Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Side Effects (2013)

Rasanya tidak berlebihan kalau aku menyebut Steven Soderbergh sebagai salah satu sutradara terbaik di dunia ketika ini. Pertama beliau yaitu sutradara yang sangat produktif dimana setiap tahun rutin merilis setidaknya satu film, bahkan seringkali beliau merilis dua film dalam setahun. Kedua, meski sering merilis film namun kualitas yang ia hasilkan selalu memuaskan. Jika patokannya yaitu situs Rotten Tomatoes maka dari total 28 film yang telah ia sutradarai hanya delapan film yang menerima predikat rotten dimana salah satu filmnya pun yaitu sebuah antologi yakni Eros yang ia buat bersama Wong Kar-wai dan Michaelangelo Antonini dimana segmen milik Soderbergh menerima respon positif. Alasan ketiga yaitu alasannya Soderbergh tidak ragu untuk bereksplorasi dalam genre film yang ia sutradarai. Berbagai macam genre pernah ia garap baik itu berbujet besar maupun film micro budget. Dalam Side Effects ia mengambil tema yang sedikit menyerupai dengan Contagion dimana filmnya berkisah perihal sebuah efek samping dari obat-obatan. Film ini dibintangi oleh banyak bintang besar termasuk Channing Tatum yang akhir-akhir ini menjadi anak emas Soderbergh. Selain Tatum ada juga Jude Law, Rooney Mara serta Catherine Zeta-jones.

Emily Taylor (Rooney Mara) harusnya tengah berbahagia alasannya sang suami, Martin Taylor (Channing Tatum) gres saja dibebaskan sehabis empat tahun mendekam di penjara. Namun Emily justru terlihat tertekan, bahkantidak bisa terpuaskan dalam berafiliasi seks. Sampai suatu hari ia melaksanakan percobaan bunuh diri dnegan menabrakkan kendaraan beroda empat yang ia naiki ke sebuah tembok di daerah parkir. Meski selamat dari kejadian tersebut namun Emily harus menerima perawatan rutin dari seorang Psikiater berjulukan Dr. Jonathan Banks (Jude Law) alasannya dikhawatirkan akan melaksanakan percobaan bunuh diri lagi. Dalam proses perawatan, Dr. Banks memperlihatkan sebuah obat berjulukan Ablixa yang sanggup menciptakan mood Emily membaik. Hasilnya memang memuaskan dimana Emily tidak lagi depresi, beliau bisa tidur nyenyak dan yang paling penting kehidupan seks yang ia jalani dengan Martin kembali memuaskan. Namun ternyata Ablixa memperlihatkan sebuah efek samping mengerikan yang memperlihatkan dampak panjang tidak hanya bagi Emily namun juga Martin dan Dr. Banks. Dibandingkan Contagion, memang Side Effects punya lingkup yang lebih kecil dan bukan menyoroti penyebaran virus berskala global, tapi ini masih sebuah film yang punya tingkat kecerdasan serta kerumitan naskah mengenai konspirasi tingkat tinggi bahkan bagi aku ini yaitu sebuah suguhan yang lebih cerdas dari Contagion.

Seberapa cerdaskah film ini? Pada awalnya Side Effects akan mengajak kita menyoroti bagaimana Emily dengan segala depresi yang ia alami sebelum pada balasannya kita beranjak pada thriller yang berjalan dengan tempo sedang namun tetap terasa tegang bahkan mengerikan membayangkan ada obat yang bisa memperlihatkan efek samping menyerupai itu. Pada momen ini kita akan dibawa untuk melihat bagaimana film ini mengkritisi perihal bagaimana para dokter atau dalam film ini psikiater dengan gampang memperlihatkan sebuah obat pada pasiennya tanpa melaksanakan konseling secara lebih mendalam dan tidak melaksanakan research terhadap obat yang diberikan secara mendetail. Kita juga akan diajak melihat bagaimana Dr. Banks melaksanakan invstigasi terhadap kasus yang terjadi pada Emily yang juga turut menyeret dirinya. Perlahan ketika pemeriksaan tersebut berjalan semakin jauh kita akan diperlihatkan bahwa sebenarnya Side Effects lebih dari sekedar sajian thriller mengenai efek samping yang berbahaya dari sebuah obat. Munculnya twist pada pertengahan pemeriksaan tersebut membawa kita pada lingkup yang lebih luas serta lebih kompleks pada kisahnya.
Side Effects memang sebuah tontonan yang penuh dengan twist berlapis nan mengejutkan. Saya tidak menerka kemunculan kejutan tersebut alasannya misteri dan penyelidikan yang dirangkum oleh Soderbergh bisa tampil begitu memikat, menarik dan menciptakan aku karam pada alurnya. Pada balasannya aku yang sudah berfokus pada misteri tersebut tidak menerka akan kemunculan kejutan cerdas yang sudah disiapkan oleh film ini. Hebatnya lagi, meski punya banyak kejutan namun berkat kisahnya yang mengalir dengan begitu rapih aku tidak merasa sedikitpun dibohongi oleh twist yang ada. Saya senang saja dibohongi oleh Soderbergh disini alasannya semua kejutan yang dihadirkan yaitu sebuah jawaban dari misteri besar yang dibungkus dengan rapih lewat sampul menarik berupa efek samping berbahaya dari obat-obatan. Tidak lupa film ini juga menyinggung banyak sekali hal lain menyerupai countertransference yang terjadi antara psikiater dengan pasiennya serta sebuah kisah cinta berbalut seksualitas yang kelam. Side Effectsi nyaris menjadi sebuah film yang tepat bagi aku kalau saja di balasannya tidak terlalu banyak twist lagi yang makin bertumpuk. Meski lagi-lagi kejutannya tidak terasa dipaksakan namun kehadiran terlalu banyak kejutan di simpulan dalam momen berdekatan seolah menciptakan filmnya punya banyak ending menciptakan aku terganggu.

Secara keseluruhan Side Effects yaitu sebuah film yang sangat lengkap bagi saya. Ada misteri dan porsi pemeriksaan yang menarik, thriller dengan konten cerdas mengenai obat-obatan dan sisi psikologis, kisah konspirasi, dongeng cinta yang kelam dan tentunya banyak sekali twist cerdas yang tidak terduga kemunculannya. Salah satu film terbaik tahun ini yang bisa terus menciptakan aku terperangah dan bertepuk tangan. Satu lagi catatan emas dalam karir Soderbergh yang sayangnya tetapkan akan rehat sejenak sehabis merilis Behind the Candelabra yang dirilis tidak usang sehabis film ini.

Artikel Terkait

Ini Lho Side Effects (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email