Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Ada Apa Dengan Cinta? (2002)

Jika kita perhatikan sekarang, ada dua tema yang begitu terkenal dan jamak digunakan dalam film-film Indonesia, yaitu horror dan romansa. Jika mau lebih masuk ke detail, horor yang sering muncul ialah horor remaja yang pada dasarnya menceritakan para remaja yang pergi ke suatu tempat menakutkan kemudian mendapat teror dari penunggu tempat tersebut. Sedangkan untuk kisah romansa yang sering diangkat juga ialah wacana kisah percintaan remaja yang dibentuk mengharu biru. Jika dirunut ke belakang, maka dua tema besar tersebut bahu-membahu sangat dipengaruhi oleh kemunculan dua film yang dianggap sebagai tonggak kebangkitan film Indonesia pada awal millenium lalu. Dua film tersebut ialah Jelangkung dan Ada Apa Dengan Cinta? Namun untuk kali ini saya akan lebih membahas AADC? dibandingkan Jelangkung. AADC? terperinci sebuah fenomena di masanya dan masih melegenda hingga sekarang. Saat filmnya rilis dulu saya yang gres 10 tahun dan gres duduk di kelas 5 SD. Saat itu saya tidak menontonnya di bioskop dan pastinya untuk anak 10 tahun yang tinggal bukan di kawasan perkotaan AADC? tidak mengatakan impact yang besar dalam keseharian saya. Tapi bukan berarti impact tersebut tidak saya lihat dikala itu. Remaja-remaja mulai dari anak Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengan Atas membciarakan AADC? sebagai fenomena, seolah sebagai kiblat dunia remaja mereka, wacana apa saja yang dianggap "gaul" dikala itu.

Hingga kemudian saya Sekolah Menengah Pertama sekalipun AADC? masih menjadi kiblat mulai dari cewek-cewek yang membentuk gang menyerupai Cinta, hingga bagaimana kisah cinta Rangga dan Cinta yang seolah menjadi cita-cita bagi setiap remaja dikala itu. Semua ingin kehidupan cinta mereka diisi dengan puisi-puisi romantis ala Rangga-Cinta. Semua menyikapi orang yang hadir dalam kehidupan cinta mereka seolah diri emreka itu Rangga/Cinta. Bahkan mungkin hampir semua remaja bermimpi mendapat ciuman mesra dari sang kekasih di bandara. Apapun itu, jelaslah status AADC? sebagai sebuah fenomena tidak bisa lagi dielakkan. Sebuah fenomena film yang kemudian kuat pada kehidupan masyarakatnya pula. Kaprikornus apa yang menyebabkan AADC? menjadi begitu fenomenal? Disini saya tidak akan lagi menuliskan bagaimana sinopsis sebuah film yang rasanya semua orang sudah pernah menontonnya bahkan lebih dari sekali. Dari segi cerita, sangat terlihat bahwa apa yang ditampilkan disini ialah semua hal yang bisa dibilang "harus ada" dalam film percintaan remaja. Jika dilihat kini mungkin semuanya begitu klise. Tapi ternyata film ini menjadi bukti bahwa semua hal klise belum tentu buruk. Sebuah film yang isinya klise belum tentu film yang jelek dan membosankan jikalau punya penggarapan yang bagus. Lagipula film ini terlihat klise alasannya ialah kini sudah begitu banyak jumlah film remaja yang mengikuti pakem yang digunakan AADC?

Penggarapan yang sungguh-sungguh memang ialah kekuatan utama dari film ini walaupun menunjukkan sebuah dongeng yang klise. Penggarapan yang maksimal tersebut pada balasannya berdampak positif pada filmnya yang menciptakan kisah sederhana tersebut menjadi begitu mengena di hati para penonton. Pada dasarnya semua hal wacana persahabatan dan percintaan yang dimunculkan film garapan Rudy Soedjarwo ini ialah kisah-kisah yang pastinya sudah pernah dialami oleh remaja manapun dan kapanpun. Dari situlah modal dasar untuk mengakibatkan filmnya menancap di hati penonton didapatkan.Sedari adegan awalpun Ada Apa Dengan Cinta? sudah akan menciptakan beberapa penontonnya akan berkata "itu gue banget!" dan momen-momen tersebut akan terus berulang hingga selesai film hingga semua yang menontonnya akan menemukan momen yang pernah mereka alami dalam dunia nyata. Karena semua momen dalam film ini digarap dengan maksimal, jadi pada balasannya penonton tidak hanya akan menemukan momen yang sama dengan kehidupan mereka tapi juga melihat bahwa momen tersebut digarap dengan maksimal dan bisa tampil menyentuh. Pada balasannya dengan begitu banyak momen yang begitu real, AADC? menjadi punya banyak adegan yang memorable. Saya sendiri punya banyak adegan favorit tapi yang paling saya suka ialah adegan dikala Cinta melagukan puisi buatan Rangga dan disaat bersamaan diiringi adegan Alya yang sedang bunuh diri. Romantisme dan bencana disampaikan dalam sebuah momen secara bersamaan dengan sama-sama maksimal penggarapannya. Sebuah adegan yang ditutup dengan indah dikala kita diperlihatkan darah mengalir di kamar mandi yang begitu mengiris perasaan.
Semua orang akan menemukan kisah cintanya masing-masing dalam dongeng Rangga-Cinta alasannya ialah kisah cinta mereka berdua boleh dibilang nyaris lengkap dengan mengandung aneka macam jalinan kisah yang pernah dialami remaja manapun. Orang yang dikala itu jatuh cinta pada seseorang yang selalu bertengkar dengannya namun pada dasarnya hanya ingin perhatian akan merasa kisah cinta Rangga-Cinta mewakili perasaannya. Orang yang kisah cintanya harus menghadapi tembok tebal berjulukan persahabatan akan menemukan bahwa film ini sangat menggambarkan dirinya. Orang yang pada balasannya harus meninggalkan kekasih tercintanya keluar negeri akan menangis haru melihat bagaimana film ini bisa menangkap dengan baik perasaan yang pernah ia rasakan. Bahkan mungkin hingga orang yang punya pengalaman kencan pertama di toko buku akan tersenyum begitu melihat Rangga dan Cinta berjalan berdua ke Kwitang. Akan masih banyak lagi kisah-kisah yang akan mewakili perasaan penontonnya, bahkan hampir tiap momen dalam film ini akan menciptakan masing-masing penontonnya teringat akan secuil kisah dalam percintaan Sekolah Menengan Atas yang pernah ia rasakan. Tidak ada dramatisasi berlebih ialah kelebihan dari AADC? Semuanya mengalir dengan sederhana namun indah sehingga penonton akan mencicipi kesederhanaan tersebut menjadi sebuah jalinan dongeng yang begitu mendalam bagi mereka.
Ada Apa Dengan Cinta? juga bisa mencampurkan beberapa ideologi dan pola pikir kehidupan remaja tanpa perlu menyalahkan salah satunya. Kita ambil tumpuan dikala pertemuan Rangga dan Cinta di Kwitang dimana Cinta lebih menentukan tiba ke konser PAS Band bersama teman-temannya. Setelah itu muncul pertengkaran antara mereka berdua yang dipicu oleh sebuah obrolan dari Rangga yang begitu membekas bagi saya, yakni "Apa namanya kalau bukan mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan yang kurang prinsipil?" Yak! Seolah tiba-tiba saya mencicipi bahwa Rangga meneriakkan kata hati saya yang selama ini terus terpendam entah alasannya ialah tidak ingin atau tidak tahu bagaimana mengucapkannya. Tapi dengan obrolan tersebut tidak menciptakan film ini menyalahkan remaja yang menomor satukan sahabat diatas segalanya, tapi juga tidak pernah sekalipun film ini membenarkan hal tersebut. Itulah hebatnya film ini, bahkan sebaris kalimatpun akan bisa menciptakan penontonnya merasa bahwa "ini film gue!" Bicara soal baris kalimat tentunya begitu banyak kata-kata yang akan selalu terngiang di benak penontonnya. Mulai dari obrolan romantis dari puisi macam "Pecahkan saja gelasnya, semoga ramai" atau hingga obrolan yang mungkin dianggap remeh macam "Basi, madingnya udah siap terbit" dan masih banyak lagi dialog memorable lainnya. Tentunya puisi "Ada Apa Dengan Cinta?" diakhir film akan selalu dikenang. Semuanya tergantung selera tiap penonton mau memilh obrolan atau adegan mana yang jadi favorit mereka. Jika lebih banyak didominasi orang merasa adegan ciuman Rangga dan Cinta sebagai yang paling romantis saya lebih menentukan adegan menjelang selesai dikala Cinta dan teman-temannya membicarakan perihal perasaan Cinta pada Rangga. Cinta tidak menjawab pertanyaan mereka tapi pribadi menangis dan disusul legalisasi perasaannya. Adegan yang begitu mengharukan, romantis sekaligus natural.

Jajaran pemain dalam film ini begitu bisa mengatakan permainan terbaik mereka. Tidak hanya itu, lewat film ini jugalah banyak bintang-bintang muda berbakat yang mencuat ke permukaan. Dian Sastrowardoyo dengan penampilannya yang begitu mahir sebagai Cinta terperinci yang paling jadi sorotan. Dengan baik ia mengakibatkan sosok Cinta begitu gampang disukai dengan sebuah penampilan menawan yang tidak pernah kehilangan sisi naturalnya. Lewat film inilah Dian mengakibatkan dirinya sebagai aktris nomor satu di Indonesia dikala itu, padahal ini barulah film keduanya sesudah debutnya lewat Pasir Berbisik. Sedangkan bagi Nicholas Saputra ini ialah debutnya dalam film layar lebar dan pribadi menjadikannya sosok idola kaum remaja wanita. Sosok Rangga yang cool dan punya pola pikir cukup sampaumur ia tampilkan dengan baik, chemistry mereka berdua juga nyaris tiada duanya dalam perfilman kita hingga sekarang. Selain Dian dan Nico masih banyak pemain yang mengakibatkan film ini sebagai debutnya sebelum meraih popularitas menyerupai sekarang. Ladya Cheryl yang disini menjadi Alya nantinya akan menjadi aktris yang berseliweran di film-film berkualitas macam Fiksi. hingga Babi Buta yang Ingin Terbang. Adinia Wirasti sebagai Karmen juga menjalani debut disini. Sama menyerupai Ladya Cheryl beliau akan membintangi beberapa film anggun meski tidak banyak, menyerupai 3 Hari Untuk Selamanya dan Ruang. Ada juga Sissy Priscillia dan Dennis Adhiswara yang juga melakoni debut mereka disini. Sedangkan Titi Kamal juga sama menyerupai Dian Sastro yang makin melambungkan namanya lewat film ini sesudah sebelumnya membintangi Tragedi yang juga disutradarai Rudy Soedjarwo.

Dari isian soundtrack-nya juga film ini sangat luar biasa. Disinilah karya-karya terbaik seorang Melly Goeslaw dan Anto Hoed dalam dunia film hadir. Senada dengan filmnya yang sederhana namun mengena, lagu-lagu yang melantun sepanjang film juga tidaklah overdramatic menyerupai beberapa ost. bikinan Melly akhir-akhir ini. Lagu-lagu macam Ada Apa Dengan Cinta, Kubahagia hingga Tentang Seseorang yang dinyanyikan Anda Bunga sangat sempurna dalam mengiringi naik turunnya emosi dan konflik yang ada. Demikianlah Ada Apa Dengan Cinta? Sebuah fenomena yang memang layak mendapat gelar tersebut. Sebuah momen kebangkitan film Indonesia yang memang punya kualitas yang patut dibangga-banggakan. Saya sendiri berniat untuk menuangkan segala kelebihan dan apa-apa saja yang saya dapatkan lewat film ini sehingga menciptakan filmnya begitu fenomenal bagi saya sekalipun. Tapi nyatanya terlalu banyak yang bisa dituangkan sehingga saya menentukan untuk hanya mengambil beberapa poin saja, tapi berani saya jamin yang ditawarkan oleh AADC? jauh lebih banyak dan mendalam dibanding yang saya tuliskan. Inilah sebuah film yang tidak hanya berkualitas dan memorable tapi juga bisa mengatakan cerminan yang begitu aktual pada kehidupan yang sesungguhnya. Bahkan hingga posternya pun begitu ikonik. Dampaknya bagi dunia sastra juga besar hingga buku Aku dicetak ulang sesudah film ini.

Artikel Terkait

Ini Lho Ada Apa Dengan Cinta? (2002)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email