Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Warm Bodies (2013)

Saya termasuk orang yang begitu skeptis mendengar pengembangan film Warm Bodies yang merupakan pembiasaan dari novel berjudul sama karangan Isaac Marion ini. Bagaimana tidak? Kisah percintaan antara zombie dan insan terang terdengar jauh lebih konyol dibandingkan dongeng cinta antara vampir dengan insan menyerupai yang muncul di Twilight Saga. Jika vampir masih digambarkan sebagai makhluk yang rupawan, zombie berbeda 180 derajat. Zombie yaitu sesosok jenazah hidup dengan penampilan yang mengerikan, dan berbeda dengan vampir, zombie tidak punya perasaan. Yang mereka punya hanyalah nafsu untuk memuaskan rasa lapar mereka akan daging manusia. Tapi bila melihat bahwa ada nama Jonathan Levine (50/50) di dingklik penyutradaraan rasa-rasanya Warm Bodies cukup berpotensi sebagai sebuah film zombie yang menawarkan twist dalam genre tersebut. Apalagi sehabis melihat cuplikan beberapa menit adegan awalnya yang menjanjikan, dimana dalam cuplikan yang rilis beberapa waktu yang kemudian tersebut, Warm Bodies terasa punya unsur humor yang cukup cerdas. 

Dunia dalam Warm Bodies yaitu dunia post-apocalyptic dimana umat insan hanya tersisa sedikit sehabis terjadinya zombie apocalypse yang tidak diketahui secara niscaya penyebabnya. R (Nicholas Hoult) yaitu salah satu zombie yang menjalani rutinitas yang selalu sama setiap harinya. Jika tidak sedang mencari makan di kota, ia hanya berjalan kesana kemari di dalam bandara tanpa bisa berkomunikasi dengan orang lain, alasannya zombie meman tidak bisa berkomunikasi layaknya manusia. Disisi lain umat insan hidup dibalik tembok besar yang dibangun oleh Kolonel Grigio (John Malkovich) sebagai benteng pertolongan dari serangan zombie. Suatu hari para cowok dari dalam benteng termasuk Julie (Teresa Palmer) yang merupakan puteri dari Kolonel Grigio dan kekasihnya, Perry (Dave Franco) pergi keluar untuk mencari persediaan obat-obatan. Malangnya keberadaan mereka diketahui oleh kawanan zombie yang sedang mencari mangsa. Dalam konfrontasi tersebut, Perry menjadi mangsa dari R yang kemudian memakan otak Perry. Tanpa disangka tanggapan hal tersebut R menjadi mempunyai memori dan perasaan yang dimiliki oleh Perry. Hal itu membuatnya jatuh cinta pada Julie, dan bukannya memakan sang gadis tapi malah melindungi dan membawanya pulang.

Yang saya paling sukai dari Warm Bodies yaitu bagaimana film ini mencoba menghadirkan dongeng romansa tanpa perlu menghadirkan momen romantis secara berlebihan layaknya film-film Twilight. Dalam naskah yang juga ditulis oleh Jonathan Levine, pendekatan yang digunakan yaitu dengan cara menciptakan penonton menyukai kedua abjad utamanya melalui aneka macam momen komedi yang secara umum dikuasai tiba dari dialog-dialognya. Keberhasilan memparodikan sosok zombie khususnya dalam diri R yaitu kunci bagaimana film ini bisa menciptakan penonton menyukai karakternya. Hal-hal kecil menyerupai bagaimana zombie saling berinteraksi satu sama lain, bagaimana sosok zombie yang ingin mendapatkan hati seorang perempuan dan masih banyak lagi hal-hal lain yang menawarkan sebuah twist lucu sekaligus cerdas bagi genre film yang menjadikan zombie sebagai karakternya. Sedangkan sosok Julie yaitu perempuan yang begitu faktual dan tegar diluar kecantikan yang ia miliki. Tidak menyerupai sosok Bella yang begitu sering dibenci alasannya karakterisasinya, Julie yang terasa begitu faktual dan ceria menjadi gampang untuk disukai. Pada balasannya R dan Julie yaitu pasangan dengan chemistry yang sedikit absurd namun terasa kuat. Saya cukup suka bagaimana rujukan Romeo & Juliet dimasukkan dalam romansa keduanya, tidak hanya dalam nama abjad tapi juga beberapa adegan cukup terasa terinspirasi dari dongeng tersebut.
Mungkin twist yang dilakukan terhadap sosok zombie akan mengganggu bagi penonton yang tidak bisa menerimanya. Bahkan sebelum sosok R "teracuni" memori dari Perry, hal-hal menyerupai zombie yang bisa berpikir, mengoleksi piringan hitam, hingga berinteraksi meski tidak secara ekspresi terang bertentangan dengan konsep yang diusung selama ini dimana zombie yaitu sosok pemangsa yang tidak mempunyai sisi insan sedikitpun. Saya sendiri bisa mendapatkan hal-hal tersebut tapi tidak memungkiri bahwa masih ada beberapa hal yang cukup mengganggu. Beberapa hal yang mengganggu antara lain wacana sosok Bonies yang digambarkan sebagai zombie yang sudah kehilangan sisi insan sama sekali. Hal itu mengakibatkan pertanyaan, "jadi apakah zombie disini bahwasanya masih punya sisi manusia?". Hal itu juga menciptakan saya bertanya-tanya wacana proses zombie lain yang "menyusul" R dengan mulai menemukan sisi kemanusiaan mereka. Sebuah hal yang bahwasanya bisa terjawab bila asal ajakan terjadinya zombie apocalypse dibahas secara lebih jauh (mungkin di sekuelnya). Selain itu masih ada beberapa hal lain yang mengganggu termasuk sosok zombie yang terlalu "mulus". Tapi setidaknya Warm Bodies bisa menciptakan saya tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal itu lebih jauh lagi berkat kisahnya yang menghibur dan leluconnya yang lucu.

Selain humor yang muncul dari obrolan cerdasnya, film ini juga masih punya kelebihan lain salah satunya ada pada iringan musik yang menjadi salah satu poin penting di film ini. Berbagai macam lagu yang begitu lezat didengar mulai dari Gun 'N Roses, Bruce Springsteen hingga M83 mengalun secara bergantian dan begitu sesuai dalam membangun suasana dalam Warm Bodies. Tapi sayangnya penggunaan musiknya sendiri terasa agak berlebihan, untung saja semua lagunya yaitu lagu-lagu keren yang lezat didengar. Mungkin Warm Bodies bukanlah film zombie paling original, alasannya sudah banyak pemberi twit dalam genre zombie yang jauh lebih baik. Film ini juga bukanlah zombie-komedi terbaik, alasannya masih jauh bila dibandingkan dengan Shaun of the Dead ataupun Zombieland. Beberapa modifikasi wacana mitologi zombie memang menyisakan aneka macam lubang yang cukup mengganggu, tapi setidaknya hal itu masih tertutupi dengan presentasi dari Jonathan Levine yang menjadikan film ini sebagai sebuah komedi romantis yang hangat. Menonton Warm Bodies saya menjadi terasadar untuk tidak lagi men-judge sebuah film sebelum saya menontonnya. Awalnya konsep film ini memang terlihat konyol, namun kini saya justru merasa hujatan yang mengiringi sebelum film ini rilis sebagai hal yang konyol. Sama menyerupai para insan di Warm Bodies yang tidak mengenal R lebih jauh namun sudah menawarkan cap monster padanya.


Artikel Terkait

Ini Lho Warm Bodies (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email