Saya intinya tidak terlalu menyukai film komedi slapstick, namun aku bukan orang yang anti terhadap komedi macam itu dan bukan pula termasuk orang yang menggolongkan slapstick sebagai "komedi yang tidak cerdas". Banyak yang menyampaikan slapstick ialah sebuah komedi dengan humor yang kurang cerdas alasannya ialah dianggap hanya mengandalkan dagelan fisik termasuk adegan yang menjurus kearah kekerasan. Saya tidak beranggapan menyerupai itu, bahkan aku menganggap slapstick itu lucu kalau terlibat eksklusif misal dikala menjahili teman. Tapi aku hampir tidak pernah mencicipi kelucuan tersebut dikala menonton slapstick di film. Dari banyak sekali macam pelawak slapstick, satu yang paling populer ialah The Three Stooges yang sempat begitu populer selama sekitar 40 tahun karir mereka mulai dari tahun 1930an hingga awal 70an. Trio ini populer dengan banyak sekali adegan yang mempunyai tingkat kekerasan yang tidak main-main. Saya teringat pernah menonton salah satu film The Three Stooges dan bukan tertawa malah meringis ngilu dikala melihat ada adegan Moe menggerus kepala Curly dengan serutan kayu. Saya sendiri tidak pernah menjadi fans mereka, tapi orang yang pernah menonton film mereka niscaya oke bahwa The Three Stooges punya agresi dan kekompakan luar biasa dalam menghantarkan komedi fisik mereka.
Proyek yang disutradarai oleh Farrelly brothers (Hall Pass, There's Something About Marry) ini begitu menggiurkan dikala pada awalnya meng-cast tiga bintang untuk bermain didalamnya. Benicio del Toro sempat ditawari menjadi Moe sebelum alhasil batal. Sean Penn sudah diplot menjadi Larry tapi juga batal alasannya ialah ia ingin lebih konsen terhadap penanganan korban tragedi di Haiti. Yang terakhir ialah Jim Carrey yang akan memerankan Curly. Carrey bahkan sudah menambah berat badannya sebanyak 20 kg, tapi batal dikala diharuskan menambahnya 15 kg lagi. Pada alhasil ensemble trio tersebut batal dan digantikan oleh tiga pemain drama yang tidak setenar mereka. The Three Stooges sendiri berkisah wacana Moe (Chris Diamantopoulos), Larry (Sean Hayes) dan Curly (Will Sasso) yang merupakan tiga sahabat yang sedari bayi sudah dibuang dan dirawat di sebuah panti asuhan yang dikelola oleh para suster. Sedari kecil trio Moe, Larry dan Curly sudah sering menciptakan kekacauan dipanti tersebut dan hingga menciptakan semua suster kelabakan. Kenakalan mereka itu jugalah yang menciptakan tidak ada orang yang berminat mengadopsi mereka. Akhirnya hingga mereka berusia 35 tahun mereka masih terus tinggal disana. Sampai suatu hari panti asuhan tersebut terancam ditutup tanggapan hutang dan mereka bertiga tetapkan pergi untuk mencari uang untuk menambal hutang tersebut.
Diluar duhaan, Chris, Sean dan Will bisa bertransformasi sebagai The Three Stooges dengan amat baik. Tidak hanya tampilan fisik mereka saja yang menyerupai tapi juga segala tingkah polah mereka mengingatkan aku pada Stooges yang asli. Kita akan menjumpai rentetan agresi cepat yang terdiri dari mencolok mata, saling tampar, saling pukul, bahkan saling hajar dengan benda-benda yang ada mulai dari palu hingga gergaji mesin. Mereka bertiga tampil begitu baik dalam memerankan Moe, Curly dan Larry. Benar-benar nyaris tepat dan hampir tidak ada bedanya kalau dibandingkan dengan Stooges yang asli. Masalah lucu atau tidaknya itu memang tergantung selera penonton. Mereka yang menyukai komedi slapstick akan sangat puas dengan semua menu yang ada disini. Tapi bagi mereka yang tidak, akan melihat The Three Stooges sebagai sebuah menu penuh kekerasan fisik yang kolot dan jauh dari kata lucu. Tapi ada di pihak manampun anda aku rasa akan oke bahwa Chris, Sean dan Will sudah bisa menunjukkan penampilan yang baik sebagai "tiruan" Stooges.
Saya sendiri sebagai orang yang tidak terlalu menyukai slapstick tidak menemukan bahwa film ini ialah tontonan yang lucu, namun tidak adil rasanya kalau aku menyampaikan film ini jelek hanya alasannya ialah aku tidak tertawa dengan dagelan slapstick yang bukan merupakan selera saya. Tapi kalau meninjau sudut pandang lainnya menyerupai aspek dongeng dan komedi non-slapstick yang coba ditampilkan, The Three Stooges bukanlah tontonan yang memuaskan. Beberapa dagelan non-slapstick yang coba ditampilkan terasa garing dan tidak lucu. Bahkan kalau bicara problem dongeng akan terasa beberapa kebodohan yang hadir didalamnya. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah The Three Stooges selalu hadir dengan kisah dan kekonyolan yang tidak memperhatikan logika? Memang begitu tapi bagi aku beberapa bab dongeng terasa janggal dan mengganggu. Beberapa humor bernafsu ala Farrelly Brothers juga muncul disini menyerupai yang melibatkan para suster dan menciptakan filmnya dicap sebagai anti-Katolik termasuk adegan "Nun-Kini" dari Kate Upton.
No Brain, All Pain memang ialah sebuah tagline yang sangat pas bagi film ini. Semua yang dibutuhkan dari film-film slapstick-nya The Three Stooges ada disini. Ditampilkan dengan sangat baik oleh trio Moe-Curly-Larry versi terbaru, para penyuka slapstick terang akan sangat terpuaskan. Saya sendiri yang bukan penyuka jenis komedi tersebut dan nyaris tidak tertawa sepanjang film tetap bisa cukup menikmati agresi mereka dan mengagumi bagaimana ketiga pemain drama tersebut bisa menghidupkan kembali persona dari The Three Stooges dengan begitu luwes meski level kelucuannya tetap masih dibawah versi originalnya. Pada alhasil terang ini ialah film yang diperuntukkan bagi para penyuka slapstick, tidak lebih dan tidak ada "toleransi" bagi penonton yang bukan penyuka genre tersebut. Sangat lucu atau sangat bodoh, tergantung selera anda.
RATING:
Ini Lho The Three Stooges (2012)
4/
5
Oleh
news flash