Saya tidak tumbuh pada masa dimana Star Trek sedang berada di kala kejayaan. Pada dikala film terakhirnya rilis (Star Trek: Nemesis) saya gres berumur 10 tahun. Apalagi menurut apa yang saya temui di masyarakat, kepopuleran Star Wars mengalahkan Star Trek. Banyak yang menganggap Star Wars dengan segala hal di dalamnya jauh lebih keren dibandingkan Star Trek yang dianggap terlalu geeky. Saya sendiri yang belum pernah menonton satupun film Star Trek tidak bisa membandingkan dua franchise yang saling bersaing ini. Kemudian tiba J.J. Abrams dengan reboot miliknya di tahun 2009 lalu. Disaat sang pesaing sedang "tertidur", Abrams membawa Star Trek ke kala baru, membuatnya menjadi sebuah tontonan yang keren, menggaet fans gres sekaligus membuat para Trekkies (fans Star Trek) kembali berbangga hati sebagai penggemar fanatik. Kini Abrams pun kembali dipercaya menahkodai sekuelnya yang sempat direncanakan rilis pada 2012 tapi mundur setahun alasannya ialah Abrams menginginkan hasil yang lebih maksimal. Dengan bujet lebih besar, kembalinya bintang usang menyerupai Chris Pine, Zachary Quinto dan Zoe Saldana serta munculnya pemain gres macam Benedict Cumberbatch dan Alice Eve, Into Darkness siap membawa kita mengikuti penjelajahan gres dari USS Enterprise.
Dalam sebuah misi di Planet Nibiru, Kapten Kirk (Chris Pine) melaksanakan sebuah keputusan menyelamatkan Spock (Zachary Quinto) yang membuatnya melanggar salah satu peraturan utama di Starfleet. Hal itu membuat Kirk harus turun pangkat dan kehilangan Enterprise yang ia pimpin. Namun terjadilah sebuah serangan terhadap markas Starfleet oleh mantan distributor Starfleet John Harrison (Benedict Cumberbatch) yang berujung pada tewasnya Admiral Pike (Bruce Greenwood). Kematian terhadap mentornya membuat Kirk berangasan untuk memburu Harrison yang diketahui kabur ke Kronos, planet kawasan tinggal bangsa Klingon yang selama ini bermusuhan dengan Bumi. Mendapatkan jabatannya kembali sebagai kapten, Kirk kembali memimpin USS Enterprise untuk membunuh Harrison di Kronos dalam sebuah misi diam-diam yang berbahaya. Karena jikalau pihak Klingon mengetahui hal tersebut, akan terjadi perang besar-besaran antara Klingon dan Bumi. Namun begitu tiba di Kronos, Kirk mengetahui bahwa ada fakta serta diam-diam yang jauh lebih besar mengenai identitas John Harrison dan motivasinya melaksanakan serangan terhadap pihak Starfleet. Dengan penggarapan dari Abrams, Star Trek Into Darkness tidak hanya menjadi sebuah tontonan blockbuster musim panas yang penuh dengan adegan agresi bombastis serta imbas CGI glamor namun juga punya jalan dongeng yang begitu menarik, penuh kejutan serta emosional.
Film ini sudah dibuka dengan sebuah adegan yang berujung pada momen dimana Spock menanti janjkematian menjemputnya di sebuah kawah gunung berapi. Meski pada alhasil ia selamat, tapi adegan yang dihukum dengan begitu epik tersebut seolah sudah menjadi petunjuk bahwa film ini nantinya akan menjadi sebuah tontonan emosional dengan tone yang cukup gelap menyerupai judul dan apa yang sudah terlihat pada trailer-nya. Into Darkness memang lebih gelap dari film pertamanya, sekaligus lebih emosional dan tidak kalah menegangkan. Kita akan melihat Spock yang nyaris mati diawal, Admiral Pike yang alhasil meregang nyawa, kemudian momen titik puncak di luar angkasa yang membuat kita tidak yakin apakah semua abjad utama sekaligus pendukung di film ini akan mengakhiri misi dalam keadaan hidup, hingga sebuah "kematian" menjelang babak final filmnya yang mampu ditampilkan dengan begitu emosional dan menggugah. Judul filmnya memang mampu menggambarkan bahwa Star Trek akan berjalan menuju kegelapan disini (Star Trek Into Darkness tanpa ":" di judulnya). Meskipun gelap, tapi naskah yang ditulis keroyokan oleh Roberto Orci, Alex Kurtzman dan Damon Lindelof juga menyertakan banyak sekali humor segar yang mampu memancing tawa. Berbagai humor tersebut bisa tereksekusi dengan baik lewat interaksi antar karakternya yang begitu hidup, ditambah lagi karakter-karakter pendukung yang ada juga mendapat porsi yang seimbang.
Hubungan antara Kirk dan Spock masih dinamis. Ada ikatan persahabatan yang begitu berpengaruh hingga bisa menghadirkan konflik perbedaan diantara keduanya, interaksi yang memancing tawa hingga tentunya momen emosional yang begitu kuat. Karakter-karakter lain macam Letnan Uhura (Zoe Saldana) juga punya poris tersendiri khususnya lewat kisah asmaranya dengan Spock. Tokoh lainnya juga mendapat porsi yang memadahi untuk memperlihatkan abjad mereka masing-masing sepeti Bones yang selalu khawatir, Scotty yang kocak tapi bisa diandalkan, Hikaru Sulu yang kali ini berkesempatan menjadi kapten Enterprise, Chekov yang selalu cemas hingga Dr. Carol Marcus yang diperankan oleh Alice Eve dan mampu berakhir tidak hanya sebagai embel-embel mata belaka. Namun untuk urusan abjad baru, sosok John Harrison yang diperankan Benedict Cumberbatch terperinci mencuri perhatian. Tidak hanya aktingnya tapi juga mengenai abjad yang ia mainkan, dimana sebelum filmnya rilis sempat ada spekulasi mengenai siapa bekerjsama John Harrison ini. Pada alhasil jikalau bicara soal akting, Cumberbatch mampu memuaskan saya sebagai abjad villain yang terlihat kalem diawal namun mampu begitu intimidatif dikala sudah memperlihatkan kekejamannya. Karakternya mampu menghadirkan ambiguitas yang begitu kental dan membuat misteri yang menarik untuk diikuti. Apalagi dikala karakternya disandingkan dengan Kapten Kirk dimana Kirk sebagai protagonis akan terkadang membuat kita merasa bahwa apa yang ia lakukan seringkali bukanlah hal yang benar, termasuk jikalau dibandingkan dengan Harrison yang notabene ialah antagonis.
Dengan jeli, naskah dan sanksi Abrams di film ini juga memperlihatkan begitu banyak tumpuan pada film Star Trek terdahulu, khususnya film kedua franchise ini (jika anda tidak ingin SPOILER, maka sebaiknya tidak usah mencari tahu apa judul film keduanya). Dengan begitu cerdas, Into Darkness mengadaptasi banyak sekali aspek dalam film tersebut, kemudian mengubah serta memutar balikkannya menjadi sebuah alternate universe yang diciptakan oleh J.J Abrams. Mulai dari elemen plot, hingga hingga beberapa adegan yang termasuk ikonis disesuaikan dalam film ini untuk kemudian menjadi sesuatu yang baru. Tentu saja sebagai film trend panas, Star Trek Into Darkness akan menyuguhkan pada penontonnya banyak sekali macam adegan agresi bombastis penuh CGI. Lagi-lagi disini ekseksui Abrams membuatnya tidak hanya sekedar rangkaian ekspo imbas visual belaka, alasannya ialah semua adegan aksinya mampu dihukum dengan begitu intens dan menegangkan. Skalanya jauh lebih besar jikalau dibandingkan film pertamanya. Bicara soal CGI dan pengaruhnya terhadap visual film ini, Into Darkness menunjukkan bahwa jikalau dihukum dengan benar, CGI bisa memperlihatkan sebuah pengalaman visual yang begitu luar biasa khususnya dalam hal setting lokasi yang lebih banyak didominasi berada di luar angkasa dan planet lain. Untuk sementara ini Star Trek Into Darkness ialah film trend panas terbaik tahun ini, dan tentunya menarik menantikan bagaimana J.J. Abrams berpindah kapal untuk menjadi sutradara di Star Wars Epsiode VII.
Ini Lho Star Trek Into Darkness (2013)
4/
5
Oleh
news flash