Friday, January 11, 2019

Ini Lho Short Term 12 (2013)

Short Term 12 adalah sebuah film yang diangkat dari sebuah film pendek berjudul sama buatan Destin Daniel Cretton. Film pendek itu sendiri berhasil mendapatkan Jury Prize for U.S. Short Filmmaking di Sundance Film Festival 2009. Empat tahun berselang Daniel Cretton merilis film panjangnya yang kembali ia sutradarai dan tulis sendiri naskahnya. Dengan bujet tidak hingga $1 juta film ini berhasil meraih respon sangat nyata termasuk memenangkan beberapa penghargaan di SXSW Film Festival. Film ini sendiri ber-setting di sebuah rumah penampungan bagi para dewasa yang dianggap bermasalah. Ya, para dewasa yang dirawat di daerah berjulukan Short Term 12 memang punya problem dalam hidup mereka entah itu akhir trauma, perlakuan jelek dari keluarga, hingga mereka yang mengalami gangguan psikologis. Tempat itu juga mempunyai orang-orang yang bertugas sebagai penjaga sekaligus sobat bagi belum dewasa yang tinggal disana. Tugas para penjaga itu yaitu mulai dari merawat belum dewasa hingga "mengejar" mereka yang berusaha kabur dan membujuknya untuk kembali lagi. Grace (Brie Larson) dan kekasihnya, Mason (John Gallagher, Jr.) yaitu orang yang sudah bertahun-tahun bekerja disana dan itu menciptakan mereka berdua sudah paham betul seluk beluk dan cara menangani para dewasa yang dianggap bermasalah tersebut.

Berbagai permasalahan harus dihadapi oleh Grace dan Mason, termasuk ketika Marcus (Keith Stanfield) yang sudah berusia 18 tahun akan segera meninggalkan daerah itu tapi Marcus sendiri masih merasa berat dan belum siap pergi untuk kembali ke dunia luar. Masalah lain juga tiba dari Jayden (Kaitlyn Dever) seorang gadis yang gres saja masuk kesana. Jayden bergotong-royong yaitu gadis yang arif namun aneka macam permasalahan membuatnya menjadi dewasa yang bermasalah dan dianggap menyusahkan. Namun Grace sendiri bukannya tidak mempunyai permasalahan. Saat itu ia harus mendapatkan fakta bahwa dirinya tengah hamil dan berniat menggugurkan kandungan tersebut meski belum memberitahukannya kepada Marcus. Tidak hanya itu Grace hingga kini juga masih belum sanggup lepas dari bayang-bayang masa lalunya yang kelam. Sekilas memang Short Term 12 telihat sebagai sebuah film yang akan terasa begitu kelam bahkan depresif dengan segala dongeng ihwal orang-orang bermasalah di dalamnya. Namun apa yang disajikan oleh Destin Daniel Cretton bukanlah "eksploitasi" mengenai aneka macam problem yang dimiliki karakternya, tapi ihwal bagaimana orang-orang bermasalah ini saling membantu satu sama lain untuk sanggup mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dan itu menciptakan Short Term 12 menjadi film yang penuh keinginan dibandingkan film yang gelap dan depresif.

Short Term 12 memperlihatkan bahwa siapapun niscaya punya problem bahkan mungkin stress berat masa lalu. Bahkan orang yang bertugas merawat mereka yang bermasalah pun pastinya juga mempunyai masalah. Jika diibaratkan sama saja dengan seorang dokter yang tetap saja sanggup terkena penyakit. Namun dengan bermodalkan permasalahan yang lebih dulu dan lebih usang ia alami, baik Grace maupun Marcus yang juga pernah mencicipi kehidupan yang keras jadi lebih sanggup melaksanakan pendekatan serta membantu para dewasa tersebut. Bahkan seringkali lebih sanggup daripada para terapis profesional yang ada disana. Kisah ihwal mereka yang saling membantu dan saling mengisi inilah yang menciptakan fim ini jadi tidak terasa depresif. Segala permasalahan yang ada dituturkan dengan cukup mendalam, bahkan lewat hal-hal tersirat, namun tanpa perlu mengeksploitasinya dengan banyak dramatisasi yang berlebihan, Daniel Cretton lebih menentukan berfokus pada perjuangan memperbaiki kondisi yang ada. Short Term 12 juga banyak berisikan momen-momen menyentuh yang sanggup hadir tanpa perlu terasa berlebihan dan over dramatis sebab hadir hanya lewat adegan-adegan sederhana mirip perayaan ulang tahun misalnya.


Dengan begitu dinamis film ini juga sanggup membawa emosi penontonnya naik turun. Banyak sekali momen dimana atmosfer filmnya berubah secara drastis, dari yang tadinya hangat dan menyenangkan tiba-tiba menjadi menyedihkan ataupun menegangkan. Banyak yang menyampaikan Short Term 12 layaknya roller coaster dan saya pun oke dengan hal itu. Kadang filmnya sanggup terasa hangat, penuh canda tapi kadang sanggup tiba-tiba begitu menyedihkan, dan lagi-lagi semuanya sanggup muncul tanpa berlebihan dan hanya lewat adegan-adegan sederhana. Semuanya terasa realistis, meski menggambarkan bahwa tiap karakternya memilik masalah, tapi tidak terasa dipaksakan dan tidak berkesan hanya untuk menambah konfliknya saja. Kesederhanaan yang mendalam sangat terasa berkat interaksi antar karakternya yang banyak terjadi melalui dialog-dialog penuh rasa sayang serta curhatan penuh rasa sakit yang mereka ungkapkan. Akting anggun para pemainnya juga turut menguatkan kedalaman film ini. Brie Larson terasa begitu likeable disini namun juga berhasil menyiratkan adanya stress berat masa kemudian yang terus menghantuinya. Sedangkan Keith Stanfield sanggup menarik simpati yang begitu besar lewat karakternya yang terluka namun berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Dan pada kesudahannya Short Term 12  diakhiri dengan sebuah ending yang terasa begitu hangat bahkan mengesankan sebuah keinginan besar nan cerah yang menanti masing-masing huruf dalam film ini. 

Artikel Terkait

Ini Lho Short Term 12 (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email