yang agak mengganggu ialah iringan musik elektronik modern yang mengiringi pesta meriah film ini. Disatu sisi hal tersebut memang makin menciptakan pesta Jay Gatsby terasa menyenangkan, namun disisi lain sangat disayangkan sebuah film perihal jazz kala malah kurang mengeksplorasi musik tersebut. Padahal jikalau mau lebih kreatif lagi dalam bereksplorasi, pesta aneh nan meriah pun sanggup tercipta dengan iringan musik jazz atau setidaknya musik dansa kala 20-an. The Great Gatsby ialah sebuah kisah romansa yang juga mengangkat mengenai keserakahan, perselingkuhan dan mimpi-mimpi Amerika yang semuanya tidak lepas dari uang. Seharusnya ini juga merupakan citra tepat dari semangat hedonisme di Amerika tempo dulu. Namun pada hasilnya The Great Gatsby tidak lebih pesta pora yang menyenangkan yang menciptakan aku terpikat, namun sehabis pesta usai segala kesenangan dalam filmnya pun ikut surut.

Artikel Terkait

Ini Lho The Great Gatsby (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email