Sudah cukup usang saya tidak menonton film dari salah satu sutradara favorit saya, Kim Ki-duk. Film terakhirnya yang saya tonton ialah Pieta yang merupakan film terbaru sang sutradara dan berhasil memenangkan penghargaan Golden Lion di Venice Film Festival. Sekitar enam bulan saya tidak menonton karyanya alasannya ialah memang film-film dari sutradara yang satu ini sulit didapat. Kali ini saya berkesempatan menonton The Coast Guard, film kedelapan yang dibentuk Ki-duk sepanjang karirnya. Film ini berkisah wacana kehidupan tentara yang bertugas menjaga perbatasan pantai yang memisahkan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Perbatasan tersebut memang seringkali dijadikan daerah para biro diam-diam dari Korea Utara untuk menyusup ke Korea Selatan. Untuk itulah para tentara yang berjaga disana diberi hak untuk menembak mati siapapun yang menyelinap di perbatasan pada malam hari tanpa ijin. Kemudian tentara yang berhasil menembak biro diam-diam tersebut akan diberi penghargaan dan hadiah berupa dibebas tugaskan selama seminggu dan boleh meninggalkan tugasnya dalam jangka waktu tersebut. Kang Sang-byeong (Jang Dong-gun) ialah salah seorang anggota disana dan cukup terobsesi dengan tugasnya tersebut.
Suatu hari ia terlibat konflik dengan beberapa penduduk sekitar dimana Kang mengancam akan menembak mereka kalau mereka nekat menyusup meskipun bukan mata-mata. Tanpa diduga sepasang kekasih penduduk sipil nekat menyusup untuk bekerjasama seks di pinggir pantai pada tengah malam. Melihat hal tersebut, Kang yang menerka mereka ialah biro diam-diam menembak sang pria. Tidak hanya itu ia melemparkan granat yang menghancurkan badan laki-laki tersebut. Pada akibatnya sehabis tahu yang ia bunuh bukanlah biro diam-diam melainkan hanya seorang warga sipil yang sempat ia ancam, Kang mulai diliputi rasa bersalah dan depresi yang mendalam. Apalagi sehabis ia megetahui bahwa kekasih dari laki-laki yang ia bunuh mulai mengalami gangguan jiwa dan menganggap para tentara yang bertugas disana ialah kekasihnya yang telah tewas. Mulai ketika itulah Kang mulai karam dalam mental breakdown yang makin usang semakin bertambah parah. The Coast Guard masihlah film yang mempunyai banyak ciri khas dari seorang Kim Ki-duk. Masih ada huruf minim kata-kata dan mengalami permasalahan yang depresif dalam kehidupannya. Masih ada juga atmosfer depresif dan aura kelam dalam konflik-konflik yang dihantarkan dalam filmnya. Tapi bagi saya ini bukanlah film Ki-duk yang gila.
Masih ada beberapa adegan yang masuk kategori cukup sadis tapi tidak dalam kadar "sakit" yang setinggi film-film tergila sang sutradara. Masih ada adegan seks dengan aura kelam tapi tidak disajikan terlalu vulgar. Tentunya juga masih ada adegan penyiksaan binatang yang cukup menciptakan ngilu. Untuk urusan tempo, film ini mengalir dengan tempo kadang cepat kadang lambat, tidak ibarat film Ki-duk lainnya yang lebih sering mengalur lambat dan sepi. Fakta bahwa film ini diisi cukup banyak obrolan dan mengandung beberapa adegan baku tembak menciptakan filmnya tidak terasa selambat dan sesepi film-film lainnya dari sang sutradara. Tapi yang paling penting ialah Kim Ki-duk kembali berhasil mengeksplorasi sisi kelam pada diri insan dengan mendalam disini. Kita akan diperlihatkan bagaimana kondisi seseorang yang mengalami kejadian yang begitu traumatis dan menghipnotis kejiwaan mereka. Bagaimana sebuah kejadian yang berlangsung mungkin hanya sekejap bisa begitu meninggalkan rasa stress berat luar biasa pada seseorang dan mengubah hidup mereka seutuhnya. Kisah tentara penjaga perbatasan ialah sampulnya, sedangkan kepingan utamanya ialah stress berat yang menimpa huruf utamanya. Namun selayaknya film-film Kim Ki-duk yang lain akan ada banyak sub-bab yang mengiringi film ini.
Disamping stress berat yang menimpa kedua tokoh utamanya, orang-orang di sekitar mereka dalam hal ini tentara lain yang bertugas juga ikut terpengaruh dengan rasa takut yang mereka rasakan. Rasa takut tersebut pada akibatnya bisa menggiring seseorang pada tindakan yang tidak terduga pula. Rasa takut bertambah menjadi paranoid dan hal itu pula yang menghipnotis sisi psikologis mereka. Pada akibatnya mulai tercipta ironi pada film ini dimana musuh yang harus dihadapi bukanlah spy dari Korea Utara ataupun sosok Kang yang mulai gila dan dianggap mengancam nyawa orang banyak tapi justru masing-masing dari diri tentara tersebut yang telah dikuasai oleh rasa takut. Bagaimana masing-masing dari mereka memanfaatkan keberadaan Kang yang dianggap sebagai musuh untuk mulai berbuat sesuatu sesuka mereka ialah termasuk salah satu dampak yang juga muncul. Kita akan melihat sosok-sosok yang merasa mereka mempunyai power ataupun kekuasaan yang lebih pada akibatnya semakin berbuat semau mereka, memanfaat kondisi yang ada dan menindas mereka yang dibawah atau yang lebih lemah.
The Coast Guard penuh dengan momen-momen tragis yang begitu menyayat baik itu momen yang mengatakan adegan yang menyakitkan untuk dilihat, hingga momen yang terasa menyayat alasannya ialah menunjukkan secara mendetail bagaimana kedua huruf yang ada semakin terganggu kejiwaannya dan melaksanakan banyak sekali hal yang menciptakan saya merasa tersayat. Adegan-adegan tersebut juga dikemas dengan scoring yang begitu bisa ikut menyayat perasaan dalam menemani tiap adegannya. Hingga simpulan pun, The Coast Guard tetap bisa meninggalkan kesan tragis dengan ending-nya yang bisa merangkum bencana yang dituturkan oleh filmnya dengan begitu tepat hingga bisa menciptakan saya meneteskan air mata. Sekali lagi Kim Ki-duk berhasil menyajikan sebuah karya yang terasa tragis, gelap, menyakitkan untuk ditonton tapi penuh dengan perenungan. Saya selalu suka bagaimana sutradara yang satu ini selalu berhasil menangkap sisi gelap terdalam pada diri setiap insan dalam banyak sekali kondisi yang menimpa mereka.
Ini Lho The Coast Guard (2002)
4/
5
Oleh
news flash