Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Beetlejuice (1988)

Setelah debut yang sukses baik secara kualitas ataupun komersil dalam Pee-wee's Big Adventure, Tim Burton mulai menerima ratifikasi di Hollywood. Pasca kesuksesan tersebut Burton mulai menerima kiriman naskah untuk beliau sutradarai, hanya saja dari banyak bahan tersebut tidak ada yang membuat ia tertarik. Bagi Tim Burton naskah-naskah tersebut terkesan kurang original dan kurang dalam hal imajinasi dan kreatifitas. Sampai pada balasannya Burton mendapatkan naskah Beetlejuice dari Michael McDowell, dan ia merasa cocok dan oke untuk menyutradarainya. Tiga tahun sehabis debutnya, balasannya Beetlejuice rilis dengan dibintangi oleh banyak nama besar yang sesungguhnya pada dikala itu belum banyak dikenal dan sedang merintis karir. Ada nama menyerupai Alec Baldwin, Geena Davis, Winona Ryder, Catherine O'Hara hingga Michael Keaton yang pada balasannya akan menjadi Bruce Wayne dalam Batman versi Burton. Dalam Beetlejuice sendiri banyak sekali ciri khas Tim Burton mulai terasa, mulai dari huruf asing hingga set yang kental unsur ekspresionisme-nya.

Awalnya kita akan dibawa melihat kehidupan senang sepasang suami istri, Adam (Alec Baldwin) dan Barbara (Geena Davis) yang sedang menikmati liburan di rumah mereka yang terletak di kampung. Malang bagi mereka, di tengah perjalanan kendaraan beroda empat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan yang balasannya menewaskan keduanya. Sadar telah tewas, keduanya justru kebingungan apa yang harus mereka lakukan sebagai "hantu baru". Kondisi makin rumit dikala sebuah keluarga membeli rumah mereka dan tinggal disana. Merasa terganggu dengan keberadaan keluarga gres tersebut, Adam dan Barbara mencoba mengusir mereka dari sana. Tapi apa daya, pengalaman yang masih kurang sebagai hantu membuat mereka selalu gagal dalam perjuangan pengusiran dan menakut-nakuti tersebut. Sampai balasannya mereka termakan untuk meminta jasa pemberian dari Betelgeuse (Michael Keaton) meski sebelumnya sudah diwanti-wanti untuk tidak meminta bantuannya, alasannya yakni Betelgeuse sudah sering membuat masalah.

Sempat diawali dengan biasa saja, Beetlejuice mulai menarik dikala Adam dan Barbara tewas dalam kecelakaan. Dari situ segala keunikan dalam ilham ceritanya mulai dilemparkan pada penonton satu persatu. Sungguh unik melihat bagaimana pasangan ini menghadapi fakta perihal maut mereka. Kematian yang menimpa mereka tidak dipandang sebagai sebuah hal yang menyedihkan bahkan hingga membuat huruf itu depresi menyerupai yang sering kita jumpai pada film yang mengisahkan perihal huruf yang harus mendapatkan kenyataan bahwa ia sudah mati dan menjadi hantu. Saya suka dengan nuansa filmnya yang begitu positif khususnya dalam cara para tokohnya memandang kematian. Daripada terlihat sebagai hal yang mengerikan dan final segalanya, maut disini bisa menjadi hal yang lucu dan bukan blackout atau final dari segala hal yang pantas diratapi. Para karakternya yang sudah mati masih tetap mempunyai perasaan dan berusaha berjuang menghadapi maut dan takdir mereka sebagai hantu. Beetlejuice juga terasa bagaikan anti-tesis dari film horror perihal teror hantu pada umumnya. Jika biasanya huruf yang hidup digambarkan terganggu dengan kehadiran hantu dan mencoba mengusir mereka, disini yang terjadi justru sebaliknya, para hantu yang merasa terganggu dengan kehadiran orang hidup.
Kelebihan lain film ini selain pada keunikan ceritanya juga terletak pada pengemasan komedinya. Tidak saya sangka Beetlejuice bisa selucu ini. Bukan komedi terlucu yang pernah saya tonton, tapi tetap sebuah kejutan yang menyenangkan. Pada intinya, faktor imajinasi dan kreatifitas yang baik menjadi kunci utama kesuksesan film ini. Hal itu juga berlaku pada komedinya yang cukup unik. Salah satu momen komedi favorit saya dalam film ini yakni momen tarian dikala makan malam, khususnya melihat tingkah Winona Ryder. Penampilan Michael Keaton juga sangat menyenangkan untuk disaksikan. Ya, ini yakni film sebelum Tim Burton menemukan Johnny Depp untuk memerankan huruf asing miliknya. Melihat Keaton yang notabene setahun kemudian akan menjadi Batman bermain sebagai sosok Betelgeuse yang eksentrik, konyol tapi punya unsur jahat dalam dirinya, serta tidak lupa make-up tebal ala huruf asing Burton terang sebuah hiburan tersendiri. Karrakternya berhasil menjadi scene stealer dan kemunculan sosok Betelgeuse dalam film ini selalu menyegarkan suasana dan selalu ditunggu.
 
Tentunya Beetlejuice akan selalu memanjakan mata penontonnya dengan visualisasi gothic yang selalu unik dan asing ala Tim Burton. Desain huruf khususnya para hantu yang sangat unik, hingga banyak sekali efek yang meski sudah ketinggalan jaman kalau dilihat kini tapi masih terasa keunikannya. Sayangnya akhir ilham kisah yang nyeleneh itu jugalah Beetlejuice terasa punya banyak lubang dalam ceritanya. Adegan penutupnya juga saya tidak suka., kalau menggunakan bahasa gaul maka ending dari film ini terasa "geje banget". Patut disayangkan film ini ditutup dengan sangat antiklimaks, padahal Beetlejuice terang salah satu karya terbaik Tim Burton yang menjadi bukti bahwa beliau bisa tetap membuat film asing yang manis walaupun tanpa ada Johnny Depp didalamnya. Sebuah film yang bisa membuat maut tidak terasa mengerikan bahkan mungkin mengajarkan bahwa maut bukan hal yang perlu ditakuti tapi patut untuk dihadapi dan dipersiapkan.


Artikel Terkait

Ini Lho Beetlejuice (1988)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email