Film ini ialah film kelima yang dibentuk oleh Kim Ki-duk sekaligus film pertamanya yang dirilis luas di pasar internasional. Saat diputar perdana di Venice Film Festival, film ini cukup mengundang kontroversi dan kehebohan lantaran banyak penonton yang dikala itu muntah bahkan pingsan akhir beberapa adegan yang cukup disturbing. Kontroversi juga muncul berkaitan dengan adanya adegan penyiksaan terhadap binatang yang diakui oleh Ki-duk sendiri ialah asli. Segala kontroversi dan efek yang muncul tersebut memang dapat dimaklumi lantaran adegan gore yang muncul dalam The Isle bukanlah sekedar gore yang mengandalkan darah atau kesadisan namun ditampilkan dengan realistis dan begitu terasa menyakitkan. Sebut saja dua adegan bunuh diri yang dilakukan dengan kail pancing yang terasa menyakitkan. Kemudian ada juga adegan penyiksaan terhadap beberapa binatang mulai dari membunuh kodok dengan brutal, mengiris sebagian badan ikan kemudian melepaskannya lagi, hingga menenggelamkan burung hidup-hidup dalam sangkarnya.Tapi supaya bagaimanapun film seorang Kim Ki-duk niscaya selalu meninggalkan keindahan dan interpretasi mendalam, begitu juga The Isle.
Film ini berkisah wacana sebuah resrot pemancingan yang cukup unik dimana pengunjung akan diberikan sebuah cottage yang mengapung ditengah danau. Tempat pemancingan tersebut dikelola oleh seorang gadis bisu berjulukan Hee-jin (Suh Jung) yang setiap hari mengadakan alat transportasi berupa sebuah bahtera di kawasan tersebut. Hee-jin juga menyediakan aneka macam kebutuhan bagi pengunjung menyerupai kopi hingga mengadakan para psk. Terkadang Hee-jin sendiri yang "melayani" pengunjungnya. Suatu hari datanglah seorang pengunjung berjulukan Hyun-Shik (Kim Yoosuk). Tapi Hyun-Shik bukan pengunjung biasa lantaran rupanya ia ialah buronan polisi akhir kasus pembunuhan yang pernah ia lakukan. Akibat pembunuhan tersebut pula hidup Hyun-Shik selalu berada dalam penyesalan dan rasa sakit. Secara perlahan justru mulailah terjalin korelasi asmara yang absurd antara Hyun-Shik dan Hee-Jin disana sehabis melalui beberapa insiden yang juga tidak kalah absurd dan menyakitkan.
Apakah adegan disturbing yang disebut memang benar-benar disturbing? Jawabannya ialah ya. Jika anda ialah penonton yang punya perut lemah sebaiknya hindari film ini atau setidaknya skip saja adegan-adegan tersebut, lantaran memang semuanya tampil begitu realistis dan terasa menyakitkan. Mungkin darah tidak terlalu banyak tumpah, tapi rasa sakit dan miris yang muncul begitu luar biasa. Diantara empat film Ki-duk yang pernah saya tonton, film inilah yang paling sulit untuk diikuti akhir banyaknya adegan disturbing. Tapi harus diakui adegan-adegan menyakitkan tersebut justru ialah esensi yang begitu besar lengan berkuasa dari inti film ini. Masih berjalan lambat menyerupai filmnya yang lain, lewat The Isle Kim Ki-duk coba menyuguhkan sebuah kisah wacana orang-orang yang tersiksa. Dalam siksaan tersebut mereka karam di lautan kesedihan yang penuh dengan rasa sakit. Hyun-Shik ialah aksara yang tersiksa oleh masa lalunya, dan lantaran itu ia begitu diselimuti rasa sakit dan duka yang luar biasa.
Merujuk pada judulnya sendiri, Ki-duk nampaknya ingin mengatakan bahwa individu tiap insan itu ialah bagaikan sebuah pulau yang hidup sendri-sendiri secara terpisah-pisah, tapi hal itu tidak menutupi kemungkinan akan ada yang berlabuh disana. Hal itu jugalah yang terlihat dalam diri dua tokoh utamanya yang pada awalnya hidup sendirian di jalan masing-masing namun seiring dengan kesepian dan depresi yang melanda dan menciptakan mereka tersiksa, berlabuhlah mereka di "pulau" masing-masing. Hal itu jugalah yang akan mengantarkan kita pada sebuah ending yang menampilkan suatu adegan membingungkan yang selalu menjadi perdebatan. Bagi saya itu ialah sebuah simbol dimana Hyun-Shik telah memasuki kehidupan Hee-Jin. Bagian selesai tersebut tidak nampak menyerupai konklusi bagi saya melainkan menyerupai sebuah rangkuman sureal dari apa yang ditampilkan oleh film ini sedari awal. Itulah sebabnya Hyun-Shik digambarkan masuk kedalam vagina, lantaran sedari awal yang berhasil meyatukan mereka berdua ialah korelasi seksual.
Tidak hanya adegan disturbing-nya saja yang menciptakan The Isle sulit ditonton tapi juga alur lambat (khas Ki-duk) dan suasana yang muram dan penuh kesedihan dan rasa sakit yang terasa sepanjang film. Beberapa adegan seks muncul namun saya tidak mencicipi gairah kesenangan didalamnya, yang ada hanyalah pelampiasan kesedihan pada masing-masing karakternya. Tidak hanya menunjukkan aksara yang tersiksa, namun film ini juga berusaha menciptakan penontonnya juga mencicipi bagaimana sakitnya mengalami ketersiksaaan tersebut. Bukan karya terbaik Kim Ki-duk tapi menyerupai biasa masih terasa unsur magis yang menciptakan saya mau tidak mau akan menyayangi film ini, sesulit apapun filmnya ditonton. Kesunyian yang menyihir ialah apa yang selalu saya rasakan dalam film Ki-duk. Bicara soal kesunyian lagi-lagi ada aksara yang tidak bicara disini. Nampaknya sudah jadi ciri khas sang sutradara menampilkan aksara bisu ataupun yang sangat jarang berbicara. Karena film-film Kim Ki-duk tidak pernah bercerita dengan kata-kata namun dengan gambar-gambar sunyi yang begitu indah.
Ini Lho The Isle (2000)
4/
5
Oleh
news flash