Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Rock Of Ages (2012)

Film garapan Adam Shankman ini diangkat dari sebuah pementasan jukebox broadway musical yang sudah dipentaskan mulai dari tahun 2006 kemudian dan masih berjalan hingga sekarang. Sekedar informasi, jukebox musical yaitu sebuah pertunjukkan drama panggung atau film musikal yang menampilkan banyak sekali macam lagu yang sudah tenar dan di-cover sesuai dengan kebutuhan pertunjukkan tersebut. Untuk Rock of Ages sendiri, lagu-lagu yang digunakan yaitu lagu-lagu rock dari masa 80-an dimana glam rock tengah berjaya. Beberapa grup band yang tengah dalam masa jayanya dikala itu lagunya muncul di film ini, sebut saja Deff Leppard, Scorpions, Guns N' Roses, Joan Jett hingga Bon Jovi. Ya, tentu saja ekspektasi saya terhadap film ini yaitu sebuah musikal yang kental dengan aura rock baik itu dari isian lagu hingga konten ceritanya. Sutradara Adam Shankman sendiri sudah tidak absurd dengan film musikal dimana beliau sudah menyutradarai Hairspray hingga dua episode dari Glee. Untuk jajaran pemainnya sendiri film ini menampilkan ensemble cast mulai dari jebolan Dancing with the Stars Julianne Hough, penyanyi Mary J. Blige, hingga para pemain drama dan aktris ternama macam Russell Brand, Alec Baldwin, Paul Giamatti, Catherine Zeta-Jones dan tenunya Tom Cruise.

Film yang punya setting pada tahun 1987 ini menceritakan wacana Sherrie (Julianne Hough), seorang gadis kampung yang pindah ke Los Angeles untuk mengejar mimpinya untuk menjadi penyanyi. Sialnya dikala gres hingga beliau sudah jadi korban penjambretan dimana uang dan koleksi albumnya ikut hilang. Untung ada Drew (Diego Boneta) yang membantunya untuk menerima pekerjaan di klab malam rock n' roll populer berjulukan The Bourbon Room yang dipunyai oleh Dennis Dupree (Alec Baldwin). Saat itu Bourbon tengah dalam persoalan keuangan alasannya pajak. Disisi lain, Patricia Whitmore (Catherine Zeta-Jones) yang merupakan istri walikota dengan sangat gencar mengajak pihak gereja dan orang bau tanah disana untuk memboikot rock n' roll dan Bourbon yang dianggap merusak generasi muda. Protes bertambah gencar dikala di Bourbon akan diadakan konser terakhir dari grup band Arsenal yang memiliki frontman Stacee Jaxx (Tom Cruise) yang dikenal sebagai tuhan rock. Tentu saja akan ada konflik percintaan antara Sherrie dan Drew dimana keduanya sama-sama mengejar mimpi di Los Angeles.

Bicara soal nomor musik yang ditampilkan, Rock of Ages terang memperlihatkan keasyikan tersendiri bagi penontonnya. Bagi para pecinta glam rock dan yang hidup dimasa musik tersebut berjaya niscaya akan sing along dan berjoget menikmati sajian lagu-lagunya. Bahkan bagi saya yang bukan pecinta musik tersebut pun masih sangat menikmatinya. Memang hanya beberapa lagu populer saja yang saya hafal, namun patut diakui bagaimana musik-musik yang ada dipresentasikan berhasil menjadi hiburan yang luar biasa. Lagu-lagu macam I Love Rock n' Roll, More Than Words, Rock You Like A Hurricane dan masih banyak lagi memang memperlihatkan kesenangan bagi indera pendengaran penontonnya. Bagaimana aransemen yang dihadirkan dalam film ini bisa tampil begitu menyenangkan tanpa harus merusak versi orisinil lagunya patut menerima kebanggaan dan menjadi salah satu poin plus paling berpengaruh dalam Rock of Ages.
Dari segi musik terang film ini cukup terasa aura rock-nya, kemudian bagaimana dengan ceritanya? Sayangnya untuk urusan dongeng Rock of Ages terasa kurang nge-rock. Daripada memperlihatkan dongeng yang kental dengan segala pernak-pernik rock n' roll yang keras, liar dan gahar, film ini justru lebih terasa menyerupai versi layar lebar dari Glee hanya saja sajian musiknya punya genre rock 80-an, tapi untuk urusan jalan ceritanya terasa sangat Glee. Kisah wacana seorang gadis polos yang mengadu nasib ke kota besar, hidup terlunta-lunta, bertemu laki-laki idaman hingga kesudahannya berhasil meraih mimpinya terang bukan sebuah dongeng yang (bagi saya) mencerminkan rasa rock n' roll. Oke, mungkin kehidupan tokohnya digambarkan susah, tapi tidak keras dan kelam alasannya pengemasannya yang ringan. Kemasan luar dan sajian lagunya boleh saja nge-rock, tapi didalamnya tidak terasa jiwa dari rock n' roll tersebut menyerupai apa yang terus menerus dikatakan oleh para tokohnya wacana jiwa rock n' roll dan sebagainya. Pemakaian lagu Don't Stop Believing yang untuk generasi kini sudah begitu identik dengan Glee pada titik puncak dongeng juga makin menguatkan bahwa Rock of Ages yaitu musikal ala Glee dengan kedok rock n' roll.

Ceritanya yang kurang nge-rock dan sangat gampang ditebak terang cukup mengecewakan meski sebetulnya masih bisa diikuti, toh iringan musiknya nyaman di telinga. Tapi satu lagi faktor plus film ini yaitu permainan para pemainnya. Yah, mungkin dua bintang utamanya terasa biasa saja, tapi lihat pemeran pendukung macam Alec Baldwin yang bau tanah tapi nge-rock, Russell Brand yang kali ini tidak terlalu annoying, Catherine Zeta-Jones yang sering terasa menyebalkan, Paul Giamatti yang terlihat licik, semuanya bermain bagus. Tapi bagi saya bintang utamanya yaitu Tom Cruise. Sejak film dimulai saya pribadi menunggu-nunggu kemunculan Cruise sebagai tuhan rock, dan begitu beliau muncul ternyata ia pribadi berhasil mencuri perhatian. Tampilannya memang mengingatkan pada Axl Rose, tapi lihat aura yang dimunculkannya. Gadis-gadis yang pingsan kalau ada di dekatnya memang selipan komedi, tapi disisi lain sosok Cruise sebagai Stacee Jaxx benar-benar menggambarkan apa itu "Dewa Rock" yang punya aura berpengaruh dan wibawa luar biasa, dan karakternya juga masih terasa manuiawi hanya saja kurang dalam digali.

Tahun 2012 dunia film memang kental dengan banyak sekali kado dari filmmaker untuk beberapa kalangan penonton, semisal The Cabin in the Woods bagi pecinta horror, The Artist bagi film bisu, dan masih banyak lagi. Rock of Ages bisa saja menjadi sebuah kado dan penghormatan bagi dunia rock n' roll, sayangnya kisah yang ditampilkan masih jauh dari keliaran dan kerasnya rock n' roll itu sendiri. Auranya masih terasa terlalu ringan dan kisahnya begitu cheesy. Bagaimana momen musikalnya disajikan sebetulnya juga terlihat dipaksakan, untung lagu-lagunya manis jadi saya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sayang sekali film ini sebetulnya berpotensi menggali lebih dalam dunia rock n' roll beserta ketenaran dan mimpi yang ada didalamnya. Bahkan film ini juga mengkritik pop culture dan para ekstrimis agama , tapi semua pesan itu lenyap dengan kemasan Rock of Ages yang terlalu "halus". Tapi masih sebuah film yang bisa dinikmati khususnya bagi para pecinta glam rock dan menonton penampilan Tom Cruise disini yaitu hiburan yang memuaskan.

Artikel Terkait

Ini Lho Rock Of Ages (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email