Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Diary Of A Wimpy Kid: Dog Days (2012)

Saya sangat menyukai seri buku Diary of a Wimpy Kid yang dikemas dengan begitu unik dan lucu. Namun apa yang saya temui di film pertamanya ialah sebuah hidangan yang sama sekali tidak lucu. Sosok Greg yang di buku meskipun sok tahu tetap dapat terasa lucu dan simpatik, di filmnya menjelma salah satu protagonis paling menyebalkan sepanjang sejarah perfilman. Untung dalam film keduanya kekurangan tersebut berhasil diperbaiki. Greg menjadi tidak semenyebalkan film pertama meski masih belum selucu versi bukunya. Meskipun tidak pernah menyamai kualitas di bukunya, pembiasaan film Diary of a Wimpy Kid nyatanya cukup laku di pasaran. Kedua film pertamanya berhasil meraup keuntungan diatas $100 juta yang artinya franchise film ini masih akan berlanjut. Film ketiganya yang bertajuk Dog Days mengambil pendekatan yang cukup berbeda dari dua film pertamanya. Jika sebelumnya satu film berdasar dari satu buku, maka dalam Dog Days, dua buku langsung diadaptasi, yaitu The Last Straw dan Dog Days.

Kali ini Greg Heffley (Zachary Gordon) tengah berusaha menikmati liburan animo panas. Liburan animo panas yang ideal bagi Greg ialah dapat bermain game selama seharian penuh. Namun pandangan ayahnya (Steve Zahn) sangat berbeda. Bagi sang ayah, liburan animo panas yang ideal bagi anaknya ialah beraktivitas diluar rumah menyerupai berolah raga atau camping. Sedangkan sang ibu (Rachael Harris) malah beranggapan bahwa kegiatan harian dalam liburan animo panas sebaiknya dihabiskan dengan membaca buku dan mendiskusikannya bersama. Tentu saja ini bukanlah liburan animo panas yang diinginkan oleh Greg. Untungnya nasib baik masih berpihak pada Greg disaat Rowley (Robert Capron) mengundangnya untuk ikut tiba ke country club, sebuah klub langsung dimana Rowley dan keluarganya ialah anggota disana. Diluar dugaan, Holly Hills (Peyton List), gadis yang selama ini disukai oleh Greg juga merupakan anggota dan mengajar tenis untuk bawah umur disana. Dari sinilah Greg berusaha memakai animo panas ini sebaik-baiknya untuk dapat mendapat Holly, meskipun tentunya banyak kebodohan yang ia lakukan. Disisi lain ia juga harus berusaha menciptakan ayahnya terkesan biar ia tidak dimasukkan ke Spag Union, sebuah sekolah militer.

Tidak ada perubahan berarti dari film ketiganya ini jikalau dibandingkan seri-seri sebelumnya. Secara kualitas terang masih jauh dibawah bukunya. Komedi konyol yang seringkali gagal memancing tawa, konflik dalam kehidupan Greg yang jikalau dalam bukunya penuh nuansa satir yang lucu namun dalam filmnya lebih banyak berisi kekonyolan yang tidak selalu berhasil untuk menjadi lucu. Bahkan film ketiga ini punya kualitas yang berada dibawah Rodrick Rules (film keduanya). Sebenarnya Dog Days bukanlah hidangan yang buruk, namun sangat disayangkan film ini tampil begitu dangkal mengingat ada sangat banyak konten kehidupan bawah umur menjelang remaja bersama keluarganya yang ada dalam kisahnya. Dalam bukunya ada hal-hal lucu ihwal masa remaja awal menyerupai Greg yang jijik ketika harus melihat laki-laki remaja telanjang yang baginya itu ialah pemandangan yang menyeramkan. Dalam filmnya adegan tersebut diperlihatkan namun hanya sekedar numpang lewat untuk selipan komedi dangkal yang tidak terlalu mengena. 
Beberapa hal lain juga turut diangkat dalam Dog Days, menyerupai bawah umur yang lebih menentukan menghabiskan waktunya seharian untuk bermain game daripada harus bersosialisasi dan bermain diluar, bagaimana orang renta berusaha membentuk anaknya untuk menjadi menyerupai apa yang ia inginkan tanpa mempedulikan kemauan sang anak, persahabatan, dan tentu saja cinta monyet. Semua hal-hal tersebut dapat kita cerna dengan mudah, dan siapapun dapat menikmati itu. Tapi pertanyaannya apakah penyajian dalam Dog Days cukup berpengaruh sehingga isu-isu tersebut dapat mengena bagi penontonnya? Berbeda dengan bukunya yang meski tampil lucu dan konyol tapi masih dapat menawarkan beberapa pesan, filmnya murni tampil sebagai hidangan konyol belaka. Tapi toh intinya sutradara David Bowers memang sengaja menciptakan film ini sebagai film yang lebih menonjolkan kekonyolan daripada repot-repot menonjolkan pesan dan informasi didalamnya. Hal inilah yang sering menciptakan saya kebosanan ketika menonton, apalagi komedinya sering miss dan tidak lucu.
Akting para pemainnya ialah salah satu keunggulan film ini. Zachary Gordon makin menyatu dengan kiprahnya sebagai Greg. Dia tidak lagi menyebalkan dan sok tahu menyerupai di film pertama. Greg sendiri tidak lagi berkesan sebagai "teman palsu" bagi Rowley yang hanya mengambil keuntungan saja. Disini Greg memang mengambil keuntungan dari Rowley tapi tidak terasa keterlaluan dan dapat dimaklumi. Zachary sendiri yang kini sudah berusia 14 tahun dan menginjak masa remaja juga turut tumbuh bersama abjad Greg, sehingga dalam Dog Days sendiri Greg sudah bukan lagi anak kecil menyebalkan. Dia memang masih sok tahu dan sok keren tapi lebih alasannya ialah ingin mengambil simpati gadis pujaannya yang mana itu ialah hal wajar. Zachary Gordon yang bertambah remaja juga beriringan dengan makin dewasanya abjad Greg, dan itu menciptakan sosoknya makin gampang disukai oleh penonton. Devon Bostick sebagai Rodrick juga masih mampu memancing tawa dan masih menjadi abjad favorit saya. Tidak "sejahat" di film pertama tapi masih konyol dan usil. 

Diary of a Wimpy Kid: Dog Days bukanlah pembiasaan yang sepenuhnya gagal meski masih belum dapat menyamai pencapaian bukunya dari hampir semua aspek. Saya sendiri tidak merasa bahwa installment ketiga ini ialah film yang jelek meski punya beberapa momen membosankan. Tapi yang paling menciptakan saya kecewa ialah alasannya ialah film ini sudah mencapai seri ketiga tapi masih juga belum mampu mengangkat inti dari bukunya yang tidak hanya punya kekonyolan tapi aneka macam pesan-pesan yang memang dibalut dengan unsur komedi. Tidak jelek tapi saya sudah mulai bosan dengan bagaimana film ini ditangani, saya harap jikalau film keempatnya dibuat, penggarapannya akan lebih memperhatikan kandungan kisahnya, walaupun jikalau tidak saya masih bersedia untuk menontonnya sebagai hiburan ringan yang akan segera terlupakan keesokan harinya.


Artikel Terkait

Ini Lho Diary Of A Wimpy Kid: Dog Days (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email