Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho Bedevilled (2010)

Kim Ki-duk tidak hanya seorang sutradara handal yang jago menciptakan film-film arthouse, namun juga andal dalam menelurkan sineas-sineas muda berbakat. Beberapa orang yang pernah menajdi astrada dalam film-film Kim Ki-duk juga telah berhasil menciptakan film mereka sendiri, sebut saja Juhn Jai-hong (Beautiful, Poongsan), Jang Hun (Rough Cut) hingga Jang Chul-soo yang menyutradarai Bedevilled ini. Tapi berbeda dengan kedua rekannya tersebut, Jang Chul-soo tidak menciptakan filmnya menurut naskah yang ditulis oleh Kim Ki-duk. Kaprikornus bisa dibilang Jang Chul-soo benar-benar telah lepas dari Ki-duk dalam debut penyutradaraan yang naskahnya ditulis oleh Choi Kwang-young ini. Bedevilled sendiri memiliki tema yang sudah berulang kali digunakan dalam film horror/thriller Korea, yakni mengenai balas dendam. Balas dendam memang menjadi sebuah tema yang sangat terkenal akhir-akhir ini dalam dunia perfilman Korea. Membahas tema balas dendam di film Korea akan ibarat dengan membahas tema hantu di perfilman Indonesia. bedanya meski punya jumlah yang banyak dengan tema balas dendam, namun dalam eksekusinya film-film tersebut selalu punya perbedaan yang menimbulkan masing-masingnya punya keunikan tersendiri dan digarap dengan maksimal.

Jika lebih banyak didominasi film bertema balas dendam ala Korea akan lebih mengetengahkan kisahnya dalam dunia kriminal atau investigasi, maka Bedevilled menggunakan pendekatan yang berbeda. Kisahnya berawal dari perkenalan kita dengan Hae-won (Ji Seong-won) seorang perempuan yang bekerja di sebuah bank di kota Seoul. Hae-won tampaknya yaitu penggambaran dari sosok yang sering kita sebut sebagai "wanita karir". Wajah cantik, tinggal di kota besar, punya pekerjaan yang menghasilkan uang lebih dari cukup, seakan sebuah kehidupan tepat untuk dibayangkan. Tapi banyak sekali kesibukan dan kepenatan yang ia alami ternyata cukup kuat baginya. Hae-won menjadi tipe orang yang tidak peduli dengan nasib orang lain. Yang ia pentingkan hanya mengurusi kepentingannya sendiri. Bahkan suatu hari di kantor ia pernah hingga membentak seorang perempuan bau tanah yang tengah mengalami kesulitan. Merasa perlu mengambil jeda dari banyak sekali kesibukkan tersebut, Hae-won menentukan berlibur ke sebuah desa yang terletak di pulau terpencil. Tempat tersebut tidak absurd baginya alasannya yaitu ketika kecil dulu Hae-won sering kesana untuk mengunjungi rumah sang kakek. Tapi yang ia temui disana bukanlah ketenangan alasannya yaitu ia harus menyaksikan kehidupan sobat kecilnya, Bok-nam (Seo Yeong-hie) yang selalu menerima perlakuan kejam dan tidak adil dari penduduk desa tersebut termasuk suaminya sendiri. Tentu saja Hae-won menentukan untuk tidak ikut campur dalam problem tersebut. Tapi tanpa ia duga akan terjadi sebuah hal mengerikan disana.

Bedevilled yaitu kisah wacana keegoisan. Bagaimana seorang insan bisa menjadi begitu kejam dan menutup mata terhadap kebenaran hanya alasannya yaitu kepentingan sendiri. Bagaimana seorang insan menentukan membisu daripada menyampaikan kebenaran jikalau kebenaran yang ia katakan bisa membahayakan dirinya. Padahal dengan menyampaikan kebenaran itu, ia bisa menyelamatkan orang lain. Hal tersebut sangat terlihat dari sosok Hae-won yang dari awal beberapa kali melaksanakan hal tersebut. Ia menentukan tidak menyampaikan identitas penjahat yang sebetulnya ketika ia berada di kantor polisi alasannya yaitu tidak mau terlibat lebih jauh dalam kasus tersebut. Ia tidak mau sedikit berusaha untuk membantu sang perempuan bau tanah di kantor. Ia menentukan berkata bahwa "orang yang sudah sampaumur harus bisa menjalani hidupnya sendiri" kepada Bok-nam yang telah begitu baik padanya selama ini ketika Bok-nam meminta santunan Hae-won untuk diajak ke Seoul. Kemudian kebiasaannya tersebut akan membawanya sendiri kepada sebuah insiden yang mengancam dirinya.
Hal tersebut juga berlaku pada para penduduk desa yang begitu kejam pada Bok-nam. Mereka begitu kompak untuk memihak suami Bok-nam yang telah bertindak begitu kejam pada sang istri. Mereka benar-benar telah menutup hati mereka akan kebenaran, alasannya yaitu yang mereka pedulikan yaitu kenyamanan diri sendiri. Hal tersebut menggambarkan kondisi dimana sebuah kebobrokan yang berkuasa dalam sebuah kelompok masyarakat. Namun kebobrokan itu sendiri nyatanya punya sebuah kekuatan yang menciptakan kelompok masyarakat tersebut bergantung padanya. Kebobrokan tersebut bisa menciptakan masyarakat menutup rasa kemanusiaan mereka demi kenikmatan diri sendiri. Hal tersebut tergambar ketika seluruh warga kampung yang terdiri dari perempuan bau tanah begitu membela suami Bok-nam walau jelas-jelas mereka tahu bahwa dialah yang bersalah. Namun disini ketergantungan mereka akan sosok pria yang jumlahnya sudah sangat sedikit di desa tersebut menciptakan mereka tidak rela apabila harus kehilangan sosok pria yang mereka pandang sebagai figur yang bisa diandalkan dalam menghidupi desa tersebut. Mereka merasa tanpa beberapa cowok bejat tersebut mereka tidak bisa menjalani hidup dengan lancar. Ironisnya jikalau diperhatikan justru wanita-wanita bau tanah itulah yang terus bekerja demi kelangsungan mereka dan desa tersebut. Sementara orang yang mereka bela dan lindungi hanya hidup seenak mereka.

Bedevilled akan membawa kita menelusuri segala bentuk kekejaman dan ketidak adilan tersebut selama satu jam lebih di paruh awal filmnya. Kita masih belum akan tahu arah niscaya film ini sebelum Hae-won menginjakkan kakinya di desa terpencil tersebut. Setelah itupun kita belum akan melihat horror sadisnya, namun kita akan dibawa untuk melihat lebih jauh kehidupan Bok-nam yang benar-benar menyedihkan. Kita diajak terlebih dahulu untuk bersimpati pada Bok-nam hingga pada titik tertinggi ketika ia harus mengalami hal terparah dan kesedihan paling menyedihkan yang bisa ia alami. Kita akan dibawa melihat banyak sekali kekejaman mulai dari yang sekedar omongan pedas nan menyebalkan hingga kekejaman yang benar-benar kejam dan tidak bisa ditoleransi yang akan menciptakan segala sumpah serapah keluar dari ekspresi kita. Lalu ketika segala kebejatan itu sudah hingga pada puncaknya barulah kita akan disuguhi agresi balas dendam yang disini benar-benar terasa memuaskan. Memuaskan bisa dalam arti eksekusinya yang sadis akan memuaskan para pecinta darah dan kekerasan dalam film. Memuaskan disini juga bisa dalam arti puas alasannya yaitu segala bentuk kekejaman yang kita saksikan tersebut karenanya akan dibalas dengan benar-benar setimpal.

Balas dendam selalu menyisakan sebuah ambiguitas moral khususnya jikalau itu berkaitan dengan hilangnya nyawa seseorang. Tapi dalam Bedevilled seolah ambiguitas tersebut coba dihapuskan ketika filmnya mengajak penonton secara tidak sadar untuk membenarkan agresi balas dendam yang dilakukan. Pada karenanya ketika agresi tersebut dilakukan dengan cara yang sadis dan menyakitkan, penonton terpuaskan. Tapi apakah hal itu yaitu hal yang benar dilakukan? Jika lebih banyak didominasi film macam I Saw the Devil akan berusaha menghadirkan hal tersebut sebagai hal yang ambigu, maka dalam Bedevilled kita akan diajak untuk meyakini bahwa dalam beberapa kasus balas dendam memang yaitu jalan yang tidak bisa dipersalahkan dan patut dilakukan. Balas dendam yang layak mungkin yaitu sebutan yang tepat bagi apa yang disajikan dalam film ini. Kemudian sehabis rentetan momen penuh darah tersebut kita akan dibawa pada sebuah simpulan dongeng yang saya rasa agak kepanjangan. Bedevilled akan beberapa kali menciptakan kita seolah sudah mencapai simpulan film padahal belum. Untungnya momen yang terjadi sehabis itu selalu sebuah momen yang memang layak untuk ditampilkan, dan ketika kita hingga pada simpulan yang sesungguhnya itu yaitu sebuah simpulan yang cukup manis sekaligus tragis. Inilah Bedevilled, sebuah film hebat wacana balas dendam yang tidak hanya seputar pembalasan dendam seorang tokoh namun lebih umum lagi ini yaitu wacana pembalasan kepada sebuah kebiasan jelek dari masyarakat ataupun individu yang sudah begitu mengakar dalam hidup mereka.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Bedevilled (2010)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email