Monday, January 14, 2019

Ini Lho Rectoverso (2013)

Novel Rectoverso yang ditulis Dewi Lestari atau Dee yaitu sebuah novel yang begitu Istimewa bagi saya. Saya yang bukan seorang pecinta novel bahkan termasuk malas membaca bisa dibentuk begitu menyukai rangkaian 11 dongeng pendek yang dipaparkan oleh Dee. Rectoverso bagi aku yaitu sebuah kisah cinta yang bisa menciptakan pembacanya mencicipi jatuh cinta ketika membacanya. Saat mendengar bahwa akan dibentuk film penyesuaian dari novel tersebut, aku antara tertarik dan ragu. Tentu saja aku tertarik melihat bagaimana novel favorit aku diangkat dalam media film. Tapi tentunya aku ragu, alasannya yaitu mengangkat dongeng dalam buku menjadi film bukan kiprah yang mudah, apalagi film ini disutradarai bukan oleh nama-nama besar dalam dunia penyutradaraan, namun oleh lima perempuan yang selama ini lebih dikenal sebagai aktris, yaitu Marcella Zalianty, Olga Lydia, Rachel Maryam, Happy Salma dan Cathy Saron. Dari sebelas cerita, dipilih lima dongeng yang beberapa diantaranya yaitu dongeng favorit aku dalam novel tersebut. Kelima dongeng itu yaitu Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak di Dinding, Curhat Buat Sahabat dan Hanya Isyarat. Tidak menyerupai novelnya yang menampilkan satu per satu ceritanya, versi film Rectoverso menghadirkan kelima kisahnya secara bergantian dimana satu kisah dengan kisah lainnya akan berjalan beriringan dari awal hingga akhir.

Malaikat Juga Tahu yang disutradarai oleh Marcella Zalianty yaitu yang terbaik bagi saya. Bercerita wacana kisah cinta antara Abang (Lukman Sardi) yang seorang penderita autis dan Leia (Prisia Nasution), segmen ini punya kedalaman kisah yang paling bagus. Ceritanya paling mengena, akting para pemainnya bagus, dan punya momen puncak yang sanggup menciptakan aku begitu terharu. Momen puncak yang dirangkum dengan begitu baik dan memperlihatkan bahwa Lukman Sardi sejatinya yaitu salah satu pemain film terbaik Indonesia ketika ini jikalau beliau lebih pandai menentukan kiprah dalam film-filmnya. Malaikat Juga Tahu versi film pun bagi aku terasa sesuai dengan apa yang aku bayangkan disaat membaca ceritanya. Sedangkan Firasat yang disutradarai Rachel Maryam sayangnya terasa begitu lemah dalam menghadirkan konfliknya. Segmen ini punya potensi menghadirkan konflik batin yang bergejolak disaat seseorang harus berhadapan dengan firasat yang ia sanggup mengenai sosok orang yang ia cintai. Tapi apa yang tersaji hanya sebuah kisah kegalauan Senja (Asmirandah) dimana cintanya terhadap Panca (Dwi Sasono) tidak kunjung bisa terucap. Kesan tragis yang dipunyai ending novelnya menghilang disini, bahkan entah aku yang salah menafsirkan atau memang begitu adanya, versi film ini punya interpretasi ending berbeda yang justru mengurangi esensi ceritanya.

Kemudian ada Cicak di Dindingi karya Cathy Saron. Saya tidak terlalu suka dengan dongeng ini di versi novelnya, tapi aku begitu menantikan momen indah dimana Saras (Sophia Latjuba) mendapatkan hadiah berupa lukisan cicak glow in the dark dari Taja (Yama Carlos). Sayangnya keinginan aku tidak terpenuhi alasannya yaitu momen itu berakhir biasa saja. Sedangkan secara keseluruhan Cicak di Dinding tidaklah Istimewa namun juga tidak buruk. Kisah cintanya lebih liar jikalau dibanding segmen lain, dan Sophia Latjuba terlihat begitu menarik hati disini. Tapi hanya itu, tidak lebih. Curhat Buat Sahabat yang disutradarai Olga Lydia yaitu segmen yang paling aku tunggu, alasannya yaitu ceritanya yaitu favorit aku di novel. Kisahnya simpel, yakni wacana curhatan Amanda (Acha Septriassa) kepada sahabatnya, Reggie (Indra Birowo) mengenai kehidupan cintanya yang gres saja menemui kegagalan. Kehangatan hubungan Amanda dan Reggie tergambar dengan baik disini, hanya melalui serangkaian dialog dan beberapa flashback. Meski sederhana, Curhat Buat Sahabat terasa begitu manis dan mengharukan. Justru dengan kesederhanaannya itulah segmen ini sukses mengambil hati penonton, apalagi bagi mereka yang pernah mencicipi apa yang terjadi dalam segmen ini.
Terakhir ada segmen Hanya Isyarat milik Happy Salma. Sayang sekali, segmen yang punya kisah sama sederhanannya dengan Curhat Buat Sahabat ini gagal menawarkan kisah yang menyentuh. Kesederhanaan yang ada bukannya dimanfaatkan untuk menciptakan kisah yang down-to-earth namun justru terasa membatasi kisahnya untuk berkembang. Momen dimana Al (Amanda Soekasah) menceritakan kisah sedihnya di depan teman-temannya terasa biasa saja. Ini yaitu sebuah kisah mengenai cinta yang tak terwujud dan tidak terungkapkan, namun aku tidak mencicipi bittersweet yang harusnya terpancar dari Hanya Isyarat. Secara keseluruhan, Rectoverso tetap sebuah drama romansa yang tidak buruk, dan menyenangkan untuk diikuti. Tapi sayang, kisah-kisahnya yang punya kedalaman begitu baik terasa lebih dangkal disini. Bagi yang bukan pecinta novelnya mungkin akan menyukai, tapi aku yang begitu mengasihi novelnya merasa bahwa penyesuaian ini melupakan aneka macam esensi wacana cinta dan kehidupan yang dikonfrontasikan oleh Dee dalam ceritanya. 

Salut pada editornya yang sanggup merangkai kelima kisahnya secara bergantian namun masih tetap bisa dinikmati. Saya sendiri agak menyayangkan bagaimana film ini dipresentasikan. Andai disajikan secara berurutan satu per satu, rasanya momentum titik puncak dari masing-masing segmen khususnya Curhat Buat Sahabat dan Malaikat Juga Tahu akan sanggup menciptakan air mata ini mengalir. Tapi entah bagaimana dengan Firasat, Hanya Isyarat dan Cicak di Dinding yang terasa lemah itu. Sejatinya, Rectoverso yaitu aneka macam kisah wacana rasa cinta yang tak terucap, tak terbalas ataupun tak terwujud. Dibalik tiap-tiap kisahnya selalu ada aspek-aspek kehidupan yang memberi pengaruh, mulai dari firasat, hasrat seksual, ketulusan, saling menghargai, hingga masih banyak lagi. Sayangnya penyesuaian film ini terasa menurunkan kedalaman dan kualitas dongeng tersebut menjadi hanya sebatas kisah cinta yang menghibur untuk diikuti dan menyentuh di beberapa bagian, hanya sebatas itu.


Artikel Terkait

Ini Lho Rectoverso (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email