Wednesday, January 16, 2019

Ini Lho A Better Life (2011)

Cukup mengejutkan melihat seorang Chris Weitz yang selama ini identik dengan film-film blockbuster macam The Golden Compass dan The Twilight Saga: New Moon memutuskan menciptakan sebuah drama kecil dengan bujet hanya $10 juta. Bandingkan dengan The Golden Compass yang bjetnya mencapai $180 Juta atau New Moon yang punya bujet $50 Juta. Bahkan dalam A Better Life, Chris tidak menggunakan seorangpun pemain bintang. Tapi yang lebih mengejutkan lagi yaitu ketika Demian Bichir yang merupakan pemain utama film ini mendapat nominasi Best Actor pada Oscar 2012 lalu. Bichir berhasil mengalahkan bintang film yang lebih diunggulkan macam Leonardo DiCaprio (J.Edgar), Michael Fassbender (Shame) ataupun Ryan Gosling (Drive & The Ides of March) yang sempat jadi kuda hitam dalam bursa nominasi. Saya sendiri belum pernah mendengar filmnya hingga suatu ketika iseng mencari gosip wacana Chris Weitz dan menemukan judul film ini. Tapi saya gres tertarik menontonnya terperinci sehabis Demian Bichir mendapat nominasi Oscar. A Better Life sendiri aslinya berjudul The Gardener dan naskahnya berasal dari kisah yang ditulis oleh Roger L. Simon.

Kisah dalam film ini bekerjsama sangat sederhana, predictable dan sudah sering kita temui dalam banyak sekali film drama. Berkisah wacana Carlos Galindo (Demian Bichir) yang merupakan seorang imigran gelap dari Meksiko yang selama ini hidup di Amerika tanpa surat-surat. Galindo hidup sangat sederhana dengan menjadi seorang tukang kebun bagi Blasco Martinez (Joaquin Cosio). Pekerjaannya tersebut terperinci menghasilkan uang yang tidak banyak, apalagi Galindo harus menghidupi puteranya Luis (José Julián) yang sudah beranjak remaja. Hubungan Galindo dan Luis sendiri tidak pernah dekat alasannya yaitu Galindo selalu sibuk bekerja hingga malam hari bahkan di hari Minggu. Meski begitu ia amat mengasihi putera tunggalnya tersebut dan rela bekerja keras demi sang putera meskipun Luis terlihat tidak pernah menghargai kerja keras sang ayah. Sampai suatu hari Galindo mendapat kesempatan memperbaiki hidupnya ketika ia membeli truk dan usaha perkebunan milik Blasco yang ingin memulai usaha gres di Meksiko. Setelah sempat menolak hasilnya Galindo tergiur juga pada bisnis tersebut. Tapi ternyata nasib baik masih belum menyertai Galindo dan bisnisnya. Tapi siapa sangka hal itu malah bisa menimbulkan hubungan antara Galindo dengan Luis menjadi lebih baik.
Jika mencari sebuah penemuan dalam hal ceritanya, terperinci A Better Life tidak memiliki hal tersebut. Hal klise wacana seorang imigran gelap yang hidup dalam kondisi yang berat terperinci sudah sering kita jumpai. Begitu juga dengan kisah seorang ayah yang berjuang seorang diri menghidupi sang anak. Semuanya sudah sangat familiar memang, tapi bukan itu yang terpenting dalam sebuah drama menyerupai ini. Cerita standar dan seklise apapun akan menjadi luar biasa ketika bisa tampil dengan menyentuh dan bisa mengambil hati penontonnya. Sama menyerupai dalam film horror yang mau seburuk apapun akting pemainnya atau ceritanya kalau bisa tampil menakutkan maka film itu dianggap bagus. Lalu apakah A Better Life bisa tampil menyentuh? Jika hanya diberi pilihan "ya" dan "tidak" saya akan menjawab "Ya". A Better Life memang bisa tampil menyentuh dan jauh dari kata gagal sebagai sebuah drama meskipun ceritanya sangat klise. Mungkin tidak hingga menciptakan penontonnya menangis, tapi melihat usaha seorang ayah yang rela begitu bekerja keras demi anaknya walaupun sang anak tidak terlalu menghargai keras tersebut memang cukup menyentuh. 
Karakterisasi terhadap huruf Galindo dan Luis juga bagus. Galindo terperinci sosok yang akan menciptakan kita bersimpatik. Seorang ayah yang dengan segala kesederhanaan rela bekerja keras tanpa sekalipun mengeluh. Galindo memang sering mendapat nasib jelek tapi tidak pernah sekalipun terasa nasib jelek tersebut dibentuk terlalu berlebihan. Galindo juga menanggapi kesialannya dengan masuk akal tanpa dibentuk over. Tidak ada dramatisasi berlebihan untuk menciptakan penontonnya terharu. Semua berjalan sederhana namun mengena. Sedangkan sosok Luis memang yaitu anak yang tidak terlalu menghargai usaha keras sang ayah, tapi ia tidak pernah terlihat sebagai bocah menyebalkan menyerupai yang sering kita jumpai dalam peran-peran semacam itu. Sosok Luis yaitu sosok yang masuk akal terlihat dalam setiap cukup umur yang menginginkan hidup yang senang dan ingin terlihat baik dimata teman-temannya. Kemudian lanjut pada akting Demian Bichir, saya tidak bisa menyampaikan bahwa masuknya Bichir dan tersingkirnya nama-nama yang sempat saya sebutkan diatas tadi sebagai sebuah kontroversi. Mereka semua termasuk Bichir layak sanggup nominasi. Hal yang menunjukan bahwa persaingan Best Actor di Oscar yang kemudian memang ketat. Mengejutkan tapi tidak kontroversial.

Selain kisahnya yang klise, pesan dan makna yang terkandung dalam film ini juga sudah sering kita jumpai. Bahkan hanya merujuk pada judulnya saja kita sudah bisa tahu kalau film ini akan membawa kita pada sebuah perenungan mengenai hidup yang lebih baik. Sebenarnya hidup menyerupai apakah yang bisa dikatakan baik? Terkadang kita selalu berusaha untuk mendapat sebuah kehidupan yang lebih baik, namun benarkah kehidupan yang kita inginkan itu memang yang lebih baik. Bahkan sedari awal sebelum timeline film ini yaitu pada ketika Galindo dan para imigran lainnya meninggalkan Meksiko menuju Amerika pertanyaan itu sudah muncul. Apakah meninggalkan Meksiko sebagai imigran gelap memang akan menghasilkan hidup yang lebih baik? Terkadang memang membingungkan apakah hidup kita memang sudah lebih baik ataukah kehidupan yang lebih baik bisa tiba kalau kita terbiasa akan kehidupan yang sedang kita jalani dan mensyukurinya. Apapun itu, meski klise namun makna yang ada didalam A Better Life memang gampang untuk dicerna dan cukup mengena bagi penonton. Sebuah suguhan drama yang memuaskan.


Artikel Terkait

Ini Lho A Better Life (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email