Sunday, January 13, 2019

Ini Lho The Call (2013)

Thriller karya sutradara Brad Anderson ini mempunyai pandangan gres dasar sangat unik yang setahu saya belum pernah digunakan dalam film manapun. Sudah banyak film yang menyoroti pemeriksaan dari pihak kepolisian untuk mengungkap kasus kejahatan atau memburu penjahat misterius yang mencoba melarikan diri dari kejaran pihak berwajib. Namun gres pada The Call ini ada yang mengambil sudut pandang dari operator 911 yang selalu setia melayani telepon dari masyarakat mulai dari hal-hal penting dan emergency ibarat pembunuhan hingga hal-hal tidak penting ibarat mencari anjing atau menyelamatkan kucing. Operator tersebut akan menampung laporan yang masuk untuk kemudian menyambungkan pada pihak-pihak berwajib yang diperlukan ibarat polisi hingga pemadam kebakaran sembari menunjukkan instruksi-instruksi darurat kepada pihak yang menelepon. The Call dibintangi oleh Halle Berry yang nampaknya akhir-akhir ini sedang tidak mempunyai peruntungan yang bagus. Semenjak Catwoman yang memalukan itu, film-film Halle Berry sering gagal entah secara finansia ataupun kualitas, sebut saja Movie 43, Dark Tide atau Frankie and Alice. Dengan berbekal konsep yang unik serta disutradarai oleh Brad Anderson yang berpengalaman menciptakan thriller menarik (The Machinist) tentu saja ini yaitu kesempatan bagi Halle Berry untuk memperbaiki karirnya lagi.

Jordan Turner (Halle Berry) yaitu anggota LAPD yang bekerja sebagai operator 911 dan termasuk berpengalaman dalam pekerjaannya. Sampai suatu hari sebuah keputusannya justru menciptakan seorang gadis cukup umur dibunuh oleh laki-laki misterius yang menerobos paksa kedalam rumah gadis tersebut. Mengalami stress berat dan diselimuti rasa bersalah, Jordan menentukan mundur dari pekerjaannya. Enam bulan berlalu dari kejadian tersebut dan Jordan sekarang bekerja sebagai trainer bagi para calon operator 911. Pada ketika menunjukkan instruksi dan pengarahan mengenai praktek kerja pada para trainee, terjadi sebuah kejadian darurat yang tidak bisa ditangani oleh seorang operator lainnya. Jordan mengambil alih laporan tersebut yang tanpa ia duga akan membuatnya berhadapan kembali dengan kasus traumatis yang ia hadapi enam bulan lalu. Dengan konsep uniknya tersebut, The Call juga akan menunjukkan citra yang terang mengenai para operator 911, ibarat apa situasi kawasan mereka bekerja yang disebut dengan The Hive, apa saja kiprah mereka, hingga bagaimana bahwasanya mekanisme dari laporan yang masuk ditindak lanjuti. Saya yang sebelum ini tidak mengetahui citra mengenai pekerjaan tersebut terpuaskan dengan apa yang ditampilkan oleh The Call tersebut. Penjelasan yang dilakukan dengan baik dan secara bersamaan menjadi sebuah penghantar yang baik untuk membangun rangka ceritanya.
Semuanya yang tersaji dalam The Call begitu menarik dan menegangkan dalam 2/3 filmnya. Bagaimana kita diperlihatkan pada operator 911 beserta pernak-perniknya juga bagaimana beratnya beban psikologis dari seorang operator digambarkan alasannya yaitu walaupun sekilas tugasnya gampang namun keputusan yang dibentuk bisa menciptakan sang penelepon selamat ataupun kehilangan nyawa. Lalu kita dibawa pada drama psikologis di sekitar sosok Jordan yang mengalam rasa bersalah dan stress berat mendalam kemudian berusaha menebus "dosa" yang telah ia perbuat tersebut. Kita dibentuk mengerti kenapa Jordan begitu ngotot dan mati-matian ingin menyelamatkan Casey yang tengah terjebak dan begitu peduli pada peneleponnya tersebut. Sajian thriller-nya terasa menegangkan dan menarik mengikuti bagaimana sebuah interaksi antara operator dan korban yang terhubung lewat telepon bisa menjadi sebuah suguhan thriller menegangkan yang berjalan dengan tempo cepat. Beberapa plot hole memang muncul disini begitu juga dengan tindakan beberapa karakternya yang terasa bodoh. Namun meski terasa bodoh, tindakan tersebut bahwasanya sanggup dimaklumi mengingat masing-masing dari mereka baik itu korban ataupun sang pelaku tengah dilanda kecemasan dan kekhawatiran yang luar biasa.

Tapi entah apa yang ada di pikiran Richard D'Ovidio sebagai penulis naskah ketika secara tiba-tiba merubah arah ceritanya di sepertiga tamat film. Sebuah thriller sederhana dengan konsep unik yang tersaji dengan begitu menarik sedari awal tiba-tiba bermetamorfosis sebuah tontonan ala film slasher yang begitu klise. Bersamaan dengan filmnya yang berubah jalur, makin berkurang pula daya tarik dan ketegangan yang dimiliki oleh The Call. Sepertiga tamat yang jelek itu nyaris menghapuskan memori saya yang terpuaskan oleh 2/3 awal filmnya yang menyenangkan itu. Klimaksnya pun menjadi begitu hambar, membosankan bahkan ditutup oleh sebuah ending yang bagi saya menggelikan dan terasa bodoh. Saya sempat berharap meski 1/3 kesudahannya berubah jalur dengan buruk, setidaknya film ini ditutup dengan konklusi yang memuaskan dan saya kira impian saya akan terpenuhi ketika diperlihatkan Jordan dan Casey akan berbuat sesuatu. Saya yang berharap sebuah hal gila ternyata kembali harus dikecewakan alasannya yaitu lagi-lagi keputusan yang diambil jauh dari kata memuaskan dan begitu anti-klimaks. Terlihat terang bagaimana Richard D'Ovidio kebingungan untuk mengakhiri ceritanya. Bahkan instruksi dari sutradara Brad Anderson yang tidak jelek serta akting Halle Berry yang manis tidak bisa menyelamatkan paruh tamat film ini. Untung saja The Call masih punya paruh awal hingga pertengahan yang memuaskan hingga kesudahannya tidak menjadi sebuah thriller yang buruk.

Artikel Terkait

Ini Lho The Call (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email