Pasca kesuksesan The Godfather baik dari segi finansial maupun kualitas, Francis Ford Coppola tidak hanya mendapat ratifikasi dan nama besar, tapi ia juga mulai mendapat kesempatan untuk menciptakan banyak sekali film yang telah usang ia rencanakan namun terkendala problem dana. Yang pertama ia wujudkan ialah The Conversation yang rilis dua tahun sehabis kesuksesan The Godfather dan dirilis pada tahun yang sama dengan The Godfather Part II. Kesuksesan beruntung tersebut dimanfaatkan oleh Coppola untuk menciptakan Apocalypse Now yang bisa dibilang merupakan proyek ambisius miliknya. Dengan bujet yang cukup tinggi untuk ketika itu yaitu sekitar $31 Juta, proses produksi yang makan waktu bertahun-tahun dan amat berat alasannya ialah banyaknya halangan yang tiba khususnya halangan berupa medan (syuting berada di hutan) sekaligus cuaca yang tidak bersahabat, kesannya terciptalah sebuah film yang bertemakan perang Vietnam dan hingga ketika ini sering dianggap tidak hanya sebagai film perang terbaik yang pernah dibentuk namun juga salah satu film terbaik sepanjang masa.
Ber-setting pada masa perang Vietnam, kisahnya ialah mengenai Captain Willard (Michael Sheen) ialah seorang veteran di kesatuan U.S. Army. Willard yang sedang tidak berada dalam misi justru tidak mencicipi kebahagiaan layaknya tentara yang sedang berada di rumah dan jauh bagi peperangan. Bagi Willard justru medan perang yang kejam dan brutal sudah terasa menyerupai rumah baginya. Karena itulah ketika secara tiba-tiba ia mendapat panggilan untuk kembali terjun ke medan perang, Willard tidak menolaknya. Misinya ketika itu ialah untuk melacak keberadaan Kolonel Kurtz (Marlon Brando) kemudian membunuhnya. Awalnya Kolonel Kurtz ialah salah seorang prajurit yang punya masa depan cerah alasannya ialah kecerdasan dan visinya yang luar biasa. Karirnya bisa dibilang sempurna. Tapi nampaknya peperangan telah membuatnya absurd dan kini Kurtz justru memimpin pasukan bentukannya sendiri yang bermarkas di Kamboja. Dalam misinya tersebut, Willard harus melewati banyak sekali kondisi peperangan yang memang terlihat bagaikan neraka dunia, penuh dengan ledakan, kegilaan, mayit dan tentunya hal-hal memilukan lainnya.
Apocalypse Now benar-benar bisa merangkum segala hal yang tersaji di medang perang dengan baik. Bagaimana dalam perang moralitas seringkali menjadi ambigu hingga bagaimana perang bisa merubah seseorang siapapun itu menjadi eksklusif yang jauh berbeda alasannya ialah keras dan kejamnya peperangan tersebut. Saya sendiri bukanlah orang yang pernah berada di tengah medan peperangan, namun lewat film ini setidaknya saya bisa melihat bagaimana perang yang memang bagaikan menyerupai neraka dunia tersebut. Meski banyak sekali hal memilukan yang bisa terjadi dalam perang dan ditampilkan disini, namun yang paling terasa ingin ditampilkan Coppola dalam Apocalypse Now ialah mengenai "kegilaan" dalam perang. Sedari adegan pembuka yang diiringi lagu "The End" milik The Doors, kegilaan sudah begitu terasa dalam diri Willard yang berada sendirian dalam kondisi berantakan dalam kamarnya. Kegilaan-kegilaan berikutnya terus dihadirkan melalui banyak sekali adegan dan tokoh-tokoh yang memorable.
"Orang gila" pertama yang ditemui Willard ialah Letkol Kilgore (Robert Duvall) yang kebiasaannya ialah memutar lagu Ride of the Valkyries ketika akan melaksanakan serangan udara dengan helikopter. Adegan pembantaian desa yang diiringi lagu tersebut ialah sebuahn adegan yang begitu epic namun juga penuh kebrutalan. Tidak ada sedikitpun rasa ragu ketika pembantaian terjadi, yang ada hanya rasa puas sehabis berhasil membunuh banyak orang termasuk belum dewasa dengan sadis dan meledakkan banyak bangunan termasuk rumah dan sekolah. kegilaan Kilgore masih berlanjut ketika memerintahkan anak buahnya untuk surfing ditengah hujan ledakan. Tentu saja masih ada adegan absurd lain yang tidak akan dilupakan penontonnya menyerupai ketika suguhan gadis-gadis dari Playboy berlanjut pada kerusuhan, pembantaian diatas sampan yang begitu intens suasanany, hingga momen ketika Willard dan sisa pasukannya tiba pertama kali di lokasi kawasan Kurtz dan pengikutnya tinggal yang dipenuhi mayit tergantung dan kepala terpenggal. Sungguh gila!
Tapi kegilaan tidak hanya pada adegannya tapi juga muncul pada karakter-karakternya yang jadi "gila" tanggapan peperangan. Yang sudah saya sebutkan diatas tadi ialah kegilaan Letkol Kilgore yang diperankan Robert Duvall yang aktingnya dalam film ini paling cantik diantara pemain lainnya. Kegilaan Willard yang terlihat diawal film juga hanya terkadang saja sedikit meletup di tengah hingga akhir, sisanya tidak terlalu terasa. Hal itu juga yang menciptakan Michael Sheen terasa tidak terlalu menonjol disini meski sudah bisa dibilang bagus. Dennis Hopper sebagai jurnalis anak buah Kurtz bisa dibilang ialah yang paling absurd diantara kesemuanya. Saya suka Denis Hopper tapi bagi saya Robert Duvall masih yang terbaik. Sedangkan untuk Marlon Brando yang tentunya mendapat bayaran paling mahal justru (seperti biasa) porsinya amat sedikit. Dari sekitar 147 menit durasi film ia hanya muncul sehabis film melewati 120 menit. Jika ditotal, screen time Brando disini maksimal mungkin hanya 20 menit. Aktingnya terang cantik tapi tidak istimewa. Bagian Brando disini saya rasa bisa ia mainkan ketika tidur sekalipun. Tapi meski porsinya sedikit saya suka bagaimana penggambaran huruf Kurtz sepanjang film. Penonton diajak menduga-duga bersama-sama segila dan sekejam apakah Kurtz ini. Hal itulah yang menciptakan momen ketika Willard pertama kali tiba ditempat persembunyian Kurtz, tensinya benar-benar menegangkan.
Selain kegilaan tentu saja ada ambiguitas moral yang kental. Tidak ada tokoh yang benar-benar putih ataupun hitam disini. Bahkan Kurtz yang sedari awal digambarkan absurd itupun jikalau kita telusuri lebih dalam sehabis kemunculannya, terlihat bahwa ia bukanlah murni jahat. Hampir dua setengah jam penuh kegilaan, Apocalypse Now terang layak menjadi film perang terbaik yang pernah dibuat. Saya sering mendengar omongan teman saya yang memuja Pearl Harbor (dan mendeklarasikan dirinya sebagai pecinta film perang) alasannya ialah adegan aksinya begitu spektakuler dan durasinya yang usang sehingga memuaskannya. Saya ingin berkata "Hei! tonton Apocalypse Now! Itu gres film perang dahsyat, durasi usang dan ceritanya berbobot nggak pake kisah cinta segitiga super murahan!" Pada kenyataannya memang menyandingkan kedua film tersebut bagaikan menyandingkan Harimau dengan kucing. Tipenya sama tapi kehebatannya jauh beda.
Ini Lho Apocalypse Now (1979)
4/
5
Oleh
news flash