Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 2

Seri terakhir dari Twilight Saga ini sudah ditunggu-tunggu oleh banyak sekali pihak. Baik itu oleh para Twi-hard yang tentunya sangat menantikan tamat dari franchise film pujaan mereka ini ataupun oleh para Twi-haters yang sangat antusias menantikan berakhirnya saga ini alasannya bagi mereka mimpi jelek akan segera berakhir. Tanpa peduli banyak sekali komentar yang pro dan kontra tersebut saya tetap mengikuti saga ini hingga seri terakhirnya. Seperti yang saya tulis di artikel ini, Twilight yaitu salah satu film yang paling kuat pada perjalanan saya sebagai penikmat film. Film pertamanya sendiri bagi saya cukup menghibur, meski pada jadinya New Moon saya akui yaitu sebuah tontonan membosankan yang begitu buruk. Untungnya Eclipse mengalami peningkatan dan pada jadinya datanglah Bill Condon yang menyuguhkan Breaking Dawn: Part 1 yang meski banyak dicaci kritikus bagi saya langsung yaitu film terbaik dari saga ini. Untuk film penutupnya yang masih digarap oleh Bill Condon ini sendiri banyak disebut sebagai bab terbaik dari Twilight Saga dan disebut sebagai sebuah epilog yang pantas terhadap franchise berumur empat tahun yang hingga artikel ini ditulis total sudah mengumpulkan pendapatan diatas $3 Milyar dengan total bujet kelima filmnya yang tidak hingga menyentuh angka $400 Juta!

Kisahnya melanjutkan ending dari bab pertama dimana Bella sekarang sudah bertransformasi menjadi vampir dan harus mulai membiasakan diri dalam kehidupan barunya sebagai makhluk abadi. Tapi bukan hanya itu yang harus ia hadapi, alasannya banyak sekali hal mengejutkan lain sudah menantinya, dimana salah satunya yaitu ketika Bella harus mengetahui fakta bahwa puteri yang gres saja dilahirkannya, Renesmee ternyata sudah di-"imprint" oleh Jacob. Namun dibalik segala konflik tersebut, Edward, Bella dan keluarga Cullen kembali dihantui oleh para Volturi. Kali ini duduk perkara dengan Volturi dipicu oleh pelaporan salah seorang kerabat Cullen terhadap Volturi mengenai keberadaan Renesmee. Volturi tidak bisa mendapatkan keberadaan Renesmee yang mereka kira yaitu makhluk abadi alias vampir murni, dimana selama ini mereka selalu memusnahan vampir bawah umur yang dianggap tidak bisa menyimpan diam-diam keberadaan mereka. Tentu saja keluarga Cullen tidak membiarkan hal ini, alasannya bergotong-royong Renesmee yaitu separuh insan dan separuh vampir. Maka dimulailah perjalanan mereka untuk mengumpulkan kerabat sesama vampir dari seluruh dunia untuk menjadi saksi atas hal ini.

Ini yaitu Twilight Saga, jadi sudah niscaya kita akan menemukan adegan Edward bicara dengan Bella wacana banyak sekali macam hal romantis yang akan terasa membosankan dibanding terasa romantis. Seperti biasa momen drama yang ditampilkan oleh film ini terasa menggelikan dan tidak pernah terasa menyentuh akhir barisan obrolan cheesy yang jelek itu. Tapi untungnya Breaking Dawn: Part 2 dirangkum secara lebih padat dan tdak terasa kepanjangan ibarat film-film sebelumnya. Durasinya hanya 116 menit, dimana itu yaitu yang terpendek dibandingkan film-film Twilight Saga lainnya. Filmnya dimulai dengan tempo yang cukup lambat dan penuh basa-basi tapi sekali lagi jikalau saya harus membandingkan dengan film-film sebelumnya, Breaking Dawn: Part 2 punya basa-basi yang paling sedikit dan lebih straight to the point. Konflik demi konflik yang ada sayangnya tidak terlalu digali dan bagaikan sebuah tempelan untuk mengantarkan kita pada konflik utama dengan Volturi yang menjadi titik puncak film ini. Konflik antara Bella dengan ayahnya, konflik Bella dalam menghadapi kehidupan barunya sebagai vampir sekaligus seorang ibu yang memiliki anak spesial, hingga kisah cinta antara Jacob dan Renesmee yang jikalau dikritisi lagi bergotong-royong bisa menyinggung gosip pedofilia tidak ada yang terlalu digali lebih jauh.
Selain kurang tergali saya juga merasa pemaparan satu konflik dengan konflik yang lain tidak terasa ibarat satu kesatuan yang utuh. Untungnya saya masih tetap bisa menikmati konflik demi konflik yang seolah berjalan terpisah tersebut. Bicara soal konflik dan klimaks, saya sendiri sudah membaca novel Breaking Dawn sebelum film Eclipse dirilis. Pada ketika itu saya mencicipi bahwa novel Breaking Dawn punya kisah dan karakterisasi yang cukup menarik dimana akan ada banyak sekali macam vampir gres yang punya kemampuan dan keunikan yang dimunculkan dalam kisahnya. Untuk filmnya sendiri porsi para vampir gres tersebut tidak terlalu mendalam, namun cukuplah memperlihatkan variasi, apalagi melihat banyak sekali kemampuan para vampir gres tersebut yang cukup unik. Yang paling saya khawatirkan yaitu klimaksnya. Jika pada bab pertama Bill Condon sukses menyebabkan proses persalinan Bella menjadi sebuah titik puncak yang cukup menarik, maka di bab kedua ini ia sukses memperlihatkan sebuah titik puncak yang bagi saya tidak hanya menjadi titik puncak film ini saja tapi juga titik puncak bagi keseluruhan saga Twilight. Awalnya saya khawatir, alasannya titik puncak dan ending dari novel Breaking Dawn bagi saya sangatlah anti-klimaks. Setelah segala hal yang dibangun menuju klimaks, segalanya selesai dengan begitu gampang dan cepatnya.

Namun dengan cukup berani Bill Condon dan Melissa Rosenberg selaku penulis naskahnya merombak bab titik puncak dan ending-nya tanpa harus merubah kisah dan konklusi yang ditawarkan oleh novelnya. Saya sendiri sempat mengira Bill Condon merubah tamat filmnya hingga jadinya twist tersebut muncul. Sebuah keputusan yang sempurna untuk merombak titik puncak film ini, alasannya pada jadinya Breaking Dawn: Part 2 memiliki sebuah titik puncak berupa pertempuran epic antara keluarga Cullen yang dibantu oleh beberapa vampir lain dan para serigala dengan Volturi. Akhirnya kita juga akan menemukan adegan sadis nan berdarah dalam Twilight Saga, dimana akan banyak darah mengalir dan kepala terlepas disini, yang membuktikan akan ada banyak kematian. Bukan sebuah gore yang bisa dikatakan asing memang, namun saya tidak pernah mengira akan melihat ini dalam Twilight Saga. Sedari opening saya sudah mencicipi sedikit nuansa kelam dan horror didalamnya. Penonton yang biasanya akan disodori dengan iringan musik dan gambar romantis sebagai pembuka film Twilight akan mendapatkan hal yang sedikit berbeda disini. Bicara soal klimaksnya saya harus mengakui bahwa saya dibentuk cukup tegang dan bisa dibilang masih shock dengan twist yang muncul tersebut. Bukan sebuah twist paling cerdas, namun kemunculan sebuah kejutan dan titik puncak yang menegangkan dalam sebuah film Twilight membuatnya menjadi terasa lebih spesial.

Dengan bujet mencapai $120 Juta yang merupakan jumlah terbanyak dalam franchise ini, ternyata Breaking Dawn: Part 2 terkesan menyia-nyiakan bujet besar tersebut. Berbagai efek visual CGI yang ditampilkan begitu jelek dan sama menggelikannya dengan obrolan yang ada dalam naskahnya. Yang paling menggelikan tentunya efek ketika para vampir bergerak cepat yang terkesan bagaikan sebuah film murahan dengan bujet dibawah 20 juta. Bicara soal hal menggelikan lainnya, biasanya dalam film-film Twilight salah satu hal lain yang paling dikritisi yaitu soal akting ketiga pemain utamanya yang dianggap sanagt buruk. Saya sendiri selalu merasa bahwa Pattinson dan Stewart yaitu pemain film dan aktris yang punya potensi hanya terhalang karakterisasi dangkal saja. Sedangkan Taylor Lautner harus diakui memang buruk. Untuk film ini, Pattinson dan Stewart menerima porsi yang lebih untuk memperlihatkan variasi emosi terhadap karakternya. Saya sendiri merasa Edward dan Bella dalam film ini lebih bisa dinikmati, khususnya Bella. Sedangkan Taylor Lautner masih tetap jelek meski sudah cukup layak untuk ditonton. Pada jadinya ini yaitu sebuah kado perpisahan yang pas bagi para Twi-hard (meski masih ada kemungkinan sekuel, reboot, ataupun pembiasaan serial televisi). Sebuah sequence di tamat pastinya akan memperlihatkan romantika dan kenangan indah tersendiri bagi para penggemar franchise ini. Secara keseluruhan filmnya sendiri tidak terlalu Istimewa dan masih begitu banyak kekurangan, tapi harus diakui beberapa kelebihan kecil serta titik puncak dan twist pada ending-nya bisa menciptakan saya terhibur.

Artikel Terkait

Ini Lho The Twilight Saga: Breaking Dawn - Part 2
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email