Saturday, January 12, 2019

Ini Lho The Croods (2013)


The Croods yaitu sebuah kejutan bagi saya. Pertama, film ini mampu mengumpulkan uang sebanyak $581 juta dan untuk sementara menjadi film animasi terlaris tahun 2013 mengungguli Despicable Me 2 dan Monsters University. Yang kedua, secara kualitas The Croods berada jauh diatas ekspektasi saya. Meskipun dibentuk oleh Chris Sanders yang merupakan orang dibalik How to Train Your Dragon, aku tetap tidak berekspektasi tinggi terhadap film animasi buatan DreamWorks. Studio yang satu ini memang masih labil kalau bicara problem kualitas kisah yang ada dalam film-film mereka. Mungkin secara visual selalu mengagumkan, tapi secara kisah masih tidak stabil. DreamWorks memiliki film brilian macam How to Train Your Dragon, Shrek dan Kung Fu Panda. Namun mereka juga punya tontonan medioker semisal Shrek Forever After dan Shark Tale. Maka dari itu meski ada anggapan DreamWorks kini sudah semakin membaik dan mendekati kualitas Pixar, aku tetap tidak berekspektasi tinggi terhadap The Croods. Namun ternyata DreamWorks berhasil memberi bukti lewat The Croods bahwa mereka bukan saja sudah mendekati Pixar dari segi kualitas visual animasinya tapi juga dari kualitas ceritanya.

Croods yaitu nama dari sebuah keluarga yang hidup di jaman pra-sejarah dan merupakan sisa-sisa dari insan gua yang masih bertahan hidup. Disaat keluarga-keluarga insan gua lainnya telah mati, Croods masih bisa bertahan hidup berkat Grug, sosok ayah yang begitu protektif terhadap keluarganya. Namun terkadang derma yang diberikan Grug terasa berlebihan ibarat melarang anggota keluarganya untuk keluar dari gua sesudah gelap, larangan memperlihatkan rasa ingin tahu, larangan mencari hal-hal gres dan lain sebagainya. Karena berdasarkan Grug, hal gres dan rasa ingin tahu bisa membunuh mereka. Hal itu menciptakan sang puteri, Eep merasa tidak tahan lagi. Suatu malam, Eep tetapkan keluar rahasia dari gua sebab merasa ingin tau dengan sebuah cahaya yang bergerak-gerak di malam hari. Ternyata cahaya misterius tersebut berasal dari sebuah api yang dinyalakan oleh seorang perjaka berjulukan Guy. Guy bukanlah seorang insan gua primitif ibarat Eep dan keluarganya. Pemuda yang satu ini banyak memiliki ide-ide brilian dan berhasil menemukan banyak sekali hal yang pada ketika itu belum dipahami oleh insan gua ibarat cara menciptakan api, sandal bahkan payung. Guy ternyata tengah melaksanakan perjalanan untuk menyelamatkan diri dari simpulan dunia yang ia yakini akan segera tiba. Tidak sulit bagi kita untuk menebak bahwa Eep akan mulai tertarik pada Guy yang jenius dan menyukai hal gres namun menerima saingan dari sang ayah yang punya sifat sangat berlawanan.

Sekilas tidak ada yang membedakan The Croods dari film-film animasi rilisan DreamWorks pada umumnya yang berisikan alur cepat serta adegan-adegan seru, humor kekanak-kanakan yang kental dengan unsur slapstick, serta jalinan kisah standar yang gampang ditebak dan tidak akan terlalu banyak memperlihatkan pesan moral yang mengena. Namun The Croods bisa mengemas semua aspek tersebut dengan maksimal sambil memperlihatkan sedikit modifikasi disana-sini yang menciptakan film ini jauh dari kesan biasa saja. The Croods yaitu sebuah bentuk dari segala unsur-unsur khas DreamWorks yang dimaksimalkan dan bersatu padu secara harmonis. Alurnya yang cepat tidak menciptakan ceritanya menjadi hanya numpang lewat. Alur cepat dan adegan serunya terasa efektif sebagai moemn hiburan, sebagai pola adegan perburuan di awal film yang secara mengejutkan bisa dimanfaatkan sebagai hiburan sekaligus pengenalan masing-masing abjad dari keluarga Croods dengan maksimal. Bicara soal karakter, banyak sekali abjad yang ada di film ini memang punya daya tarik masing-masing. Grug yang kolot dan keras namun penyayang, Thunk yang bodoh, Eep yang ceria dan ingin tahu, Guy yang jenius, Sandy sang bayi ganas, hingga Gran si nenek gila yang merupakan abjad favorit saya. Mereka semua punya momennya masing-masing untuk menonjolkan abjad yang dimiliki.
Komedinya masih memiliki unsur slapstick yang bukan selera saya, tapi dibalik itu The Croods punya banyak amunisi humor lainnya yang bisa menciptakan aku tertawa. Kebanyakan humor tersebut berasal dari dialog-dialog konyol hingga interaksi antara karater yang satu dengan yang lain. Karakterisasi yang besar lengan berkuasa menjadikan interaksi antar karakternya menjadi semakin hidup dan menarik. Tapi yang cukup Istimewa dari The Croods yaitu beberapa humornya yang lebih bisa dinikmati penonton remaja daripada anak-anak. Ya, belum dewasa mungkin tidak akan mengerti mother-in-law jokes yang berulang kali muncul disini, tapi aku begitu menyukai bagaimana Grug berulang kali "mengharapkan" sang mertua mati. Daya tarik lainnya adalah berbagai momen yang memperlihatkan inovasi suatu barang yang terasa menarik dan kreatif. Selain beberapa hal yang aku sudah sebutkan tadi, masih ada hal-hal lain yang akan ditemukan...termasuk kamera. Semua itu tentunya dibalut dengan visual indah yang sudah menjadi senjata andalan DreamWorks. Gambarnya cerah, penuh warna dan imajinatif mulai dari penggambaran lokasi hingga desain binatang-binatangnya yang sangat menarik. Pastinya jangan lupakan desain masing-masing abjad utamanya yang juga khas.

Jika hanya hingga pada hal-hal diatas, maka The Croods "hanya" menjadi sebuah tontonan yang amat menghibur. Namun ada satu lagi kelebihan dari film ini yang menciptakan The Croods menjadi film animasi terbaik bagi aku di 2013 hingga ketika ini bahkan melebihi Monsters Universitiy maupun Despicable Me 2 yang mengecewakan itu. Diluar dugaan dengan ceritanya yang sederhana film ini bisa memperlihatkan banyak sekali pesan moral yang begitu mengena dan memiliki banyak sekali momen mengharukan khususnya di penghujung film. Kita akan melihat bagaimana sebuah keluarga yang saling menyayangi, menyayangi dan tentunya melindungi satu sama lain dan tidak akan meninggalkan satu pun diantara mereka dalam kondisi apapun. Kita akan melihat juga sosok Grug yang sekilas terasa kuno dan mengekang tapi dibalik itu yang ia inginkan hanya menjadi ayah yang baik dan bisa melindungi semua anggota keluarganya termasuk Eep. Dengan begitu indah The Croods pun memperlihatkan bahwa makna dari "hidup" dan "bertahan hidup" begitu berbeda meski sekilas nampak serupa. Film animasi terbaik 2013 hingga ketika ini yang memang pertanda bahwa DreamWorks sudah menjadi saingan berat Pixar, sempurna disaat sang lawan tengah mengalami penurunan kualitas.

Artikel Terkait

Ini Lho The Croods (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email