Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho The Last House On The Left (1972)

Wes Craven itu sanggup dibilang yaitu salah satu ikon film horor yang tidak ragu menerobos batas-batas dalam genre tersebut. Hal itu dalam artian Wes Craven sering menampilkan ide-ide yang unik dalam menciptakan film-filmnya. Lihat saja franchise macam A Nightmare on Elm Street atau Scream yang merupakan sebuah pengembangan dari genre slasher. Ditangan Wes Craven film ihwal bunuh membunuh yang biasanya standar tersebut sanggup menjadi menarik dengan banyak sekali konsep segar yang ia miliki. Dan perjalanan Wes Craven yang penuh keunikan tersebut juga diawali dengan sebuah kontroversi. Film ini yaitu film pertamanya. Dibuat delapan tahun sebelum Freddy Krueger meneror penonton, The Last House on the Left sempat menuai kontroversi pada masa perilisannya alasannya banyak sekali konten kekerasan dan seksual yang ditampilkan cukup vulgar. Bahkan film ini sempat dihentikan beredar di beberapa negara. Pertanyaan saya seberapa brutalkah film ini hingga menerima jawaban keras menyerupai itu dan menjadi sebuah cult?
Kisahnya yaitu ihwal Mari (Sandra Cassel) yang akan merayakan ulang tahunnya yang ketujuh belas dengan menonton konser rock bersama temannya Phylis (Lucy Grantham). Sedangkan dirumah kedua orang tuanya juga tengah menyiapkan sebuah surprise party. Sebelum konser dimulai Mari dan Phylis menentukan menghabiskan malam dengan berjalan-jalan di pinggiran kota untuk mencari mariyuana. Malang mereka justru terperangkap di sebuah apartemen yang berisi empat orang buronan yang kabur dari penjara. Dari situlah insiden tragis dimulai. Keempat orang penjahat "sakit" itu mulai melaksanakan tindak kekerasan bahkan pelecehan seksual pada kedua gadis tersebut. Disisi lain kedua orang renta Mari mulai khawatir alasannya anaknya tidak kunjung pulang. Ternyata penyiksaan tersebut tidak berhenti di sebuah apartemen. Keempat penjahat itu membawa Mari dan Phylis kedalam kendaraan beroda empat mereka dan dikala ditengah jalan kendaraan beroda empat tersebut mogok, mereka membawa kedua gadis itu ketengah hutan untuk penyiksaan yang lebih brutal lagi. Ironisnya hutan tersebut berada di seberang rumah milik Mari.
Saya sempat galau mengenai "bagian mana yang vulgar?" Oke kalau dilihat dari kontennya memang sadis dimana dua orang gadis dipaksa melaksanakan hal-hal tidak senonoh, diperkosa hingga dibunuh dengan sadis. Menurut saya hal itu jauh lebih sinting daripada yang muncul di I Spit On Your Grave. Tapi visualisasi yang muncul di The Last House on the Left ihwal hal-hal absurd itu jauh dari yang saya perkirakan. Memang sih pada jaman itu tingkat kesadisan yang ditolerir belum setinggi sekarang, namun saya merasa apa yang saya tonton masih terlalu "halus". Sampai kesannya saya mengetahui fakta bahwa memang ada beberapa adegan yang hilang secara misterius dalam film ini dan sangat sulit untuk ditemukan semisal adegan lesbian hingga pelecehan seksual terhadap Mari. Katanya adegan-adegan itu hanya sanggup ditemukan di beberapa versi DVD-nya saja. Tapi setidaknya aroma kesintingan masih sanggup terasa di beberapa adegannya. 
Film ini memang mengandung konten yang keras, sadis dan ada juga balas dendam menyerupai di I Spit on Your Grave, tapi gotong royong debut Wes Craven ini punya kedalaman dongeng yang jauh lebih baik, hanya saja aroma sadisme menutupi itu semua. Lihatlah bagaimana keempat penjahat tersebut khususnya tokoh Junior gotong royong mengalami rasa bersalah sesudah melaksanakan penyiksaan terhadap Mari dan Phylis. Tidak hanya sang korban yang mencicipi ketakutan tapi juga sang pelaku, hanya saja momen ini memang kurang dieksplorasi lebih jauh oleh Wes Craven padahal kalau lebih dikembangkan lagi saya yakin film ini akan jadi sebuah horror yang kualitas ceritanya lebih mendalam. Sebuah adegan sesudah Mari diperkosa dan ia kemudian berdoa dan para penjahatnya hanya memandang dengan wajah bersalah merupakan adegan favorit saya. Andaikan film ini bukan film low budget dan bukan film pertama tapi kesekian dari Wes Craven saya yakin adegan itu akan sanggup tampil dengan lebih indah dan menyatat.

Sekali lagi film ini gotong royong tidak hanya mengatakan adegan sadis tapi juga ironi dan rasa miris yang luar biasa. Fakta bahwa pelecehan seksual terhadap Mari dilakukan tidak jauh dari rumahnya yaitu salah satu faktornya. Kemudian momen dimana orang renta Mari mulai mengetahui apa yang gotong royong terjadi juga yaitu sebuah momen yang sangat berpotensi mengatakan hati pada film ini. Tapi alasannya kurangnya penggarapan teknis film ini dan faktor Wes Craven yang dikala itu gres menciptakan film panjang pertamanya menciptakan segala potensi tersebut tidak tergarap dengan maksimal. Saya belum melihat remake-nya tapi andaikan banyak sekali potensi yang saya sebut diatas tadi lebih digarap lagi saya yakin The Last House on the Left akan jadi sebuah film horor yang anggun dan keseraman dan kemirisannya akan selalu membekas dibenak penonton. Tapi diluar penggarapan yang kurang maksimal ada hal lain yang mengganggu menyerupai tingkah contoh dua polisi konyol yang benar-benar mengganggu aura horor yang dibangun, hingga penggunaan musik yang seringkali kurang pas momennya. Pada kesannya meski banyak potensi yang gagal dimaksimalkan, The Last House on the Left yaitu sebuah debut yang tidak jelek bagi Wes Craven.


Artikel Terkait

Ini Lho The Last House On The Left (1972)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email