Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Java Heat (2013)

Sutradara Conor Allyn bisa dibilang merupakan salah satu sutradara yang paling ambisius dalam industri perfilman Indonesia beberapa tahun terakhir. Bagaimana tidak? Lihat usahanya dalam membuat trilogi epic dalam Merah Putih, Darah Garuda serta Hati Merdeka yang punya bujet raksasa dan kabarnya melibatkan banyak kru dari Hollywood meski pada alhasil kurang berhasil baik secara finansial maupun kualitas. Namun satu hal yang niscaya bahwa dalam merealisasikan ambisinya tersebut Conor Allyn tidak pernah melakukannya secara asal-asalan. Tentunya tidak butuh waktu usang baginya untuk menyiapkan proyek ambisius berikutnya dalam Java Heat ini. Memang kisah yang coba diangkat terasa cukup ambisius, yakni mengenai konflik agama, terorisme hingga perpaduan budaya, namun yang paling terasa sebagai bentuk kesungguhan Conor dalam membuat proyek besar tentunya yaitu keterlibatan dua bintang film besar Hollywood, yakni Kellan Lutz dan Mickey Rourke. Ya, ini tidak sama menyerupai KKD yang melontarkan omongan-omongan palsu ihwal merekrut aktris besar dunia, alasannya yaitu dua nama diatas memang termasuk dalam jejeran bintang film papan atas Hollywood khususnya Mickey Rourke yang pernah menerima nominasi Oscar. Dengan bujet $15 juta, akankah Java Heat menjadi sebuah film agresi yang mengesankan?

Hashim (Ario Bayu) yaitu anggota kesatuan Detasemen 88 yang tengah menyidik kasuh bom bunuh diri yang menewaskan puteri dari Sultan Jawa, Sultana (Atiqah Hasiholan). Dalam kejadian tersebut ada seorang saksi mata berjulukan Jake (Kellan Lutz) yang mengaku sebagai seorang ajun dosen dari Amerika yang tengah mempelajari sejarah seni di Jawa. Tapi sehabis melalui beberapa penyelidikan, Hashim menyadari bahwa Jake bukan sekedar orang absurd biasa yang tidak tahu apapun. Kondisi semakin kompleks ketika diketahui bahwa Achmed (Mike Muliadro) seorang pimpinan Islan garis keras bekerja sama dengan seorang teroris berjulukan Malik (Mickey Rourke). Sebuah sajian dongeng yang bahu-membahu sangat predictable dan berada di kelas yang tidak jauh beda dari film-film agresi kelas B di Hollywood. Tapi diawal saya akan membahas terlebih dahulu poin-poin yang paling digembar-gemborkan dalam Java Heat. Yang pertama terperinci keterlibatan Kellan Lutz dan Mickey Rourke. Kellan Lutz tidak menampilkan kualitas akting yang berbeda dibandingkan ketika bermain di Twilight Saga. Emosi dan lisan standar bahkan cenderung datar serta chemistry yang kurang berpengaruh dengan Ario Bayu. Sedangkan Mickey Rourke bukan pada akting terbaiknya, namun beliau sudah melaksanakan hal terbaik yang bisa ia lakukan dengan tokoh yang karakterisasinya terbatas. Akting Rourke bisa dibilang memang yang terbaik diantara pemain lain dalam Java Heat.

Kemudian bicara dilema bujet yang bisa dibilang cukup besar bahkan kalau dibandingkan dengan film-film medioker dari Hollywood, Java Heat termasuk yang berhasil memaksimalkan dana besar tersebut. Special Effect yang digunakan bisa dibilang memuaskan. Mulai dari bab bagu tembak hingga ledakan yang cukup banyak terasa cukup mengesankan dan lebih anggun dari secara umum dikuasai momen agresi yang ditampilkan oleh film-film Indonesia ketika ini (kecuali film-film Gareth Evans tentunya). Tidak hanya itu, bicara dilema sinematografi film ini juga termasuk cukup baik khususnya dalam hal menampilkan banyak sekali ciri khas Indonesia. Beberapa momen menyerupai bab titik puncak yang tersaji di Borobudur hingga sekedar momen sederhana yang menampilkan tugu Jogja meski hanya sekilas sudah cukup untuk menghadirkan senyum di bibir saya. Meski begitu di beberapa bagian, niat baik film ini untuk memasukkan banyak sekali aspek kebudayaan Indonesia terasa dipaksakan untuk masuk pada momen yang kurang tepat. Saya ambil rujukan penyinggungan dilema detil apa itu batik hingga kemunculan becak yang terasa agak dipaksakan. Tapi diluar itu saya cukup menyukai beberapa kemunculan ciri budaya negeri ini.
Untuk adegan agresi secara keseluruhan bagi saya cukup menghibur dan berjalan dengan tempo yang pas. Bahkan dongeng yang bahu-membahu begitu gampang ditebak bisa dikemas dengan cukup menghibur dan membuat saya tetap betah mengikuti film ini. Namun bicara dilema dongeng tidak bisa dipungkiri lagi-lagi ada beberapa hal yang dipaksakan dan pada alhasil berakhir konyol. Kekonyolan terjadi misalkan pada fakta bahwa sosok Sultan Jawa diperankan oleh Rudi Wowor. Saya paham maksudnya yaitu untuk menggambarkan keberagaman yang ada di negeri ini, namun kalau hingga menghadirkan sosok "bule" sebagai sultan di kerajaan Jawa saya rasa sudah terlalu dipaksakan. Tentu saja masih ada banyak sekali plot hole yang cukup konyol bertebaran di film ini. Bahkan banyak sekali obrolan cheesy yang bahu-membahu bissa jadi sebuah hiburan kalau dihantarkan dengan sempurna menjadi makin terasa konyol khususnya kalau itu yaitu porsi obrolan Kellan Lutz ataupun Ario Bayu. Tapi sekali lagi kalau anda memasang mindset bahwa Java Heat yaitu sebuah film agresi brainless kelas B yang memang penuh dengan kekonyolan menghibur maka anda tidak akan terlalu kecewa.

Namun cukup disayangkan alasannya yaitu bahu-membahu Java Heat punya begitu banyak potensi untuk "dipermainkan" dalam aspek ceritanya. Java Heat saya akui cukup berani dalam mengangkat isu-isu sosial dan agama khususnya mengenai terorisme, namun bahu-membahu hal-hal tersebut masih bisa dieksplorasi lebih jauh lagi. Diluar itu sekali lagi masih ada beberapa hal yang dipaksakan untuk menggambarkan perbedaan kultur dan agama yang ada di Indonesia, semisal adegan memandikan orang mayit orang Katolik dengan tata cara Islam, hingga obrolan ihwal agama yang seringkali terasa berlebihan dan sekali lagi dipaksakan untuk masuk. Tapi diluar itu semua film ini sudah cukup dalam menampilkan kultur dari banyak sekali agama yang ada di negeri ini. Java Heat memang bukan film yang bagus, tapi setidaknya sudah memperlihatkan hal-hal yang dijanjikan menyerupai penampilan Mickey Rourke yang lumayan, bujet rakasasa yang dimanfaatkan untuk menggarap adegan agresi dengan cukup baik, serta tidak lupa penampilan beberapa bintang film lokal macam Ario Bayu, Rio Dewanto hingga Atiqah Hasiholan yang bagi saya tidak kalah dengan Kellan Lutz bahkan beberaa diantaranya lebih baik.


Artikel Terkait

Ini Lho Java Heat (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email