Monday, January 14, 2019

Ini Lho Doomsday Book (2012)

Tema yang menarik dan eksistensi Kim Ji-woon ialah alasan mengapa saya menonton film ini. Doomsday Book ialah sebuah antologi yang berisi tiga dongeng mengenai bagaimana insan secara sengaja/tidak sengaja melaksanakan hal yang membuat kehancuran bagi mereka sendiri. Dari ketiga dongeng tersebut, Kim Ji-woon menyutradarai segmen Heavenly Creatures, sedangkan dua segmen lainnya disutradarai oleh Yim Pil-sung. Doomsday Book sendiri ialah film antologi dari Korea pertama yang pernah saya tonton. Berikut ini pembahasan masing-masing segmennya.

BRAVE NEW WORLD
Segmen pembuka ini bercerita ihwal Yoon Seok-woo (Ryo Seung-beom) yang ditinggal sendirian di rumah sehabis kedua orang renta dan adik perempuannya pergi berlibur. Seok-woo memang bukan anak kesayangan orang tuanya, bahkan ia sering mendapat perlakuan yang sanggup dibilang tidak adil. Selama ditinggal oleh keluarganya, Seok-woo melaksanakan kencan buta dengan seorang perempuan manis berjulukan Kim Yoo-min (Ko Joon-hee). Yoo-min yang manis dan seksi ternyata menyukai Seok-woo yang sekilas hanya laki-laki cupu. Namun kebahagiaan keduanya mendadak berubah ketika sebuah virus misterius mulai menjangikit semua orang, termasuk mereka berdua. Brave New World bukanlah sebuah pembukaan yang menjanjikan. Daripada menyajikan teror atau kisah perenungan, segmen ini justru lebih kental unsur komikal dan komedinya. Apalagi tokoh utamanya ialah seorang geek yang cupu dan sering bertingkah konyol. Namun komedinya tidak lucu. Usaha untuk menajabarkan kisah ihwal bagaimana ulah insan yang tidak peduli pada lingkungannya dan pada hasilnya menghancurkan mereka sendiri menjadi tidak mengena akhir nuansa komedinya yang gagal. Asal muasal virusnya juga tidak dijabarkan dengan jelas. Daripada menggugah kesadaran atau menunjukkan teror, segmen pertama ini justru terasa konyol.
2/5

HEAVENLY CREATURE
Segmen dari Kim Ji-woon yang paling saya tunggu ini berkisah di masa depan dimana robot sudah menjadi hal yang biasa untuk membantu kehidupan manusia. Park Do-won (Kim Kang-woo), seorang teknisi robot suatu hari dipanggil ke sebuah kuil untuk meneliti sebuah robot bertipe RU4. RU4 mengaku telah mendapat pencerahan dan semua orang di kuil percaya bahwa robot tersebut ialah Buddha. Benarkah RU4 memang Buddha? Ataukah hanya sebuah robot yang mengalami kerusakan? Diluar dugaan Kim Ji-woon tidak menghadirkan sebuah segmen yang brutal dan penuh kekerasan menyerupai yang jadi ciri khasnya selama ini. Dibanding dua segmen lain, Heavenly Creature jadi yang punya tempo paling lambat dan menghadirkan paling banyak perenungan ihwal eksistensi makhluk hidup dan makna dibalik makhluk hidup itu sendiri. Tentunya ini juga ialah kisah ihwal bagaimana insan mencoba untuk bermain Tuhan dan justru malah mengancam umat insan sendiri. Ide ceritanya terang tidak baru, alasannya ialah Heavenly Creature terasa menyerupai i-Robot hanya minus adegan agresi dan lebih banyak perenungan. 
3/5

HAPPY BIRTHDAY
Segmen epilog ini berkisah ihwal Bumi yang terancam menghadapi simpulan zaman sehabis meteor berukuran raksasa mendekat dengan kecepatan tinggi. Tapi ternyata dibalik itu semua ada kejutan mengenai asal muasal datangnya meteor tersebut. Dibanding dua segmen lainnya, Happy Birthday memang masih berkisah ihwal perbuatan insan yang membuat dunia terancam kehancuran, tapi satirnya terasa kurang mengena. Apakah ini sindiran ihwal bagaimana internet berjalan ketika ini? Tapi bagi saya Happy Birthday ialah yang paling menghibur diantara kedua segmen lainnya. Sutradara Yim Pil-sung masih menentukan pendekatan komedik, namun kali ini terasa lebih efektif kalau dibandingkan Brave New World, meski masih banyak humor yang tidak lucu. Kejutannya unik dan cukup gila, hanya saja ending-nya terasa terlalu panjang bagi saya dan terlalu berusaha mendapat happy ending. Toh memang Doomsday Book memang sekumpulan kisah ihwal kehancuran namun selalu menyimpan cita-cita guna menyadarkan umat manusia.
3/5

OVERALL: Doomsday Book punya hasil simpulan yang berada dibawah ekspektasi saya. Film ini memang tidak berusaha menunjukkan teror, tapi lebih kepada menunjukkan perenungan kepada para penontonnya semoga mereka sadar bahwa kehancuran umat insan justru sanggup terjadi akhir ulah insan sendiri. Tapi sayangnya perenungan tersebut tidak berhasil disampaikan secara maksimal akhir beberapa pendekatan yang terlalu komikal dalam dua segmen Yim Pil-sung. Sedangkan untuk segmen Kim Ji-woon punya potensi jauh lebih menarik dan mendalam, hanya saja terbatas oleh durasi. Mungkin kalau dibentuk versi film panjangnya akan jauh lebih bagus.


Artikel Terkait

Ini Lho Doomsday Book (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email