Mendengar premise film yang berkisah perihal usaha seorang laki-laki untuk mendapat kembali cinta istrinya yang hilang ingatan tentu menciptakan saya sempat berpikir bahwa ini ialah satu lagi pembiasaan dari novel Nicholas Sparks. Hal itu menciptakan saya sempat malas menonton film ini alasannya ialah film-film yang berbasis novel Nicholas Sparks itu selalu saja menampilkan kisah percintaan yang terlalu didramatisir dan momen-momen yang keterlaluan lebaynya untuk menciptakan penontonnya banjir air mata. Kalu saya perumpamakan, maka film-film pembiasaan novel Nicholas Sparks merupakan versi drama dari film-filmnya Michael Bay. Tapi ternyata The Vow bukanlah pembiasaan dari novel Sparks, bahkan Sparks sama sekali tidak terlibat dalam film ini. Kisahnya sendiri terinspirasi oleh kisah konkret dari pasangan Kim dan Krickitt Carpenter. Film ini sendiri dibintangi oleh Channing Tatum dan Rachel McAdams. Menarik melihat bahwa keduanya sama-sama pernah bermain di film yang diangkat dari novel Sparks dan hasilnya sukses dimana Tatum lewat Dear John berhasil menggeser posisi Avatar di Box Office sedangkan McAdams lewat The Notebook sukses menjadi film pembiasaan novel Sparks dengan kualitas terbaik.
Sepulang dari menonton film, Leo (Channing Tatum) dan istrinya, Paige (Rachel McAdams) sedang dalam perjalanan pulang. Terlihat kemesraan mereka didalam kendaraan beroda empat menciptakan suasana menjadi hangat walaupun diluar salju sedang turun dan suasana kota begitu dingin. Tiba-tiba ketika sedang berhenti dijalan sebuah truk menabrak kendaraan beroda empat mereka dari belakang yang menimbulkan keduanya pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Leo tidak terluka parah dan segera terbangun. Tapi sungguh terkejut dirinya ketika mengetahui fakta bahwa sang istri tidak ingat lagi siapa dirinya. Paige menderita amnesia dan lupa kalau ia telah menikah dan sama sekali tidak mengenali Leo. Yang ia ingat justru kehidupannya sebelum pindah ke kota dan bertemu Leo dimana beliau masih bersekolah di sekolah hukum, tinggal bersama kedua orang tuanya, dan masih bertunangan dengan laki-laki lain! Usaha yang tidak gampang bagi Leo untuk bisa mengembalikan cinta Paige alasannya ialah halangan tidak hanya tiba dari memori Paige yang hilang tapi juga dari orang renta Paige yang berusaha membawa sang anak kembali ke kehidupan lamanya.
Harus diakui jalan dongeng di The Vow memang klise, namun keunggulan film ini dibanding film-filmnya Nicholas Sparks ialah film ini tidak berusaha untuk menjadi terlalu mellow. Jika ada dramatisasi itu hal yang wajar, namun dramatisasi dalam film ini tidaklah berlebihan. Sisi romantis yang ada di The Vow sekali lagi masih bisa diterima nalar dan termasuk romantisme yang tidak berlebihan. Terasa cheesy mungkin tapi tidak pernah terasa berlebihan. Film garapan sutradara Michael Sucsy ini diluar dugaan menjadi sebuah kisah romansa yang yummy ditonton. Tadinya saya sempat khawatir kisahnya akan mencoba terlalu mendramatisir konflik dan meletakkan posisi Leo seolah sebagai laki-laki paling sial didunia. Tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Konflik yang ada berjalan masih dalam taraf dramatisasi yang wajar. Air mata dalam film ini tidak terlalu diumbar dan mengalir seperlunya saja. Adegan-adegan romantis juga ditempatkan dalam momen yang sempurna dan seperlunya saja. Dialog-dialognya memang sering cheesy namun tidak lebay.
Kesederhanaan tersebut karenanya bisa mengakibatkan karakter-karakternya gampang disukai penonton. Entah sudah berapa usang saya tidak melihat film romansa dimana saya mendukung si tokoh laki-laki untuk mendapat cintanya. Dalam The Vow saya kembali mencicipi hal tersebut dimana saya 100% ada di belakang Leo untuk mendukungnya mendapat kembali cinta sang istri. Tentu saja akting kedua tokoh utamanya berperan besar disini. Jika bicara dilema perorangan, maka keduanya tampil baik. Tatum bukanlah bintang film dengan kapasitas Oscar, tapi beliau ialah bintang film yang tahu sejauh mana kemampuan aktingnya dan selalu cerdik menentukan karakter. Tengok saja tiga film yang sudah ia mainkan di tahun ini termasuk The Vow dan anda akan melihat dengan kapasitas akting yang tidak Istimewa Tatum berhasil menentukan abjad yang menunjang kemampuannya tersebut. Dan dalam film ini terang sosok dan karismanya ialah pilihan sempurna bagi abjad Leo. Sedangkan Rachel McAdams tetap gampang dicintai. Sekilas tidak Istimewa kiprahnya disini tapi kalau dilihat lebih jauh sosok Paige kalau tidak diperankan dengan baik akan bisa terasa menyebalkan, namun ditangan McAdams hal itu tidak terjadi. Kemudian dilema chemistry bagi saya keduanya sudah berhasil. Lihatlah beberapa momen romansa yang seringkali terlihat begitu alamiah.
Tapi meskipun yummy ditonton The Vow tetap masih kurang dalam kedalaman kisahnya. Memang saya berhasil dibentuk mendukung abjad Leo tapi hanya sebatas itu. Saya tidak hingga dibentuk terharu dengan kisah sedihnya dan saya tidak hingga benar-benar puas melihat kebahagiaan yang dipaparkan. Tidak benar-benar nihil memang tapi masih kurang maksimal. Hal ini mungkin terjadi alasannya ialah usaha untuk menciptakan film ini tidak jatuh menjadi melodrama klise macam film-filmnya Sparks. Tapi toh pada karenanya The Vow ialah sebuah nice effort dalam konteks film romansa yang memang diperuntukkan untuk rilis pada hari Valentine dan ditonton oleh pasangan yang sedang dimabuk cinta. Untuk kategori date movie maka The Vow ialah sebuah tontonan yang amat memuaskan. Bagaimana film ini diakhiri juga cukup memuaskan meskipun sudah bisa diprediksi, namun yang menjadi nilai positifnya ialah film ini diakhiri tidak dengan berlebihan. Tentu saja film ini akan makin Istimewa kalau anda menonton bersama pacar dan secara kebetulan anda termasuk laki-laki yang menunggu usang dan banyak berkorban untuk mendapat cinta dari pacar anda tersebut.
RATING:
Ini Lho The Vow (2012)
4/
5
Oleh
news flash