Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Rear Window (1954)

Sebelum ini gres tiga film Alfred Hitchcock yang pernah saya tonton, tapi dari ketiga film itu saya sudah mengakui statusnya sebagai master of suspense. Mulai dari Psycho, The Birds hingga Rope, sutradara yang satu ini selalu punya cara luar biasa untuk menghadirkan ketegangan bagi penontonnya. Berbagai momen sederhana mulai dari adegan menyeberang jalan atau seorang polisi yang di-close up dalam Psycho hingga adegan ribuan burung yang mendadak hinggap di halaman sekolah bisa disulapnya menjadi sebuah adegan yang begitu mencekam. Hitchcock seolah tahu benar cara mempermainkan sisi psikologis dan ketegangan penonton, dan Rear Window yaitu bukti lain bahwa Hitchcock selalu bisa melaksanakan hal tersebut namun dengan menggunakan teknik dan pendekatan yang berbeda-beda. Rear Window sendiri yaitu sebuah film yang membawa Alfred Hitchcock meraih nominasi Oscar untuk kelima kalinya dalam nominasi Best Director, sebuah kategori yang pada akibatnya akan sekali lagi ia dapatkan lewat Psycho namun seumur hidup tidak pernah ia menangkan (salah satu malu terbesar Academy Awards). Selain itu film ini juga menerima nominasi Best Screenplay untuk naskah yang ditulis John Michael Hayes.

Jika dalam Rope Hitchcock membuat filmnya seolah diambil lewat satu shot panjang sehingga membuat emosi penonton bisa terbawa maka dalam Rear Window penonton seolah ikut ambil kepingan dan terlibat dalam film tersebut. Kisahnya yaitu perihal L.B. Jefferies (James Stewart), seorang fotografer profesional yang gres saja mengalami kecelakaan dikala bekerja yang membuat kakinya patah dan memaksa Jefferey tinggal di bangku roda, "terkurung" dalam apartemennya. Tentu saja tidak banyak hal yang bisa ia lakukan dalam kondisi menyerupai itu. Rasa bosan dan kesepian menjadi hal yang selalu ia rasakan, apalagi selama itu ia hanya bisa bertemu dengan perawatnya, Stella (Thelma Ritter) dan Lisa (Grace Kelly), yang merupakan kekasihnya. Jefferies sendiri juga sedang merasa bosan terhadap Lisa yang dianggapnya terlalu sempurna. Karena itu satu-satunya hal yang bisa menjadi hiburan bagi Jeff yaitu memperhatikan acara para tetangganya dari balik jendela. Awalnya semua itu hanya untuk senang-senang hingga akibatnya Jeff merasa ada yang mencurigakan dari salah seorang tetangganya, dan acara "mengintip" tersebut berjalan terlalu jauh dan mulai berbahaya.

Seperti yang sudah saya singgung di atas, Rear Window mampu mengajak penontonnya seolah ikut ambil kepingan dalam film ini. Dengan begitu banyak sudut pandang yang diambil secara first person lewat teropong ataupun kamera milik Jeff, kita sebagai penonton seolah melihat secara pribadi semua bencana yang terjadi. Hitchcock benar-benar jeli dalam memanfaatkan ruang sempit dan sudut pandang orang pertama guna membangun ketegangan. Kondisi tokoh utamanya yang lumpuh dan tidak bisa beranjak bebas dari bangku rodanya juga bisa membuat penonton ikut merasa tidak berdaya. Memang hal yang paling menegangkan sekaligus mengerikan yaitu disaat kita hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat sesuatu. Dalam Rear Window, Hitchcock bisa mendobrak batas yang memisahkan penonton dengan film yang sedang ditonton. Banyak film-film suspense yang berhasil membuat saya terpaku, tapi gres Rear Window yang bisa membuat saya merasa begitu tidak berdaya dan secara tidak sadar ingin bisa turut campur dalam ceritanya.
Namun tidak sedari awal Rear Window mengumbar ketegangan, sebab lagi-lagi Hitchcock tahu betul bagaimana cara membangun ketegangan yang maksimal pada titik puncak filmnya. Jika dalam The Birds ia sengaja membangun suasana filmnya dengan begitu ringan di awal layaknya film komedi romantis sebelum semuanya diputar balikkan menjadi sebuah teror, maka dalam Rear Window kita akan disuguhi awal yang sedikit lambat. Pengenalan aksara Jeff lengkap dengan hobi "mengintip" yang ia lakukan serta hubungannya dengan orang-orang khususnya Lisa sang kekasih menjadi sorotan utama di kepingan awal hingga pertengahan. Hobi Jeff tersebut awalnya akan terlihat sebagai sebuah pekerjaan yang iseng, hingga secara perlahan permasalahan muncul dikala Jeff meragukan bahwa salah satu tetangganya telah melaksanakan sebuah tindakan kriminal. Disini kita mulai diajak berpikir mengenai kebenaran dibalik kecurigaan Jeff tersebut. Tentu saja kita tahu bahwa jawabannya hanya ada 2, yakni Jeff salah atau benar. Tapi pada akibatnya tidak peduli tebakan kita salah ataupun benar, pembangunan aksara dan situasi yang dilakukan Hitchcock diawal memang berhasil membuat sebuah titik puncak yang begitu menegangkan. Kita akan dibentuk tidak hanya tegang namun juga khawatir pada tokoh-tokohnya, dibentuk kesal terhadap Jeff yang pada akibatnya justru mendatangkan ancaman pada Lisa yang bersedia melaksanakan hal berbahaya demi menerima "pengakuan" kembali dari Jeff.

Rear Window juga menerangkan bahwa Hitchcock selalu berhasil dalam membuat momen-momen ikonis dalam setiap filmnya. Setidaknya ada dua momen terbaik dalam film ini yang menjadi ikonik dan mampu menawarkan ketegangan luar biasa pada penontonnya. Pertama yaitu rangkaian adegan disaat Lisa mulai menyusup ke rumah Mr. Thorwald dan berujung pada tatapn Mr. Thorwald tepat kearah kamera hingga seperti ia sedang menatap pribadi kearah kita sebagai penonton. Kedua yaitu adegan disaat Jeff berada sendirian di kamar dan mendengar sebuah langkah kaki yang perlahan mendekat dan pada akibatnya dibalik kegelapan sesosok laki-laki muncul di hadapannya. Rear Window yaitu sebuah panggung ketegangan luar biasa dimana babak awalnya menjadi sebuah pengantar yang tepat dan tepat untuk sebuah titik puncak penuh ketegangan yang juga sempurna. Pada akibatnya Rear Window memang terasa begitu realistis dalam artian kita sebagai penonton benar-benar dibentuk merasa sebagai salah satu kepingan dari dunia yang ada didalamnya, bahkan dari musik pun film ini tidak menggunakan scoring music dan hanya menggunakan bunyi-bunyian alami untuk menguatkan kesan tersebut. Sebuah film yang nyaris sempurna, hanya saja saya sempat agak bosan di paruh awal, selain itu luar biasa.

Artikel Terkait

Ini Lho Rear Window (1954)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email