Monday, January 14, 2019

Ini Lho Habibie & Ainun (2012)

Di penghujung tahun 2012 tercatat ada dua judul film yang bisa menyedot perhatian penikmat film Indonesia, yaitu 5 cm serta Habibie & Ainun. Kedua film tersebut bisa menggeser posisi The Raid dari daftar film lokal terlaris di 2012. Sampai ketika ini tercatat 5 cm sudah mengumpulkan 2,2 juta penonton walaupun bagi saya film garapan Rizal Mantovani ini punya kualitas yang agak mengecewakan dan overrated. Sedangkan Habibie & Ainun yang menjadi debut penyutradaraan Faozan Rizal malah lebih ahli lagi dengan berhasil mengumpulkan 3,1 juta penonton. Dengan begitu film ini berhasil berada di posisi ketiga dibawah Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta sebagai film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak. Filmnya sendiri diangkat dari buku yang ditulis oleh B.J. Habibie, Habibie dan Ainun yang mengisahkan kehidupan cintanya dengan mendiang sang istri Hasri Ainun Habibie yang wafat pada tahun 2010 lalu. Membicarakan film yang mengisahkan kehidupan seseorang yang aktual apalagi tokohnya yakni orang besar niscaya tidak akan lepas dari pertanyaan ihwal siapa pemain drama dan aktris yang memerankan tokoh tersebut. Dalam film ini sosok Habibie diperankan oleh Reza Rahadian yang dianggap sebagai pemain drama Indonesia terbaik ketika ini. Sedangkan Ainun diperankan oleh Bunga Citra Lestari yang terakhir bermain film di tahun 2008 lewat Saus Kacang.

Film ini akan menyoroti kisah antara Habibie dan Ainun sejak pertemuan pertama mereka di masa sekolah, hingga kemudian Habibie bersekolah di Jerman tepatnya mengambil studi teknik penerbangan untuk spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Habibie sendiri memang punya mimpi biar suatu hari Indonesia bisa menciptakan pesawat terbang sendiri. Sampai pada tahun 1962 ketika Habibie tengah berada di Bandung ia bertemu lagi dengan Ainun yang sudah tumbuh menjadi perempuan cantik. Tidak butuh waktu usang keduanya saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Setelah pernikahan, Ainun mengikuti Habibie untuk tinggal di Jerman dimana Habibie melanjutkan studi untuk mengambil gelar doktor. Namun mereka berdua harus hidup dengan penuh kesederhanaan disana. Kemudian film ini akan membawa kita menelusuri kisah dimana Habibie telah menjadi doktor dan diminta pulang ke Indonesia untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi yang pertama, hingga hasilnya bisa mewujudkan mimpinya menciptakan pesawat dengan tenaga anak negeri Indonesia. Seperti yang kita tahu pada bulan Maret 1998 dia hasilnya menjadi wapres dan menjadi Presiden di bulan Mei. Begitu banyak rintangan yang menghalangi namun cinta Habibie dan Ainun tetap bertahan hingga janjkematian memaksa mereka berdua terpisah.

Habibie & Ainun bukan sekedar drama romantis murahan yang mengumbar dramatisasi berlebihan dan berfokus pada mengalirkan air mata penontonnya. Saya selalu muak dengan romansa macam itu yang sedikit-sedikit menampilkan tokohnya menangis seolah mereka orang paling sial seantero jagat raya dan dibumbui kisah cinta dengan romantisme super berlebihan dan begitu norak. Tapi Habibie & Ainun berbeda. Memang ada dramatisasi tapi sedari awal kita sudah tahu bahwa pasangan ini aktual dan begitu pula kisah cinta mereka. Ada rayuan dan kata-kata cinta yang terlontar tapi semuanya bukan sekedar penambah romantisme yang kosong, tapi bentuk ungkapan perasaan saling mengasihi antara keduanya yang nrimo dan sungguh-sungguh. Ada kemesraan namun tidak disajikan secara berlebihan dan kemesraannya yakni bentuk cinta dan rasa mempunyai antara mereka berdua. Ada juga air mata yang mengalir namun air mata tersebut bukan sekedar tempelan untuk menciptakan penontonnya berlinang air mata tapi sebuah bentuk cinta sejati dimana keduanya mencicipi kesedihan yang sama akan kehilangan satu sama lain. Saya begitu menyukai momen romantis film ini yang selalu dihukum dengan sederhana namun terasa begitu mengena dan menyentuh. Saya tidak aib mengakui momen selesai disaat Habibie menangis didepan Ainun yang terbaring lemah dan momen dimana Habibie mengungkapkan begitu tidak inginnya ia kehilangan Ainun berhasil menciptakan saya menangis. Siapa yang tidak?
Saya juga suka bagaimana film ini masih sempat menyinggung konflik lain diluar kisah cinta Habibie dan Ainun semisal bagaimana Habibie meraih kesuksesan di Jerman, pulang ke Indonesia dan menerima banyak godaan harta dan ada banyak pihak yang membencinya hingga hasilnya ia menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia. Semuanya masih sempat diceritakan dengan porsi yang bisa dibilang cukup, alasannya yakni toh mustahil mengeksplorasi semuanya dalam waktu dua jam. Apalagi film ini intinya memang lebih berfokus pada kisah cinta Habibie dan Ainun. Saya rasa akan terasa terlalu mencari-cari kesalahan dan keburukan kalau ada yang mengkritisi bahwa film ini kurang menyoroti kisah Habibie yang lain semisal di bidang politik. Karena intinya ini yakni kisah cinta Habibie dan Ainun dengan sempilan bencana lain yang mensugesti kisah cinta mereka. Pada hasilnya film ini sanggup menciptakan saya percaya bahwa masih ada cinta sejati yang aktual di dunia ini, salah satunya yakni Habibie dan Ainun. Satu lagi poin plus dari presentasi film ini yakni begitu efektifnya selipan humor segar yang bisa memancing tawa penonton.
Eksekusinya yang menyentuh juga didukung oleh kekuatan akting para pemainnya. Reza Rahadian dan BCL sanggup memperlihatkan chemistry yang kuat. Mereka terlihat benar-benar menyerupai pasangan yang sudah ditakdirkan bersatu dari awal. Keduanya terlihat saling mencintai, saling percaya dan begitu menyayangi satu sama lain. Reza Rahadian sebagai Habibie sanggup bermain dengan begitu baik memerankan sosok B.J. Habibie lengkap dengan segala ciri khasnya mulai dari cara berjalan hingga caara bicara tanpa perlu terasa konyol dan berlebihan. Suara yang ia keluarkan juga cukup mewakili sosok Habibie yang saya kenal. Transformasi sosoknya menjadi renta juga baik dimana aneka macam hal menyerupai gestur, cara berjalan, hingga bunyi semuanya berubah seiring pertambahan usia. Sedangkan BCL selain berhasil menampilkan chemistry yang baik juga berhail bermain baik sebagai Ainun yang begitu menyayangi sang suami, bahkan disaat sudah terbaring lemah yang dipikirkan masih saja kesehatan sang suami. Untuk pemain lain, bagi saya kemunculan Hanung Bramantyo cukup mencuri perhatian.

Namun Habibie & Ainun belumlah sempurna. Berbagai hal teknis terasa begitu menggangu. Yang pertama yakni make-up yang begitu buruk. Tidak terlihat transofrmasi penuaan di kedua tokohnya. Jika lebih banyak didominasi orang berkata Reza Rahadian bertambah renta sedangkan BCL tidak saya justru merasa keduanya sama sekali tidak berubah. Sebagai contoh, lihatlah disaat momen Habibie menjadi Presiden. Saat itu usia dia seharusnya 52 tahun, tapi yang terlihat di film ini menyerupai laki-laki berusia 40-an awal. Yang menggelikan yakni disaat foto Reza disandingkan dengan foto Pak Harto. Seolah tidak ada perjuangan untuk menciptakan Reza Rahadian lebih renta dan lebih menyerupai dengan Pak Habibie. Hanya memutihkan sedikit rambut dan polesan make-up ala kadarnya, tidak ada perjuangan lebih. Sedangkan untuk transformasi BCL hanya satu kata yang bisa saya katakan, "Parah". Hal berikutnya yang mengganggu yakni penempatan produk sponsor yang begitu kasar, asal taruh dan menggelikan sekaligus memuakkan. Apakah MD Entertainmet harus selalu melaksanakan hal ini? Yang terakhir yakni scoring yang terlalu penuh dan seolah dipaksa mengisi semua adegan dramatis. Tidak perlulah semua adegan diisi alasannya yakni bahwasanya sanksi dilayarnya sudah cukup baik dalam membangun emosi.

Namun kekurangan dari segi teknis tersebut sanggup saya maafkan berkat kisahnya yang begitu menyentuh. Jika Perahu Kertas bisa menciptakan saya mencicipi cinta remaja yang begitu menyenangkan sehabis menonton, maka Habibie & Ainun bisa menciptakan saya ikut mencicipi cinta luar biasa yang disalurkan oleh filmnya. Sebuah kisah cinta sampaumur yang bisa menerjemahkan arti cinta sejati yang infinit dengan sesungguhnya, tidak menyerupai film romansa lain yang hanya menyebabkan kata cinta sejati sebagai tempelan tak bermakna. Sebuah tearjerker yang tidak berlebihan dalam usahanya menciptakan penonton berlinang air mata. Cukup dengan memperlihatkan kisah sepasang insan yang sungguh-sungguh saling mengasihi secara nrimo maka penonton akan otomatis tersentuh.


Artikel Terkait

Ini Lho Habibie & Ainun (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email