Meskipun sudah dirilis sedari bulan Agustus lalu, saya gres sempat menonton Perahu Kertas pada September ini. Membaca banyak review positif yang ada saya menjadi cukup ingin tau untuk menonton film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Dewi Lestari ini. Sempat khawatir akan ketinggalan mengingat biasanya film lokal punya masa tayang yang singkat di bioskop, nyatanya film garapan Hanung Bramantyo ini masih bertahan dilayar lebar. Bahkan hingga kini Perahu Kertas sudah menjadi film lokal terlaris ketiga dibawah The Raid dan Negeri 5 Menara dengan jumlah penonton mencapai 550.000 orang. Banyaknya penggemar novel tersebut memang cukup memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap pendapatan film ini. Saya sendiri belum membaca novelnya, dan saya tetap tidak peduli dengan komentar-komentar semisal filmnya tidak sesuai novel atau pemain drama dan aktris yang bermain tidak sesuai dengan harapan fans atau apalah. Bagi saya film ialah film dan novel ialah novel. Tidak akan mungkin bisa sama persis dan niscaya ada pecahan yang berbeda sebab dua media ini memang sangatlah berbeda dalam menghantarkan kenikmatan bagi konsumennya. Sayapun tetap akan berekspektasi pada film ini sama dengan ekspektasi yang saya berikan pada film-film yang bukan pembiasaan apapun termasuk novel. Tidak sama persis terang bukan masalah, namun jikalau bisa sama itu ialah bonus.
Perahu Kertas akan mengajak kita berlayar mengarungi kehidupan seorang gadis berjulukan Kugy (Maudy Ayunda) yang selalu bercita-cita menjadi penulis dongen. Kugy sendiri punya tingkat imajinasi luar biasa tinggi hingga terkadang ia dianggap asing oleh kedua temannya, Noni (Sylvia Fully R.) dan Eko (Fauzan Smith). Dia menganggap dirinya sebagai seorang "agen Neptunus" dan selalu punya sebuah ciri khas meletakkan kedua tangannya diatas kepala dimana hal itu ia sebut sebagai "radar Neptunus". Suatu hari sepupu Eko yang berkuliah di Belanda, Keenan (Adipati Dolken) tiba ke Bandung. Keempatnya mulai menjalin persahabatan yang sangat erat. Namun dibalik persahabatan tersebut, muncul perasaan yang lebih diantara Kugy dan Keenan. Masalahnya ialah ketika itu Kugy sendiri sudah memiliki pacar yang tinggal di Jakarta, yaitu Ojos (Dion Wiyoko). Sedangkan Keenan sudah "dijodohkan" oleh Eko dan Noni dengan Wanda (Kimberly Ryder), sepupu Noni yang juga sebelumnya tinggal di Australia. Hal tersebutlah yang menghalangi perjalanan cinta Kugy dan Keenan, padahal keduanya sudah saling cocok akan cara pandang masing-masing akan kehidupan. Namun permasalahan tidak berhenti hingga disitu, sebab masih banyak lagi cerita yang lebih kompleks yang akan datang.
Kisah dalam Perahu Kertas memang cukup panjang untuk diselesaikan dalam satu film berdurasi tidak hingga 2 jam. Pada akibatnya film ini memang dibagi menjadi dua bagian, dimana pecahan keduanya akan rilis pada Oktober 2012. Pada dasarnya, cerita dalam film ini bisa dibilang sederhana, namun pada pengembangannya menjadi cukup kompleks. Dasarnya Perahu Kertas ialah sebuah cerita wacana cinta yang terjadi pada sebuah persahabatan hingga cerita wacana bagaimana seseorang hidup dalam mimpinya dan hidup dengan berusaha menggapai mimpi tersebut. Namun pada pengembangannya, cerita pada film ini mulai bertambah kompleks disaat cerita cinta Keenan dan Kugy yang selalu berputar pada cerita cinta segi empat. Tapi toh pada akibatnya Perahu Kertas tidak pernah kehilangan kesederhanaan yang menjadi kekuatan utama film ini. Tidak ada obrolan kelewat puitis yang maunya sok romantis disini. Satu hal yang sering saya tidak suka dari film lokal yang bagus sekalipun ialah pemilihan bahasanya yang kadang entah terlalu baku atau mungkin terlalu berusaha sok puitis tapi jatuhnya norak. Dalam film ini, pengemasan dialognya terasa yummy didengar. Jikapun ada bahasa puisi, kadarnya masih tepat dan bisa diterima, bahkan tidak jarang memperlihatkan keindahan tersendiri pada filmnya.
Ceritanya yang gampang dicerna dan sederhana mungkin bisa membosankan, namun Perahu Kertas justru bisa memanfaatkan segala kesederhanaan tersebut dan menyulapnya menjadi sebuah tontonan yang gampang dicerna namun terasa mengena. Berbagai aspek dalam film ini bisa menciptakan kesederhanaan tersebut tidak terlihat basi. Sinematografinya terasa indah dan yummy dilihat tanpa perlu terlalu diekspos. Pengambilan gambar yang cukup unik, beberapa gambar pemandangan yang dikemas indah dan bisa menangkap suasana alam dengan maksimal, hingga aneka macam warna-warni cerah yang hadir dari aneka macam hal mulai dari lukisan bahkan hingga dari sebuah bahtera kertas sekalipun. Berbagai pengemasan setting yang menarik dan cukup unik juga jadi kelebihan film ini. Selain itu film ini juga punya soundtrack yang menarik. Lagi-lagi isian lagunya sederhana, namun penempatannya pas. Lagu-lagunya sendiri easy listening namun akan meninggalkan kesan yang indah dan menyenangkan ketika didengar. Dengan kedua aspek itu saja Perahu Kertas sudah menerangkan bahwa kesederhanaan yang dikemas dengan apik akan jauh dari kata membosankan.
Faktor kelebihan lain dari film ini ialah wacana penampilan para pemainnya. Ah saya tidak peduli komentar miring banyak orang wacana pemilihan cast yang katanya kurang sesuai itu. Bagi saya abjad Kugy dari Maudy Ayunda sudah sangat lovable. Wajah cantik, tingkah yang lucu meski terkadang aneh, cara pandang yang positif dan penuh percaya diri. Well, saya pribadi jatuh cinta dengan abjad yang satu ini. Maudy sendiri bisa menciptakan penontonnya (yang belum membaca novelnya) akan sesekali iseng mengikuti gestur "radar Neptunus" yang ia lakukan. Bagaimana dengan pemain lainnya? Adipati Dolken memang banyak dikritik, tapi saya tetap suka melihat bagaimana ia dan Maudy Ayunda saling berinteraksi. Chemistry yang tidak luar biasa namun cukup hangat. Namun sayangnya sosok Adipati akan gampang dilupakan ketika kita sudah diperkenalkan dengan abjad Remi yang diperankan Reza Rahadian. Saya cukup pesimis apakah cerita cinta Kugy-Keenan akan kembali menarik dan punya greget sehabis kita diperlihatkan pada hubungan Kugy-Remi. Sedangkan sosom Fauzan Smith ialah pemancing tawa yang tidak pernah gagal mengocok perut penontonnya, bahkan hingga filmnya berakhir sekalipun. Tapi overall saya terang sangat suka dengan Maudy Ayunda sebagai Kugy. Pria mana yang tidak gemas dengan tingkahnya yang asing tapi lucu itu?
Sayangnya Perahu Kertas tetaplah sebuah karya yang jauh dari kata sempurna. Berbagai momen terasa melompat. Kita tidak terlalu dalam dibawa melihat persahabatan Keenan dan Kugy. Yang kita lihat hanya mereka gres bertemu, terlihat cocok kemudian saling jatuh cinta. Padahal jikalau dilihat dari konflik yang muncul berikutnya, terasa ada konflik wacana sebuah persahabatan yang pecah sebab faktor cinta, tapi saya tidak mendapati adanya jalinan persahabatan berpengaruh yang terbentuk antara mereka berdua. Beberapa momen lain juga muncul dengan begitu saja tanpa adanya klarifikasi yang memuaskan. Hal-hal tersebut patut disayangkan, mengingat Perahu Kertas bergotong-royong belum menembus durasi dua jam, dan dengan suasana yang menyenangkan, positif dan tidak membosankan menyerupai ini saya rasa tidak duduk masalah jikalau ada penambahan durasi walaupun hanya 5-10 menit demi penggalian konflik yang terlewat dengan lebih dalam lagi. Pada akibatnya Perahu Kertas memang tidak tepat tapi terang salah satu drama romantis lokal paling menyenangkan yang pernah saya tonton. Bukti keberhasilan dari sebuah kesederhanaan, begitulah film ini. Saran saya tontonlah film ini dengan pacar anda, maka kalian akan mendapat sebuah momen yang manis nan menyenangkan ketika itu. Jelas saya sangat menantikan paruh keduanya. Oya, disini juga ada cameo dari Hanung yang cukup berhasil mengundang tawa.
Ini Lho Bahtera Kertas (2012)
4/
5
Oleh
news flash