Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Coldplay Live 2012

Mylo Xyloto Tour yang digelar oleh Coldplay mulai 26 Oktober 2011 di Madrid hingga berakhir pada 31 Desember 2012 nanti di Barclays Center, New York yaitu rangkaian tur paling sukses yang pernah dibentuk oleh grup musik ini. Bagaimana tidak, meski "hanya" menggelar 86 konser yang notabene salah satu yang paling sedikit dalam sejarah tur Coldplay (bandingkan dengan Viva La Vida Tour yang mencapai 170 konser) tur untuk promosi album Mylo Xyloto ini berhasil mendapat pemasukan total diatas $175 juta dengan presentase tiket yang terjual mencapai 99% secara keseluruhan! Jika coba dihitung maka sudah lebih dari 2 juta orang yang menonton konser ini. Angka-angka tersebut masih akan bertambah, sebab hingga pada goresan pena ini dipublikasikan, Coldplay masih menyisakan tiga kali konser lagi. Para personel Coldplay sendiri merasa bahwa tur kali ini yaitu tur terbaik yang pernah mereka lakukan. Salah satu yang paling dikenang dari tur ini yaitu pembagian LED wristband kepada para penonton konser yang menciptakan setiap konser bertaburan warna-warni yang begitu indah. Sempat ada kabar Coldplay merugi sebab harus menggelontorkan dana besar lewat pembagian gelang tersebut, tapi mereka tetap tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting bagi mereka yaitu bisa memperlihatkan pertunjukkan terbaik pada penonton dan bagi mereka sendiri. Luar biasa!

Film ini akan mengambil daerah di banyak sekali lokasi konser Coldplay mulai dari Stade de France, Madrid, Glastonbury Festival hingga gig kecil macam La Cigale. Live 2012 dibuka dengan lagu Mylo Xyloto yang menyerupai biasa dilanjutkan dengan Hurts Like Heaven yang dimainkan di Stade de France. Sebuah pembukaan yang begitu menghentak lewat lagu bertempo cepat yang dimainkan dengan penuh energi oleh Coldplay ditambah warna-warni lampu yang menghujani panggung dari banyak sekali sudut. Lirik lagu yang sesekali muncul juga disajikan dengan penuh warna-warni. Kemudian pribadi dilanjutkan dengan lagu In My Place yang tentunya disambut nyanyian kompak oleh para penonton. Tentu saja pecahan reff yaitu momen terbaik lagu ini dimana Chris Martin berlarian, melompat kesana-kemari diiringi oleh penonton yang bernyanyi pecahan "Yeaah, How long must you wait for it?" dan semburan kertas warna-warni yang makin menciptakan epic lagu ini. Setelah opening luar biasa ini akan ada sebuah intermission yang menampilkan wawancara dengan para personel Coldplay. Film ini secara bergiliran akan menampilkan wawancara dengan personel Coldplay setiap beberapa lagu selesai dimainkan.

Jangan mengira bahwa momen interview ini hanya akan sekedar lewat dan sebagai sebuah selingan biasa. Jika pecahan konser bisa menghadirkan momen menggetarkan yang epic, maka momen interview ini akan memperlihatkan kesan menyentuh wacana bagaimana sebuah tur dan konser begitu berarti bagi para personel Coldplay. Mereka berbicara mulai wacana bagaimana bahagianya mereka disaat sedang menggelar konser yang dipadati puluhan ribu orang yang secara kompak menyanyikan lagu mereka. Chris Martin juga bercerita wacana atmosfer yang dirasakan mereka sebelum konser dimulai. Kemudian ada Jonny Buckland yang juga bercerita wacana tur tersebut, segala persiapan yang ada hingga bagaimana bergotong-royong rasa dari album Mylo Xyloto sendiri. Bagaimana seorang Will Champion berkata bahwa Mylo Xyloto yaitu tur terbaik mereka dan bagaimana manajer Phil Harvey begitu berjasa dan bagaikan personel kelima bagi mereka. Salah satu yang paling saya sukai yaitu bagaimana Will mendeskripsikan perasaan abnormal yang ia rasakan sehabis konser yang begitu riuh, megah, berenergi dan penuh kebersamaan lalu berakhir dan masing-masing dari mereka harus kembali ke hotel untuk sendiri lagi. Sebuah bukt bagaimana Coldplay begitu menyayangi konser yang mereka lakukan. Lalu Guy Berryman juga bercerita wacana Glastonbury dan bagaimana gelang LED tersebut menjadi cara Coldplay memperlihatkan kepuasan pada penonton dan menciptakan setiap orang yang ada di stadion menjadi pecahan dari konser. 
Bicara soal gelang LED, Berryman juga menyatakan bagaimana lagu Charlie Brown menjadi favoritnya untuk dimainkan mengingat pada lagu itulah warna-warni dari gelang dan visual tata panggung benar-benar melebur secara luar biasa menjadi sebuah harmonisasi dengan lagu penuh semangat yang dimainkan. Saya suka ketika Coldplay memperlihatkan sisi rock mereka di lagu God Put a Smile Upon Your Face, saya juga dibentuk girang melihat Rihanna tiba-tiba muncul ketika lagu Princess of China dimainkan, saya pun dibentuk merinding ketika semua penonton kompak berteriak menyanyikan Viva La Vida, tapi pada alhasil momen paling asing yang sanggup menciptakan saya tertawa sekaligus menangis yaitu ketika lagu Charlie Brown dimainkan. Anda harus melihat keindahan yang ditawarkan ketika gelang-gelang tersebut menyala begitu indahnya didalam gelap. Tapi keindahan tersebut tidak berhenti dalam satu lagu sebab sehabis itu Coldplay pribadi memainkan Paradise yang tidak kalah luar biasa. Setelah itu Coldplay turun panggung sebagai persiapan encore. Lagi-lagi mereka memperlihatkan kejutan dengan muncul kembali disisi atas belakang panggung untuk memainkan Us Against the World. Disini begitu terlihat bagaimana Coldplay sangat menyayangi penonton konsernya dan sebisa mungkin menciptakan semua yang tiba mendapat porsi yang seimbang, walaupun mereka berada di tribun terjauh dari panggung sekalipun.
Emosi saya kembali dibentuk naik turun ketika lagu Fix You dimainkan. Klimaks di lagu ini menjadi sebuah keindahan tidak terkira bagi para penonton konser yang langusng turut dalam euforia. Ada yang bernyanyi, menari, menangis bahkan dengan penuh cinta berciuman ketika gitar Jonny Buckland mengalun dengan penuh energi ke seluruh penjuru stadion. Konser ditutup dengan single pertama dari Mylo Xyloto, yakni Every Teardrop is a Waterfall. Alunan synth yang diambil dari lagu I Go to Rio sudah cukup menciptakan tubuh ini ingin menari. Meskipun ini sudah lagu terakhir (sekitar 18 lagu dimainkan disini) tetap saja performa para personil Coldplay masih terjaga khususnya Chris Martin yang meski sepanjang konser terus-terusan berlari dan melompat mengelilingi panggung namun masih terasa mempunyai energi yang luar biasa untuk menciptakan penonton larut dalam kebahagiaan. Pada alhasil ketika keempat personel Coldplay berbaris di panggung dan memberi hormat usai konser dan berterima kasih, saya seolah ingin menghentikan mereka dan berkata "Tidak, kamilah yang harus membungkuk dan berterima kasih untuk satu setengah jam yang begitu luar biasa ini". Kecintaan Coldplay pada penonton konsernya juga muncul dari fakta bahwa mereka masih setia memainkan lagu Yellow meski sempat merasa bosan. Karena mereka sadar bahwa lagu itu yaitu salah satu lagu yang paling dinantikan oleh para penonton. Tinggal bagaimana caranya mereka tetap berusaha menikmati lagu tersebut.

Pada alhasil Live 2012 akan menjadi sebuah kado yang luar biasa bagi para penggemar Coldplay yang belum pernah menonton konser mereka secara pribadi termasuk saya dan jutaan penggemar mereka yang lain di Indonesia. Sutradara Paul Dougdale berhasil menangkap energi konsernya dengan begitu sempurna. Tawa, teriakan, nyanyian hingga tangisan semuanya berhasil menjadi harmonisasi luar biasa dalam film konser ini. Sinematografi yang ditampilkan juga luar biasa. Mylo Xyloto Tour yaitu sebuah konser yang penuh warna dengan sorotan laser di tata panggung dan gelang LED yang berwarna-warni. Semua itu masih dikombinasikan dengan sinematografi yang ikut menambahkan bumbu-bumbu yang menciptakan film ini makin ceria dan berwarna. Dengan konsep terbaik dan song list terbaik sepanjang karir mereka sangat masuk akal bahwa tur ini yaitu tur terbaik sekaligus terlaris yang pernah diadakan oleh Coldplay. Lewat film ini pula kita akan mengetahui bahwa Coldplay tidak akan mempedulikan segala komentar negatif dari orang lain sebab yang mereka pikirkan hanya berkarya dan membahagiakan orang-orang yang menyayangi mereka. Setelah The Beatles dan Oasis sekarang Inggris sekali lagi mempunyai sebuah grup musik yang layak disebut sebagai The Biggest Band in the World, dan status sebagai grup musik terbesar didunia ketika ini memang pantas digenggam oleh Coldplay.

Every show is different. When the lights go down, that's 30,000 peoples lives colliding. Everyone there working is working for that moment, everyone watching is watching for that moment. It's when you're all in agreement about what you're all doing so it's a wonderful feeling of togetherness and possibility Chris Martin


Artikel Terkait

Ini Lho Coldplay Live 2012
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email