Monday, January 14, 2019

Ini Lho The Machinist (2004)

Anda mungkin belum pernah menonton film ini, tapi saya yakin anda pernah mendengar dongeng dibalik proses pembuatan filmnya. Cerita yang saya maksud tidak lain yakni wacana Christian Bale yang melaksanakan diet ketat demi menjadi huruf yang ia mainkan di film ini. Bale yang aslinya memiliki berat tubuh 82 kilogram sebelum syuting menurunkan beratnya menjadi hanya 54 kg, yang artinya beliau kehilangan 28 kg. Diet yang ia lakukan yakni dengan hanya mengkonsumsi kopi hitam tanpa gula ditambah satu buah apel atau satu tuna kalengan tiap harinya. Awalnya Bale masih ingin menurunkan lagi beratnya hingga mencapai 45 kg, tapi sutradara Brad Anderson menolak alasannya yakni hal itu dapat membahayakan kesehatan sang aktor. Jika fakta itu sudah terdengar luar biasa, jangan lupa bahwa sehabis The Machinist Bale kembali menambah beratnya sebanyak 27kg demi kiprahnya sebagai Bruce Wayne dalam Batman Begins yang rilis setahun kemudian. Tapi selain Christian Bale yang nampak ibarat mayit hidup, tentunya film ini punya hal lain untuk ditawarkan pada penonton.

Trevor Reznik (Bale) yakni seorang laki-laki yang bekerja sebagai seorang operator mesin (machinist) di sebuah pabrik. Trevor sudah setahun ini mengalami insomnia akut yang membuatnya tidak pernah dapat tidur sedetikpun. Hal itu sendiri membuat kondisi fisiknya menurun, dimana berat badanya terus-terusan anjlok. Rekan-rekan kerjanya sendiri mulai merasa adanya perubahan dalam diri Trevor yang makin sering menyendiri dan tidak pernah lagi berkumpul bersama mereka diluar jam kerja. Selama ini juga Trevor terus ditemani oleh seorang pelacur berjulukan Stevie (Jennifer Jason Leigh). Namun relasi mereka sendiri lebih dari sekedar pelacur dan pelanggan, alasannya yakni mereka sering bertukar cerita, dimana hal itu membuat Stevie dan Trevor sama-sama nyaman dalam menjalani kesendirian mereka. Suatu hari Trevor bertemu dengan Ivan (John Sharian) yang mengaku sebagai sesama pekerja di pabrik, meski selama ini Trevor merasa belum pernah melihat Ivan. Munculnya Ivan ternyata mempengaruhi Trevor dimana suatu hari Trevor hingga membuat kecelakaan di daerah kerja yang membuat rekannya kehilangan satu lengan. Sambil memeriksa keberadaan Ivan, Trevor mulai menemukan satu demi satu misteri yang ada di sekitarnya.

Tentang apa yang terjadi pada diri Trevor, saya yakin secara umum dikuasai penonton sudah tahu apa yang bergotong-royong terjadi. Dengan hanya melihat fakta bahwa Trevor mengalami insomnia akut yang mempengaruhi fisik dan psikisnya, kita sudah tahu wacana tanggapan dibalik misteri besar yang melingkupi film ini semisal siapa bergotong-royong Ivan dan beberapa hal lain. Namun The Machinist masih punya beberapa kejutan lain untuk diberikan pada penonton. Makara misalkan kita sudah tahu tanggapan atas misteri utamanya, film ini masih menyimpan beberapa kejutan lain wacana pernak-pernik yang mengiringi misteri tersebut. Tapi tunggu dulu, twist yang dapat ditebak tentunya bukanlah ukuran keberhasilan sebuah thriller, apalagi bagi sebuah film yang menyebut dirinya sebagai psychological thriller. Meski banyak thriller psikologis yang nantinya memiliki kejutan entah itu dengan personality karakternya atau wacana hal lain, intinya sebuah thriller psikologis akan terasa semakin baik kalau mampu menghadirkan sisi terdalam (dan mungkin terkelam) dalam diri manusia. Bagaimana sisi psikologis insan dieksplorasi sedalam mungkin hingga membuat sebuah ketegangan alasannya yakni intinya personality tiap-tiap insan yakni salah satu misteri terbesar dan paling menarik untuk dikulik. 
Jika dilihat dari faktor diatas, The Machinist memang mampu menyuguhkan begitu kelamnya kondisi seseorang yang tengah terganggu aspek psikologisnya. Film ini yakni mengenai bagaimana tidak hening dan terganggunya kehidupan seseorang yang memendam rasa bersalah begitu besar. Selain itu, film ini juga menyoroti bagaimana orang yang hidup dalam kesendirian dan mencari sosok orang lain untuk menyebarkan permasalahan yang ia alami.  Melihat hal itu, The Machinist sudah begitu baik dalam menghadirkan nuansa yang kelam dan berpengaruh dengan aura kesendirian. Dengan begitu bukankah film ini yakni film yang baik alasannya yakni berhasil menyoroti sisi terdalam pada diri manusia? Tunggu dulu, masalahnya The Machinist juga begitu berfokus pada misterinya. Yang lebih disoroti yakni bagaimana gangguan psikologis tersebut membuat teka-teki dalam kehidupan Trevor, dan teka-teki itulah yang menjadi senjata utama dalam film ini, dan kalau bicara teka-teki atau misteri maka The Machinist tidak punya misteri yang dapat membuat penontonnya puas alasannya yakni "ditipu". Kenapa? Karena sudah sedari awal kita dapat menebak apa yang bergotong-royong terjadi pada Trevor. Bahkan dengan melihat permainan hangman yang melekat di kulkas milik Trevor kita sudah dapat menebak lebih jauh lagi.

The Machinist mengeksplorasi jauh lebih dalam lagi wacana insomnia, bahkan hingga ke dampak yang paling parah. Film ini mampu mengaitkan antara dampak yang terjadi pada insomnia dengan beberapa konflik yang berkecamuk dalam diri Trevor mulai dari rasa bersalah hingga rasa kesepian. Jika ditilik lebih jauh memang film ini begitu cendekia dalam menunjukkan benang merah pada beberapa hal tersebut hingga jadinya menunjukkan satu kesatuan yang rapih dalam gangguan psikis yang diderita oleh Trevor. Hasil jadinya kalau dilihat dari aspek misteri yang dimuat memang menjadi kurang menarik alasannya yakni begitu gampang ditebak, tapi dari eksplorasi psikologis karakternya, The Machinist yakni film yang berhasil. Tidak hanya mendalam namun juga cerdas dalam usahanya mengaitkan segala konflik dalam internal manusia. Jangan lupakan juga akting Christian Bale yang baik disini, meski tidak se-luar biasa usahanya dalam mengurangi berat badan, tapi terbukti bahwa metodenya tersebut mampu membuat sang pemain film mendalami sosok Trevor yang terganggu psikis dan fisiknya. Bagimana tidak? Siapa juga yang tidak bosan dalam sehari hanya mengkonsumsi secangkir kopi hitam pahit dengan apel atau tuna kalengan? Inilah kisah wacana bagaimana seseorang tetap mendapat mimpi jelek walaupun ia tidak pernah bsa tertidur.


Artikel Terkait

Ini Lho The Machinist (2004)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email