Ada masa dimana seorang Matthew McConaughey hanya identik dengan ketampanan wajahnya serta kebiasaannya yang konon selalu tampil topless memperlihatkan tubuh kekarnya dalam film-film miliknya. Banyak yang sadar bahwa ia punya talenta tapi saya rasa tidak akan ada yang mengira bahwa ia akan dengan begitu cepat melesat menjadi jajaran pemain drama papan atas yang bahkan tahun ini menjadi kandidat besar lengan berkuasa pemenang Oscar. The Lincoln Lawyer memang mengubah peruntungan McConaughey. Dalam Dallas Buyers Club sendiri kisah ihwal pengorbanan sang pemain drama yang harus mengurangi beratnya sebanyak 23 kg demi mendalami tugas sebagai seorang pengidap AIDS sudah jadi materi perbincangan serta daya tarik tersendiri. Tapi tidak hanya McConaughey seorang yang melaksanakan transformasi fisik secara ekstrim disini, alasannya ada juga Jared Leto yang harus mengurangi 14 kg berat badannya. Bagi Jared Leto sendiri ini yaitu comeback-nya dalam dunia akting sesudah vakum selama empat tahun. Ini juga bukan pertama kalinya ia melaksanakan transformasi ekstrim alasannya dalam Chapter 27 ia pernah menambah berat badannya sebanyak 30 kg untuk tugas sebagai Mark Chapman, pembunuh John Lennon. Film yang disutradarai oleh Jean-Mark Vallee ini mengambil kisah dari kisah hidup Ron Woodroof (Matthew McConaughey), seorang koboi rodeo yang suatu hari divonis terserang virus HIV.
Bagi Ron, fakta tersebut tidak hanya tragis namun juga ironis alasannya selama ini ia sangatlah anti terhadap mereka yang terserang HIV AIDS dan ia juga yaitu seorang homophobic. Ron pada jadinya harus mendapatkan kenyataan ketika dirinya divonis hanya punya sisa waktu hidup 30 hari. Ron yang pada awalnya menolak vonis tersebut mulai mencari tahu lebih banyak ihwal virus HIV dan obat-obat yang bisa dipakai untuk menyembuhkan atau setidaknya memperpanjang masa hidupnya. Disisi lain pihak FDA (pengawas obat & makanan) telah memperlihatkan persetujuan pada para dokter untuk melaksanakan eksperimen placebo terhadap sebuah obat berjulukan AZT yang disinyalir bisa menyembuhkan AIDS. Merasa tidak terbantu dengan segala sumbangan medis dari rumah sakit, Ron pun pada jadinya nekat melaksanakan hal-hal ilegal menyerupai mengkonsumsi obat yang belum disetujui dan dinyatakan kondusif oleh FDA. Pada jadinya bersama seorang transeksual yang juag penderita AIDS berjulukan Rayon (Jared Leto), Ron menciptakan sebuah organisasi yang menjual obat-obatan yang belum disetujui oleh FDA namun dianggap lebih ampuh untuk menyembuhkan penderita AIDS, organisasi tersebut berjulukan "Dallas Buyers Club". Disisi lain Ron juga bertemu dengan Eve (Jennifer Garner), seorang dokter yang perlahan mulai menaruh simpati padanya.
Benar bila dikatakan bahwa Dallas Buyers Club adalah film yang mengisahkan ihwal bagaimana seseorang menjalani sisa hidupnya yang divonis tidak akan usang lagi. Tapi ini bukan sebuah kisah sentimentil dan bukan juga melodrama yang menguras air mata ihwal kematian seseorang. Alih-alih menghadirkan hal tersebut, film ini justru memperlihatkan sosok Ron yang tidak pernah mengalah dalam usahanya bertahan hidup. Dia tahu bahwa pada jadinya ia akan mati alasannya AIDS tapi ia tidak pernah mengalah berusaha, mencari tahu lebih banyak ihwal penyakitnya, bahkan melaksanakan hal apapun meski dianggap melanggar aturan untuk memperpanjang masa hidupnya meski itu hanya sehari. Tapi yang paling menarik yaitu bagaimana kita perlahan melihat transformasi Ron. Diawal kita melihatnya sebagai seorang homophobic. Lalu perlahan sesudah terserang HIV dan berkenalan dengan Rayon ia menjadi lebih simpati pada mereka. Namun ketika itu Ron masih berjuang untuk dirinya sendiri, mencoba mengobati penyakitnya sembari mendapatkan uang sebanyak mungkin lewat menjual obat kepada para penderita AIDS. Tapi perlahan tapi niscaya bahkan tanpa ia sadari ia mulai berjuang bagi orang lain dan pada jadinya layak disebut sebagai seorang pahlawan. Transformasi pada Ron itu dihadirkan dengan begitu mulus, lancar, sedikit demi sedikit dan tidak dipaksakan. Kita dibentuk memahami benar-benar bagaimana dan mengapa Ron bisa berubah.
Disisi lain film ini tidak hanya menghadirkan usaha seseorang menghadapi hari-hari terakhir hidupnya, alasannya Dallas Buyers Club juga menyentil banyak sekali macam info sosial mulai dari perlakuan tidak adil pada para pengidap HIV termasuk dengan mitos-mitos palsu ihwal mereka dan pandangan sebelah mata pada para homoseksua dan transeksual. Tapi sajian konflik lain yang mengakibatkan film ini begitu menarik yaitu disaat kisahnya mulai membahas status legal pada obat-obatan. Ada sebuah problem disaat muncul batasan pemakaian obat bagi mereka yang sekarat dan membutuhkan perawatan medis semaksimal serta sedini mungkin. Dengan alasan obat-obatan itu ilegal dan belum disetujui oleh FDA, mereka dihentikan mengkonsumsi obat tersebut, padahal dengan obat yang sudah disetujui tidak ada kemajuan yang berarti pada kesehatan mereka. Mereka seolah dipersulit untuk mendapatkan sumbangan medis, apalagi fakta memperlihatkan bahwa proses untuk pelegalan sebuah obat oleh FDA bisa makan waktu bertahun-tahun. Bahkan ketika sudah disetujui, obat itu dijual ke pasar dengan harga yang sangat mahal. Kita akan melihat bagaimana alasan bisnis dan uang menjadi turut campur dalam dunia kesehatan yang pada jadinya benar-benar tidak dekat bagi para pasien. Pada jadinya memang kisah dalam film ini akan bergerak lebih dari satu arah, namun tidak pernah kehilangan fokus dan berhasil membedah masing-masing konfliknya dengan begitu mendalam.
Matthew McConaughey dan Jared Leto tidak hanya merubah fisiknya disini, tapi akting mereka juga luar biasa. McConaughey mampu menghadirkan sosok Ron Woodroof yang keras namun menyimpan kerapuhan berkat penyakit parah yang ia derita. Transformasi karakternya pun berhasil dilakukan dengan mulus oleh McConaughey. Kita akan melihat Ron masih sebagai orang yang sama tapi punya contoh pikir dan cara pandang yang perlahan mulai berubah. Dia masih Ron yang keras dan suka bicara semaunya tapi ia jadi lebih simpatik dan memiliki kepedulian yang besar. Sebuah transformasi yang tidak kalah berat dengan diet keras yang ia jalani, dan McConaughey mampu melakukannya dengan sempurna. Sedangkan Jared Leto yaitu scene stealer yang selalu menciptakan saya terkagum-kagum tiap kali ia muncul. Ekspresinya, logatnya, suaranya, serta banyak sekali kemelut yang ia sembunyikan dalam-dalam sungguh terasa luar biasa. Belum lagi dibantu oleh make-up yang sempurna, huruf Rayon menjadi benar-benar menarik untuk disimak. Mari berharap ini bukan akting terakhirnya sebelum memutuskan vakum lagi. Overall ini yaitu film yang begitu kaya. Dallas Buyers Club punya segalanya di aspek cerita, mulai dari kisah konkret kehidupan seorang tokoh yang disajikan menarik, studi huruf yang mendalam, serta banyak sekali kritik sosial yang begitu mengena, dimana banyak sekali aspek tersebut bisa dipadukan dengan rapih, maksimal dan punya porsi yang berimbang.
Ini Lho Dallas Buyers Club (2013)
4/
5
Oleh
news flash