Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Mama (2013)

Mama aslinya ialah sebuah film pendek berdurasi hanya 3 menit yang dibentuk oleh Andres Muschietti. Namun meski sangat pendek, tapi Mama sudah bisa menawarkan tingkat kengerian yang luar biasa pada penontonnya. Lima tahun berselang, alhasil versi panjang dari Mama yang masih disutradarai oleh Andres Muschietti dibuat. Dengan adanya nama Guillermo del Toro sebagai produser, sudah tentu film ini menarik untuk dinantikan, meski sebelumnya saya dibentuk kecewa oleh Don't be Affraid of the Dark yang juga diproduseri oleh del Toro. Dengan adanya del Toro saya bisa memperkirakan bahwa film ini tidak akan berakhir menjadi film horror biasa, melainkan mempunyai unsur dongeng menyerupai yang sudah menjadi ciri khas del Toro selama ini. Memanjangkan film yang aslinya 3 menit menjadi 100 menit tentu bukan hal mudah, alasannya ialah itu keputusan untuk menentukan Andres Muschietti sebagai sutradara ialah langkah yang bijak, alasannya ialah Muschietti yang menciptakan film pendeknya niscaya tahu betul mengenai Mama. Selain itu adanya nama Jessica Chastain yang notabene ialah salah satu aktris paling berbakat ketika ini tentu menciptakan proyek ini semakin menjanjikan kualitas yang memuaskan.

Film ini menceritakan kisah ihwal Jeffrey (Nikolaj Coster-Waldau) yang pada krisis ekonomi 2008 mengalami depresi dan memutuskan untuk membunuh rekan bisnis dan istrinya sendiri. Kemudian Jeffrey membawa kedua puterinya yang masih kecil, Victoria (3 tahun) dan Lilly (1 tahun) ke sebuah pondok di tengah hutan untuk membunuh keduanya. Namun sebelum itu sempat ia lakukan, Jeffrey ditangkap oleh sesosok makhluk misterius, dan dongeng melompat lima tahun setelah bencana tersebut. Dikisahkan Lucas (diperankan juga oleh Nikolaj Coster-Waldau) yang merupakan saudara kandung Jeffrey terus mencari keberadaan Victoria dan Lilly yang menghilang. Sampai suatu hari keduanya ditemukan dalam kondisi layaknya binatang liar. Lucas dan sang istri, Annabel (Jessica Chastain) membawa Victoria dan Lilly ke rumah mereka dengan impian keduanya bisa kembali normal sambil terus mendapatkan perawatan psikologis dari Dr. Dreyfuss (Daniel Kash). Tapi satu hal yang tidak mereka ketahui ialah keberadaan sosok misterius yang dipanggil oleh Victoria dan Lilly dengan sebutan "Mama".

Seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya, Mama akan punya sentuhan khas del Toro meski beliau tidak duduk di dingklik sutradara. Sentuhan khas yang saya maksud tentunya ialah terasanya unsur dongeng yang menghiasi jalan dongeng film ini. Memang tidak terlalu kental ataupun sekuat film-film del Toro lainnya, tapi Mama tetap punya fairy tale sendiri yang membedakan kisahnya dengan film horor hantu-hantuan pada umumnya. Saya menyukai aspek fairy tale tersebut dan bagaimana kisah ala dongengnya dihadirkan. Sosok Mama sebagai hantu dalam film ini bukan sekedar hantu yang asal meneror tanpa alasan jelas. Saya suka bagaimana Mama diceritakan punya latar belakang yang cukup tragis dan pada alhasil beliau melaksanakan teror sebagai hantu dengan mempunyai alasan. Karakter hantu dalam sebuah film biasanya terlupakan untuk diberikan karakterisasi, tapi hantu dalam film ini punya karakterisasi bahkan punya perasaan. Hantu di Mama bukan sekedar sosok angker yang doyan menakut-nakuti orang, tapi lebih kepada inkarnasi dari sosok yang mengalami kesedihan dan kegetiran semasa hidupnya, dan kembali ke dunia sebagai bentuk dari urusan yang belum ia selesaikan. 
Layaknya film-film yang bekerjasama dengan del Toro lainnya, Mama juga punya nilai plus dalam aspek visualnya. Keindahan yang kelam sangat terasa dalam gambar-gambar yang tersaji dengan baik dalam film ini. Mulai dari imbas kemunculan hantu yang meyakinkan, adegan flashback yang menghadirkan gambar dengan pewarnaan yang unik namun tetap terasa kelam, sampai momen tamat yang disajikan dengan begitu indah tapi tidak pernah kehilangan aura gothic yang begitu menempel pada diri del Toro selama ini. Namun ini ialah film horor, jadi seindah apapun grafisnya atau sedalam apapun ceritanya akan menjadi percuma kalau tidak bisa menghadirkan kengerian bagi penonton. Mama sendiri termasuk cukup berhasil menghadirkan momen-momen seram. Memang kebanyakan berasal dari trik lama, yaitu mengagetkan penonton lewat kemunculan hantu yang tiba-tiba dan dibalut iringan musik yang menghentak. Trik yang bisa dibilang kedaluwarsa tapi masih cukup efektif untuk menawarkan kengerian, apalagi di beberapa adegan kemunculan sosok Mama tidak hanya mengagetkan namun juga terasa mengerikan. Sayangnya Muschietti terasa tidak sabar untuk segera memunculkan sosok sang hantu. Sedari awal sang hantu sudah tidak malu-malu menampakkan wujudnya dengan begitu jelas. Sangat disayangkan, pada alhasil di momen titik puncak sosok Mama tidak lagi menyeramkan, bahkan agak membosankan akhir sudah terlalu sering dimunculkan.

Saya suka penampilan Jessica Chastain disini. Jika sebelumnya ia identik dengan sosok perempuan berambut merah dan berkulit putih mulus, maka dalam Mama Chastain terlihat berbeda. Rambutnya hitam, kulitnya tidak seputih biasanya, dan ada beberapa tato yang menciptakan sosoknya terlihat lebih liar. Belum lagi banyak sekali kata-kata bergairah yang ia keluarkan menciptakan saya begitu menyukai sosoknya disini. Bukti bahwa Jessica Chastain memang bisa memainkan huruf yang berbeda dan cukup berilmu dalam menentukan proyek film. Saya justru merasa sosok Lucas yang diperankan Nikolaj Coster-Waldau tidak penting dan kemunculannya begitu pointless. Lucas hanya digunakan sebagau penghubung antara latar belakang Vicoria dan Lilly dengan Annabel yang memang jadi sorotan utama. Selebihnya ia hanya melaksanakan hal-hal tidak berguna. Secara keseluruhan filmnya sendiri saya cukup puas ditakut-takuti dan dibentuk kaget oleh Mama. Andaikan hantunya tidak terlalu sering dimunculkan dan lebih fokus pada pembangunan suasana, maka film ini akan jauh lebih anggun dan menyeramkan. Apalagi intinya Mama sudah bersedia "repot" membangun jalan dongeng yang lebih berisi dan memasukkan kisah drama ibu dan anak yang cukup menjadi pondasi kisah film ini.


Artikel Terkait

Ini Lho Mama (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email