Sejak serial televisinya dimulai pertama kali tahun 1989 dan terus bertahan hingga sekarang dengan jumlah season mencapai 24 terang The Simpsons bukanlah sebuah serial kartun biasa saja. Serial yang dibentuk oleh Matt Groening tersebut sudah menjadi sebuah kultur dalam kehidupan masyarakat Amerika Serikat bahkan mungkin di seluruh dunia. Kisahnya yang begitu menggambarkan kehidupan keluarga di Amerika dan seringkali memperlihatkan aneka macam sindiran terhadap masalah-masalah sosial dengan metafora ataupun simbol yang lucu sekaligus cerdas yakni kekuatan utama yang selalu digemari oleh para penggemar serial ini. Walaupun begitu butuh waktu hingga 18 tahun hingga serial tersebut diangkat ke layar lebar. Sebenarnya proses pra-produksi sudah dimulai semenjak tahun 2001, namun alasannya banyak faktor termasuk naskahnya yang hingga ratusan kali mengalami revisi hasilnya gres enam tahun kemudian film ini selesai dibuat. Naskahnya sendiri bukan ditulis hanya oleh satu atau dua orang melainkan 11 orang sekaligus! Makara naskah macam apa yang dihasilkan dengan super keroyokan tersebut?
Filmnya berkisah wacana danau di kota Springfield yang benar-benar telah tercemar akhir banyaknya pembuangan limbah oleh warga setempat. Orang-orang yang peduli lingkungan menyerupai Lisa tidak dipedulikan "suaranya" oleh warga yang terus saja membuang sampah. Bahkan hingga Green Day sekalipun tewas gara-gara mengkampanyekan peduli lingkungan. Usaha sesungguhnya telah dilakukan untuk menghalangi warga membuang sampah di danau menyerupai menciptakan tembok dan pagar pembatas. Tapi semua larangan tersebut tidak dipedulikan oleh seorang warga yang nekat membuang tumpukan kotoran babi yang sudah bercampur dengan kotorannya sendiri kedalam danau tersebut hanya semoga ia tidak kehabisan waktu untuk menerima donat gratis. Ya, siapa lagi beliau kalau bukan Homer. Kotoran tersebut menciptakan danau Springfield kembali tercemar dan mencapai batas maksimum dan menciptakan beberapa binatang terkontaminasi. Hal tersebut diketahui oleh Russ Cargill, pimpinan EPA (Environmental Protection Agency) yang kemudian melapor pada Presiden Schwarzenegger yang mengambil "keputusan" untuk mengurung Springfield dalam sebuah kubah beling raksasa.
Semua yang anda harapkan untuk muncul dalam dongeng The Simpsons ada di film layar lebarnya ini. Sentilan wacana informasi lingkungan hidup jadi yang utama disini. Tentang bagaimana kondisi masyarakat yang sudah tidak peduli dengan lingkungannya, tidak peduli dengan mereka yang memperjuangkan lingkungan, tapi pada hasilnya dikala lingkungan sekitar mereka sudah benar-benar rusak barulah mereka mulai mengeluh. Tapi bukannya sadar dan introspeksi, banyak orang yang justru mencoba untuk mencari-cari kambing hitam yang sanggup dipersalahkan. Padahal sesungguhnya semua masyarakat ikut berperan dalam pencemaran lingkungan. Sebagaimana yang terlihat dikala warga Springfield yang sering membuang sampah di danau eksklusif menyerang Homer dan menjadikannya seolah sebagai satu-satunya yang bersalah tanpa sadar bahwa mereka juga turut menyumbangkan pencemaran. Ada juga sentilan soal agama berkaitan dengan ramalan yang dikatakan oleh Grampa diawal film yang kemudian dipercayai oleh Marge sebagai petunjuk dari Tuhan wacana akan datangnya bencana. Ada sebuah obrolan yang cukup mengena bagi saya yang dilontarkan oleh Homer sebelum masuk Gereja. Kalau tidak salah bunyinya menyerupai ini, "Why can't I worship the Lord in my own way?" Sebuah obrolan yang sangat sempurna target bagi saya, namun sayangnya perihal agama tidak algi disentil lebih jauh dan memperlihatkan ruangnya bagi dilema lingkungan hidup.
Kisahnya memang terlihat untuk lebih diperbesar lagi skalanya. Sebuah keputusan yang sempurna sebenarnya, alasannya untuk apa sebuah film The Simpsons dengan durasi hampir empat kali durasi tiap episode televisinya dibentuk kalau hanya menyoroti dongeng dengan skala yang sama dengan di televisi? Namun kalau hanya memperbesar saja jatuhnya menjadi kurang personal dan kurang sanggup mengena bagi penontonnya meski aneka macam sindiran tersebut tetap ditampilkan dengan cerdas dan lucu, tapi penonton butuh konflik yang lebih personal. Untuk itulah konflik keluarga Simpsons dibuat. Mulai dari Bart yang merasa kurang menerima kasih sayang dari ayahnya, hingga konflik dalam korelasi antara Homer dan Marge. Meski tidak ditampilkan dengan jelek namun tema semacam itu yakni tema yang sudah sangat klise, dan meski ditampilkan dengan gaya The Simpsons yang abstrak dan konyol, tetap saja ada beberapa serpihan yang terasa klise. Meski begitu saya tetap menikmati bagaimana konflik keluarga tersebut dimasukkan, sehingga dongeng keseluruhan tidak terasa kering dan masih mempunyai hati. Apalagi dikala melihat adegan video ijab kabul Homer dan Marge yang diiringi lagu (They Long to Be) Close to You milik The Carpenters yang begitu indah dan romantis.
Pada hasilnya The Simpsons Movie tetap meneruskan semangat dan kualitas yang terus dibawa oleh serial televisinya. Mengangkat tema-tema dan informasi sosial yang tengah terjadi dan dirangkum dalam sebuah humor satir yang absurd, cerdas dan sangat lucu namun sanggup dicerna semua orang, film ini memperlihatkan sebuah nuansa yang berbeda dan unik dalam dunia film animasi di layar lebar. Meski begitu saya sesungguhnya mengharapkan sebuah dongeng yang lebih didalamnya entah itu lebih mendalam, lebih pedas kritikannya alasannya mengingat serialnya yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Sayang sekali tema religius yang sempat disinggung tidak lagi dibahas lebih lanjut, alasannya rasanya akan sangat menarik. Yah, tapi tetap saja ini yakni sebuah film yang lebih dari memuaskan, dan saya mengharapkan sebuah sekuel.
RATING:
Ini Lho The Simpsons Movie (2007)
4/
5
Oleh
news flash