Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Journey 2: The Mysterious Island (2012)

Pendapatan yang mencapai 4 kali lipat bujet dan balasan yang cukup positif dari para kritikus menciptakan jalan untuk menciptakan sekuel dari Journey to the Center of the Earth sangat lapang. Tentunya sebagai sebuah film yang mengutamakan hiburan, sekuelnya harus lebih besar lagi. Maka dari itu dengan masih mengusung pelengkap "shoot in 3D" dan penambahan bujet jadi hampir dua kali film pertamanya, sekuel yang bertajuk The Mysterious Island alhasil dirilis empat tahun sehabis film pertamanya. Tidak kembalinya Brendan Fraser dan Anita Briem tidak jadi masalah. Posisi Fraser sebagai sosok laki-laki tangguh digantikan Dwayne Johnson yang tentunya lebih menjual. Sedangkan Vanessa Hudgens menjadi pemanis menggantikan Anita Brien. Michael Caine bahkan juga turut serta dalam sekuel ini. Sedangkan Josh Hutcherson jadi satu-satunya pemain dalam film pertama yang kembali dalam sekuelnya.

Sean (Josh Hutcherson) yang mendapatkan sebuah sinyal radio misterius yang beliau yakini berasal dari sang kakek (Michael Caine) yang sudah dua tahun menghilang. Sean yakin sinyal itu dikirim oleh kakeknya dari sebuah pulau yang dikenal sebagai "Mysterous Island", sebuah pulau yang tertulis dalam novel karangan Julies Verne. Jika di film pertama Sean bertualang bersama sang paman, kali ini beliau dibantu oleh ayah tirinya, Hank (Dwayne Johnson). Bagi Hank sendiri situasi tersebut bisa beliau manfaatkan untuk menjalin hubungan  yang lebih baik dengan sang anak tiri yang selama ini tidak pernah menyukainya. Setelah arahan terpecahkan mereka melaksanakan perjalanan berdua mencari pulau misterius tersebut dengan menaiki helikopter milik Gabato (Luiz Guzman) dan puterinya Kailani (Vanessa Hudgens) yang menjadi guide perjalanan tersebut. Perjalanan mereka berempat menempuh banyak sekali macam rintangan yang berbahaya sekaligus makhluk-makhluk abnormal yang tidak terbayangkan alhasil dimulai.
Journey 2 sebenarnya berpotensi jadi sebuah film adventure yang cerdas, menegangkan dan dibalut dengan imbas visual dan 3D yang megah. Memasukkan unsur dari novel Verne kedalam kisah faktual bisa saja menjadi sebuah plot yang cerdas dan tentunya akan jadi petualangan yang menegangkan. Lalu bujet $110 juta itu pastinya akan bisa membalut petualangan itu jadi sebuah petualangan yang luar biasa. Tapi Journey 2 tidak tertarik untuk menggarap kisahnya dengan lebih serius. Memasukkan elemen dalam novel Verne memang menciptakan film ini penuh banyak sekali imajinasi, tapi sanksi dalam plotnya terkesan biasa saja bahkan cenderung bodoh. Menampilkan khas film petualangan yang bisa ditonton semua umur termasuk belum dewasa ditemani orang tuanya, film ini memang disajikan dengan amat ringan dan dibumbui banyak adegan klise. Tentu saja yang coba dibangun oleh film ini yaitu petualangan yang menyenangkan, seru dan ringan, bukan sebuah petualangan menegangkan dalam sebuah pulau misterius yang mengerikan. Tapi setidaknya basis dongeng yang dipunyai film ini sudah cerdas dengan berbasis dari karya Verne yang memang punya daya imajintaif mengagumkan dan sumber-sumber akurat tersebut.
Akting para pemainnya juga sah-sah saja kalau dibilang buruk. Dwayne Johnson dan Josh Hutcherson tidak pantas sebagai ayah-anak walaupun hanya berstatus ayah-anak tiri sekalipun. Mereka lebih ibarat dua sahabat main berbeda umur. Vanessa Hudgens juga begitu-begitu saja dalam artian beliau tidak bagus. Michael Caine mungkin yang paling menonjol tapi toh kiprahnya disini tidak menuntutnya berakting dengan serius dan maksimal. Cerita dan plot yang klise dan agak bodoh, aktingnya juga buruk. Seberapa buruk? Tidak terlalu buruk, hanya saja untuk sebuah adegan kecelakaan pesawat yang mengancam nyawa mereka lisan takut dan cemas yang diperlihatkan para pemainnya ibarat lisan orang sedang naik wahana di arena bermain. Atau lihat bagaimana reaksi seorang cucu yang tiba-tiba bertemu kakeknya yang sudah dua tahun menghilang seolah bertemu sahabat sebayanya yang gres seminggu kemudian pergi keluar kota.

Tapi jujur saja film ini yaitu salah satu bentuk tepat dari istilah guilty pleasure setidaknya bagi saya. Berusaha tampil ringan, film ini tidak berusaha menciptakan Mysterious Island sebagai sebuah lokasi yang misterius dan mengerikan tapi menjadi sebuah pulau yang cerah, penuh warna dan dipenuhi hewan raksasa yang juga sangat eye catchy. Efek visualnya tidak bisa dipungkiri terlihat begitu menarik mata dan megah walaupun terkesan tidak faktual terkadang tapi tetap saja segala sajian visual di film ini yummy ditonton. Efek 3D yang digunakan juga memuaskan dengan banyaknya adegan benda mengarah ke layar dan nuansa "terbang" yang disajikan dengan efektif.

Jujur saja meskipun klise tapi dengan imbas visual yang memuaskan ibarat itu banyak sekali adegan aksinya bisa ditampilkan dengan sangat menghibur meskipun sekali lagi banyak adegan-adegan kurang akil yang mewarnainya. Tapi yang terang bujet tinggi itu terang dimaksimalkan disini. Beberapa lawakan yang ditampilkan memang tidak sepenuhnya berhasil tapi cukup banyak juga yang terasa segar baik itu yang kurang akil sekalipun (Dwayne shake his chest???) hingga lawakan yang (berusaha) cerdas lewat lontaran dialog-dialog yang ada. Tentunya satu hal lagi yang sangat menghibur saya. Akting boleh jelek, tapi Vanessa Hudgens tetap menjadi penyedap mata yang tidak bisa ditolak. She's really hot! Inilah yang namanya guilty pleasure dimana saya tahu banyak hal kurang akil dan buruk tapi saya mendapatkan kesenangan dalam menontonnya walaupun ada sedikit perasaan bersalah sebab menyukainya. Saya sadar akting Vanessa buruk tapi saya tidak menyangkal tampilan fisiknya amat sangat menghibur. Saya sadar film ini dongeng dan beberapa teknis khususnya wacana akting itu buruk tapi saya tidak bisa menolak fakta bahwa saya terhibur oleh petualangannya dan tidak menolak kalau ada film ketiga walaupun harus bertualang ke Bulan sekalipun.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Journey 2: The Mysterious Island (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email