Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Repulsion (1965)

Film ini ialah film pertama yang dibentuk oleh Roman Polanski dalam Bahasa Inggris setelah tiga tahun sebelumnya menciptakan debut filmnya dalam Bahasa Polandia dengan judul Knife in the Water. Selain menandai dimulainya karir Polanski di luar negeri, Repulsion juga ialah awal dari "Apartment Trilogy" yang dibentuk oleh Polanski. Sebelum ini aku sudah terlebih dulu menonton Rosemary's Baby yang merupakan pecahan kedua dari trilogi tersebut dan rilis tiga tahun sehabis Repulsion. Saya sendiri masih teringat bagaimana keseraman yang ditebar oleh Rosemary's Baby pada ketika aku menontonnya sekitar setahun yang lalu. Perpaduan dari set yang punya nuansa creepy, penempatan scary moment yang sangat efektif, hingga iringan musik yang tidak kalah angker (lagu lullabyi itu luar biasa seramnya) menciptakan film tersebut jadi salah satu film horor terbaik bagi saya. Untuk Repulsion pendekatannya kurang lebih sama yaitu masih menggunakan tokoh utama perempuan dan tentunya lebih banyak didominasi adegan berada didalam apartemen.

Carol (Catherine Deneuve) ialah seorang gadis yang bekerja di kawasan perawatan kecantikan di London. Carol sendiri tinggal bersama kakaknya, Helen (Yvonne Furneaux) yang sering membawa pacarnya yang sudah beristri menginap di apartemen mereka. Carol sendiri ialah seorang perawan yang menyimpan ketertarikan terhadap sex namun secara bersamaan juga merasa jijik akan seks. Hal itu juga yang membuatnya bertingkah awkward didepan laki-laki termasuk Colin (John Fraser) yang begitu memuja Carol dan tidak pernah mengalah mendapat perhatiannya walaupun Carol terus menolak dan mengacuhkannya. Rasa jijik Carol terhadap seks juga terlihat dimana beliau begitu terganggu dengan kedatangan pacar sang abang dimana tiap malam Carol merasa amat terganggu ketika kakaknya bekerjasama seks. Carol yang selama ini juga sudah terlihat agak gila dan sering terdiam suatu hari ditinggal berlibur oleh kakaknya. Dalam kesendiriannya di apartemen itu, Carol makin kacau dan halusinasi yang beliau alami makin sering terjadi dan makin nyata. Kondisi mentalnya makin terganggu dan mendorongnya melaksanakan banyak sekali perbuatan tak terduga.
Sama menyerupai di Rosemary's Baby, keseraman yang ada tiba perlahan-lahan dan semuanya dipicu oleh penelusuran terhadap jiwa dan pikiran tokoh utamanya. Yang membedakan kedua film ini ialah tema horornya. Jika di Rosemary's Baby segala kengerian memang berasal dari hal-hal mistis, dalam Repulsion meski ada banyak sekali hal diluar budi itu semua asalnya ialah dari halusinasi yang dialami oleh Carol. Meski masih sering menimbulkan imbas kejut dan suasana seram, fakta bahwa semuanya ialah halusinasi sedikit mengurangi ketegangan dalam film ini. Musiknya juga tidak seseram yang ada di Rosemary's Baby meski masih ada scoring yang sukses menciptakan aku kaget. Tapi evaluasi itu tiba sebab aku membandingkannya dengan Rosemary's Baby yang memang lebih superior. Tapi jikalau dilihat sendiri maka Repulsion puya kadar keseraman dan ketegangan yang bisa ditampilkan dengan baik. Apalagi jikalau anda belum pernah melihat Rosemary's Baby maka film ini sangatlah menegangkan.
Paruh pertama film dipakai oleh Polanski untuk menyoroti keseharian Carol dan bertahap mengungkapkan gangguan mental yang ia alami. Selama paruh pertama itu aku masih coba meraba dan belum terlihat terperinci apa bekerjsama yang ingin diberikan oleh Repulsion pada penontonnya. Tapi ketika perkenalan itu usai dan film mulai masuk pada konflik utamanya ketika Carol ditinggal berlibur oleh kakaknya maka dimulailah banyak sekali macam adegan intens. Meski ditampilkan dalam media hitam-putih tapi Repulsion justru bisa memanfaatkan itu untuk menambah kesan suram halusinasi mengerikan yang dialami Carol. Pendekatan dan teror lewat imajinasi ini jugalah yang amat mensugesti seorang Darren Aronofsky dalam film-filmnya. Sudah bukan diam-diam kalau Aronofsk sering sekali memasukkan momen halusinasi sebagai teror dalam film-filmnya. Nuansa sesak niscaya juga akan menghinggapi penontonnya. Selain sebab medium-nya hitam-putih, film ini juga ketika kilmaks hingga final terus berada dalam ruangan apartemen yang kotor dan bau.

Terkadang kengerian yang ditampilkan oleh halusinasi memang kurang menggigit kalau kita tahu bahwa itu ialah halusinasi, tapi yang menarik ialah ketika sebuah film memasuki momen dimana batas antara kenyataan dan halusinasi mulai kabur. Repulsion sebenarnya tidak pernah secara sengaja menciptakan penontonnya berpikir menyerupai itu, namun suasananyalah yang menciptakan penonton menjadi tertarik untuk menciptakan misteri di pikiran mereka sendiri mengenai mana yang halusinasi mana yang kenyataan. Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa film ini tidak hanya angker tapi juga disturbing dengan beberapa konten kekerasan dicampur seksual didalamnya. Selain itu penggambaran perihal karakternya yang perlahan mulai mengalami mental breakdown juga merupakan pembangun situasi yang amat menarik. Polanski juga bisa secara arif memasukkan beberapa sindiran sosial menyerupai pada adegan final ketika orang-orang mengerumuni Carol tapi tidak berbuat apapun untuk membantu. Tentu kita tahu hal macam itu sering terjadi di masyarakat dimana tterkadang ada banyak orang yang menyaksikan sebuah kecelakaan contohnya tapi enggan membantu korban dan lebih menentukan "hanya" untuk menonton. Meski masih dibawah Rosemary's Baby yang hingga kini masih aku anggap sebagai masterpiece seorang Roman Polanski, tapi Repulsion tetap bisa menawarkan teror yang efektif pada penontonnya.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Repulsion (1965)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email