Saturday, January 12, 2019

Ini Lho The Host (2013)

Kesuksesan lima film The Twilight Saga yang berhasil mengumpulkan lebih dari $3,3 milyar dari total bujet kelima filmnya yang hanya $385 juta terang membuat Hollywood tergiur untuk memfilmkan lagi karya-karya dari Stephenie Meyer. Selain tetralogi Twilight, Meyer masih punya satu novel lagi yang juga meraih kesuksesan, yakni The Host. The Host sendiri diterbitkan pada tahun 2008, disaat Twilight gres saja hendak memulai "invasi" terhadap para penonton dunia. Jujur saja bergotong-royong proyek The Host cukup menjanjikan jikalau kita melihat siapa saja yang terlibat di dalamnya. Yang pertama terang ini berbasis karya Stephanie Meyer yang mungkin bukanlah sebuah dongeng yang anggun tapi jikalau dihukum dengan baik maka berpotensi menjadi sebuah dongeng ringan yang menghibur. Kemudian di jajaran pemainnya ada aktris muda Saoirse Ronan yang pada tahun 2012 kemudian sempat bolos muncul di layar lebar dan Diane Kruger yang performanya sebagai Bridget von Hammersmark dalam Inglourious Basterds masih saya ingat. Tapi keberadaan sosok Andrew Niccol sebagai sutradara sekaligus penulis naskah yaitu yang paling menjanjikan. Hal ini dikarenakan pengalamannya dalam menangani banyak film sci-fi ibarat Gattaca dan In Time serta menulis naskah untuk The Truman Show dan The Terminal.

Dalam film ini bukan vampir ataupun werewolf yang menjadi sorotan melainkan alien benalu yang disebut sebagai Souls. Di masa depan, Bumi sudah menjadi daerah yang kondusif sekaligus damai. Tidak ada peperangan dan konflik di seluruh dunia. Bisa dibilang dunia ketika itu terasa begitu sempurna. Namun dibalik itu semua bukan insan yang membuat perdamaian tersebut, melainkan para Souls yang menghuni badan manusia. Pada ketika itu lebih banyak didominasi insan di Bumi tubuhnya sudah diambil alih oleh Souls yang sekarang telah menguasai dunia. Meski mereka cinta damai, namun mereka tidak segan untuk memburu insan yang melaksanakan perlawanan terhadap mereka. Salah satu insan yang melaksanakan perlawanan yaitu Melanie Stryder (Saoirse Ronan) yang selama ini hidup dalam pelarian bersama adiknya, Jamie (Chandler Canterbury) dan kekasihnya, Jared (Max Irons). Suatuh hari para Souls yang dipimpin oleh Seeker (Diane Kruger) berhasil menyudutkannya. Tidak rela diambil alih tubuhnya, Melanie tetapkan bunuh diri. Seeker pun membawa badan Melanie untuk kemudian memasukkan benalu kedalam tubuhnya. Maka dimasukkanlah benalu berjulukan Wanderer yang mengambil alih badan Melanie dan mencoba menggali info perihal insan lain yang masih hidup dari memori milik Melanie. Tapi ternyata Melanie masih hidup dan hal tersebut membuat ada dua pikiran yang saling bertentangan dalam tubuhnya.

Hampir semua formula andalan seorang Stephanie Meyer sanggup kita temukan dalam The Host. Ada kisah cinta dewasa antara dua ras yang berbeda, dan tentunya ada juga kisah cinta segi tiga yang memang menjadi trade mark dari Stephanie Meyer. Tentu saja dialog-dialog cheesy yang mengiringi kisah percintaannya masih sanggup kita temui disini. Tapi secara keseluruhan, The Host punya tataran dongeng yang lebih kaya dan menarik dibandingkan kisah perihal sepasang dewasa galau yang kisah cintanya tidak kunjung berkembang. Adaptasi naskah yang dilakukan oleh Andrew Niccol memang cukup berhasil membawa The Host menjadi lebih filosofis dan berfokus pada cerminan sosial yang disinggung baik secara gamblang maupun tersirat dalam ceritanya. Saya sendiri belum membaca novelnya, tapi dari petikan wawancara dengan Meyer maupun pengalaman saya membaca empat novel Twilight, saya cukup yakin bahwa dongeng dalam filmnya yang banyak mempunyai kritik sekaligus cerminan sosial yaitu sebab tugas besar Niccol dalam mengadaptasi naskahnya. The Host memang banyak berbicara mengenai insan yang tidak segan untuk melukai bahkan membunuh satu sama lain demi tercapainya tujuan mereka. Ada juga pertanyaan mengenai bagaimana bergotong-royong bentuk dari dunia tepat yang selama ini kita dambakan?
Dari konteks dongeng yang diangkat oleh Niccol, The Host bergotong-royong cukup berpotensi menjadi sebuah tontonan arthouse science-fiction yang lebih mengedepankan pada huruf serta kritik dan cerminan sosial yang dibawanya. The Host memang lebih mengutamakan unsur dramanya dan mengalir dengan tempo sedang. Tapi tentu saja Niccol masih menyediakan ruang yang luas bagi apa yang saya sebut sebagai Meyer's Formula yakni kisah cinta segi tiga dewasa yang penuh dengan obrolan romantis(?) dan asal muasal cinta yang layak untuk dipertanyakan meski selalu bersenjatakan cinta pada pandangan pertama untuk menutupi pertanyaan tersebut. Dalam The Host kisah cinta segitiga yang ditampilkan masih mendominasi dan bagi saya tetap masih jauh untuk hingga pada taraf romantis apalagi menyentuh. Tapi jikalau saya membandingkannya dengan cinta segitiga dalam Twilight, The Host terang jauh lebih unggul. Meski tetap terasa dangkal, tapi setidaknya hubungan antara karakternya lebih yummy untuk dilihat, apalagi muncul keunikan disini disaat kisah cinta dalam The Host mungkin bukan hanya segitiga tapi segi empat dikarenakan dalam badan Melanie ada dua pikiran yang hidup.

Namun sayangnya banyak huruf yang terasa dangkal baik karakterisasinya maupun penggambaran motivasi mereka. Banyak huruf yang melaksanakan sesuatu tanpa motivasi yang terang sehingga malah terasa membingungkan dan konyol. Ada beberapa huruf yang secara tiba-tiba sikapnya berubah dengan begitu drastis dalam waktu yang sangat singkat. Misal dalam kemunculan pertamanya huruf itu bersikap A, maka dalam kemunculan berikutnya ia sudah bersikap B tanpa ada alasan yang berarti. Di penggalan inilah escapism andalan Meyer berperan besar, yakni "cinta sanggup tiba-tiba merubah seseorang...jadi tidak perlu alasan lain yang lebih rasional". Niccol sendiri rasanya tidak terlalu tertarik untuk membuatkan hal ini dan malah menawarkan porsi yang lebih besar pada beberapa adegan yang kurang esensial daripada menawarkan karakternya lebih banyak porsi untuk dieksplorasi. Tapi bicara soal karakter, untungnya The Host punya huruf Melanie/Wanda yang diperankan dengan baik oleh Saoirse Ronan. Dua huruf yang saling berkonflik dalam satu badan terang bukan tugas yang gampang dan sanggup menjadi huruf yang complicated sekaligus menarik. Namun Mel/Wanda bukan huruf yang dieksplorasi secara mendalam dan termasuk dangkal meski mempunyai dua pikiran dalam satu badan yaitu hal yang rumit. Disinilah akting Saoirse Ronan membuat huruf itu menjadi jauh lebih menarik.

Mungkin Ronan tidak hingga membuat karakternya menjadi rumit, tapi ia berhasil membuat karakternya menjadi jauh lebih hidup dan menarik untuk diikuti. Interaksi yang muncul antara Melanie dan Wanda memang menarik dan terkadang sanggup memancing tawa. Tidak saya pungkiri interaksi maupun obrolan antara mereka berdua benar-benar cheesy dan kadang tawa saya muncul bukan sebab adegannya lucu tapi sebab dialognya yang terasa menggelikan. Tapi pembawaan Ronan membuat momen dimana Melanie dan Wanda saling berbicara menjadi sebuah interaksi yang menarik. Terkadang ketika Melanie tiba-tiba menyela pembicaraan saya berhasil dibentuk tertawa. Sosok Ronan pun berhasil membuat karakternya menjadi sosok yang simpatik. Bahkan beberapa momen emosional yang muncul disini semuanya yaitu hasil dari akting Ronan yang berdialog dengan dirinya sendiri sepanjang film. Bagian jadinya memang tidak hingga membuat saya tersentuh tapi akting Ronan benar-benar menghidupkan suasananya. Secara keseluruhan Andrew Niccol berhasil membuat sebuah kisah dengan konsep dasar menarik yang dikemas menjadi tontonan yang meskipun terasa kurang mendalam tapi tetaplah menjadi sebuah sajian yang tidak buruk. Pada jadinya The Host pun ditutup dengan ending yang bergotong-royong standar dan bermain kondusif namun merupakan sebuah konklusi yang memuaskan bagi saya.  Bukan film yang anggun tapi terang berada diatas ekspektasi saya. Totally underrated.

Artikel Terkait

Ini Lho The Host (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email