Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Headhunters (2011)

Diangkat dari novel yang berjudul sama, Headhunters atau yang punya judul orisinil Hodejegerne adalah film Norwegia yang digadang-gadang akan menjadi penerus kesuksesan Millenium Trilogy. Sama dengan trilogi tersebut, Headhunters juga bergenre thriller dan mendulang kesuksesan luar biasa baik secara finansial maupun secara kualitas di mata kritikus. Bahkan ibarat biasa Hollywood sudah mendapat hak untuk melaksanakan remake terhadap film ini. Film thriller dari Skandinavia memang selalu punya daya tarik dan pendekatan yang berbeda dibanding thriller ala Hollywood yang banyak bertebaran dan makin usang makin terasa kedaluwarsa bagi saya. Meskipun berjudul Headhunters, film ini bukanlah berkisah ihwal seorang pembunuh pemburukepala ataupun seorang pemburu hadiah sebab Headhunter yang dimaksud disini yaitu seseorang yang tugasnya melaksanakan perekrutan terhadap sebuah posisi lowong dalam suatu perusahan. Dalam film ini, Roger Brown (Aksel Hennie) bekerja sebagai seorang headhunter dan cukup berhasil meraih kesuksesan dari pekerjaannya tersebut. Roger juga yaitu penderita Napoleon Comples yang tidak percaya diri tanggapan tinggi badannya yang hanya 168 cm.

Akibat rasa mindernya tersebut, Roger selalu berusaha sebisa mungkin membahagiakan istrinya yang bagus dan tinggi, Diana (Synnøve Macody Lund) dengan menunjukkan berbahai kemewahan pada sang istri. Dia takut jikalau sang istri kelak merasa kurang senang dan meninggalkan dirinya. Untuk memenuhi banyak sekali kebutuhan glamor itulah Roger mempunyai pekerjaan lain yaitu sebagai pencuri lukisan. Bekerja sama dengan Ove (Eivind Sander) yang bekerja di perusahaan penyedia jasa keamanan, Roger dengan gampang bisa keluar masuk rumah orang dan menukar lukisan orisinil dengan copy yang sudah ia buat. Hal itu membuat korban tidak tahu bahwa lukisannya telah dicuri dan jikalau sadarpun sudah terlambat sebab semua jejak telah hilang dimakan waktu. Tapi semua itu tetap belum bisa memenuhi gaya hidup glamor yang diberikan oleh Roger pada istrinya. Sampai suatu hari sang istri memberi tahu bahwa rekannya, Clas Greve (Nikolaj Coster-Waldau) mempunyai sebuah lukisan bernilai ratusan juta. Mendengar hal itu terperinci Roger begitu berangasan mendapat lukisan tersebut yang bisa membebaskannya dari segala hutang dan memenuhi kebutuhan glamor bagi istrinya. Tapi begitu agresi dilakukan, Roger malah menemui fakta mengejutkan di apartemen Clas. Bahkan sehabis pencurian tersebut hidupnya berubah dan nyawanya terancam. Kini Roger harus melaksanakan kejar-kejaran dengan orang yang berusaha mengincar nyawanya dan ia tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi.
Headhunters mempunyai formula yang berbeda dengan thriller berbalut crime dan action ala Hollywood. Jika anda bertanya-tanya film kedaluwarsa Hollywood macam apa yang daritadi saya maksud, mungkin anda bisa menonton film-film macam Contraband (Wahlberg), Safe House (Washington & Reynolds) atau The Double (Richard Gere). Tidak semua film tersebut buruk, tapi hampir semuanya punya alur dongeng dan formula yang sama, yaitu dengan mengandalkan adegan agresi yang terdiri dari tembak-tembakan dan kejar-kejaran kendaraan beroda empat yang diambil dengan pergerakan kamera yang sengaja dibentuk cepat tapi justru membuat pusing dan kedaluwarsa hingga adegan perkelahian satu lawan satu dengan koreografi seadanya dan diakali dengan (lagi-lagi) pergerakan kamera. Sedangkan untuk ceritanya juga tidak ada inovasi. Seorang protagonis laki-laki yang jago bertarung dan menggunakan senjata kemudian terlibat dalam persoalan yang mengancam nyawanya dan seringkali juga nyawa orang-orang terdekatnya. Lalu kemudian sang pendekar harus melalui banyak sekali rintangan ancaman kemudian di selesai semuanya berakhir dengan sang musuh terkalahkan, semua berakhir bahagia. Penonton terhibur, pulang dan sesampainya dirumah ketika ditanya ihwal bagaimana dongeng filmnya akan menjawab "ya gitulah, action, tembak-tembakan" Sangat Hollywood bukan? Saya tidak menyampaikan itu semua jelek tapi yang terperinci minim inovasi.
Sedangkan dalam Headhunters kita bahkan tidak disuguhi banyak adegan action dengan kamera yang bergerak cepat ibarat itu. Tentunya masih ada adegan yang melibatkan pistol ataupun kendaraan beroda empat tapi semuanya dikemas dengan baik, bahkan ada penemuan didalamnya dengan penambahan beberapa momen yang kental dengan unsur black comedy. Kejar-kejaran dengan traktor yang tertusuk anjing yaitu salah satu bentuk kegilaan sekaligus kelucuan film ini. Film ini menandakan meski tanpa dibalut pergerakan kamera cepat atau musik menghentak, sebuah thriller tetap bisa terasa seru. Naskahnya sendiri memang solid dan berhasil membuat sebuah thriller yang realistis tapi tetap terasa seru. Film ini memang terasa realistis jikalau kita melihat banyak sekali momennya atau jikalau kita menelusuri latar belakang atau motif tiap karakternya. Menjadi pencuri lukisan profesional memang terasa "sangat film" jikalau dibawa ke dunia positif meski bukan tidak mungkin, tapi tambahkan partner seorang yang bekerja di penyedia jasa alarm maka semuanya terasa realistis. Begitu pula dengan motif yang melatar belakangi Roger menjadi pencuri ataupun motifnya dalam melaksanakan banyak sekali hal dalam film ini. Semuanya believable dan tidaklah dipaksakan. Begitu pula dengan huruf lain. 

Tidak ada adegan agresi yang menggelegar juga tertutup dengan tepat oleh banyaknya kejutan yang ditebar sepanjang film. Berbagai momen yang tidak terduga setia menghiasi perjalanan kita menyaksikan film ini. Berkat naskahnya yang solid pula semua kejutan tersebut berhasil muncul dengan baik dan efektif. Tidak ada yang terlalu dipaksakan untuk menjadi sebuah twist. Hingga pada karenanya kita hingga pada ending yang mungkin tidaklah twisty tapi terasa cerdas dan karenanya ditutup dengan (lagi-lagi) sebuah kata-kata ihwal reputasi yang bisa memancing tawa. Jikapun ada kekurangan dalam Headhunters itu terletak pada beberapa plot hole yang sesekali muncul namun masih bisa termaafkan, mengingat filmnya soliddan plot hole dalam film khususnya thriller memang jamak terjadi dan bisa dimaklumi asalkan tidak keterlaluan. Sebenarnya film ini juga memasukkan unsur drama didalamnya hanya saja memang terlihat sengaja dikesampingkan dan hanya dipakai untuk melengkapi motif tiap karakternya. Tidak terasa begitu mengena tapi sudah cukup dan tidak mengecewakan. Drama dalam Headhunters yang mengisahkan seseorang yang bersedia melaksanakan apapun demi orang yang ia cintai masih jauh diatas drama yang tersaji dalam thriller standar milik Hollywood. Saya akan dengan senang hati menunggu remake-nya andaikan jatuh ketangan yang tepat, toh saya lebih suka The Girl With the Dragon Tattoo versi Fincher daripada aslinya.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Headhunters (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email