Monday, January 14, 2019

Ini Lho Django Unchained (2012)

I love Quentin Tarantino! Mulai dari perkenalan saya dengan karyanya lewat Inglourious Basterds, hingga alhasil saya jatuh cinta pada filmnya sehabis menonton Pulp Fiction. Tarantino yaitu sutradara sekaligus penulis naskah yang sinting dalam artian positif tentunya. Lihat bagaimana beliau mengobrak-abrik sejarah lewat Basterds. Dia juga populer sukses dalam membuat genre film yang sering dipandang remeh menyerupai kung-fu (Kill Bill) hingga grindhouse (Death Proof) menjadi sebuah tontonan berkualitas yang tetap berpegang teguh pada dasar genre-nya masing-masing. Saya juga suka bagaimana seorang QT seringkali "mencuri" banyak sekali aspek dari film-film yang ia sukai untuk lalu merangkum aspek-aspek tersebut menjadi sesuatu yang baru, original dan tentunya khas seorang Tarantino. Saya suka segala ciri khas yang ia miliki dalam karyanya, termasuk bagaimana cara Tarantino merangkum banyak sekali dialog-dialog cerdas yang sekilas terasa tidak penting dan tidak nyambung dengan alur. Tidak hanya itu, Tarantino juga seorang sutradara andal yang sanggup memunculkan akting terbaik pemainnya dan melambungkan nama mereka, sebut saja Samuel L. Jackson dan John Travolta (Pulp Fiction), Uma Thurman (Pulp Fiction & Kill Bill), hingga Christoph Waltz (Inglourious Basterds). Kaprikornus bagaimana bila film terbaru Tarantino ini mempunyai semua hal yang saya cintai diatas?

Kali ini Tarantino mengangkat satu lagi genre yang sering dipandang sebelah mata, yakni western movie. Kisah sabung tembak para koboi yang juga melibatkan kerasnya dunia perbudakan kaum kulit gelap bukanlah film yang akan dilirik Oscar bukan? Tapi ini Quentin Tarantino bung! Saya yakin hampir semua orang mengenal nama Django yang dulu diperankan oleh Franco Nero dalam sebuah spaghetti western tahun 1966 karya Sergio Corbucci. Tapi Django versi Tarantino bukanlah seorang Italia, tapi seorang budak kulit gelap yang diperankan oleh Jamie Foxx. Ber-setting dua tahun sebelum perang sipil pecah, dikisahkan seorang bounty hunter yang juga dokter gigi berjulukan Dr. King Schultz (Christoph Waltz) membebaskan Django dari perbudakan. Schultz membutuhkan derma Django untuk mencari The Speck Brothers,tiga bersaudara yang sedang buron. Tapi tentu saja ini yaitu film Tarantino yang punya arah dongeng tidak terduga. Karena kisah dalam Django Unchained tidak akan berkonsentrasi pada perburuan tiga berandal tersebut, melainkan berjalan lebih jauh lagi hingga ke sebuah perkebunan berjulukan Candyland milik Calvin J. Candie (Leonado DiCaprio). Candie yang merupakan orang kaya dengan begitu banyak budak kulit gelap ternyata juga mempunyai Broomhilda (Kerry Washington) yang tidak lain yaitu istri Django yang sudah usang ia cari.

Kabarnya Django Unchained yaitu belahan kedua dari trilogi yang dibentuk oleh Tarantino. Bagian kedua? Ya, sebab belahan pertamanya yaitu Inglourious Basterds. Sama menyerupai Basterds, petualangan Django ini yaitu sebuah film berlatar belakang sejarah yang memang terjadi, namun dipelintir oleh Tarantino. Tentu saja ada akurasi sejarah yang tepat, tapi layaknya maut Hitler di Basterds ada banyak hal yang diubah semau Tarantino disini. Kedua film ini juga sama-sama berkisah perihal sebuah perlawanan terhadap penindasan. Jika sebelumnya yang diangkat yaitu penindasan Nazi terhadap Yahudi, maka dalam Django Unchained ada penindasan kulit putih terhadap kulit hitam. Durasinya lebih usang daripada Basterds (153 menit berbanding 165 menit), dan dalam Django Unchained durasi yang usang itu akan diisi plot yang sekilas terasa tidak tentu arah dan obrolan yang seolah tidak ada maksudnya (dan memang bahwasanya nyaris tidak ada hubungannya dengan plot), tapi semuanya berbaur dengan tepat di tangan Tarantino. Durasi dua setengah jam lebih ini juga cukup banyak berisi obrolan yang bagi para pecinta film-film Tarantino tidak akan membosankan. Tapi diantara banyak sekali obrolan tersebut tentu saja masih ada banyak waktu untuk menu brutal over-the-top ala QT. Pistol menembus kemaluan, senapan memecahkan kepala, palu menghancurkan tengkorak, dan masih banyak lagi. Big action, big talk, tentu ini yaitu apa yang saya harapkan dari film Quentin Tarantino.
Aspek teknis juga tergarap sempurna. Editing cepat dengan shot-shot yang amat western dimana ada banyak adegan zoom in yang begitu keren disini. Seperti biasa juga film-film QT punya scoring yang keren dan kalau boleh dibilang cukup unpredictable. Dia tahu benar musik macam apa yang harus digunakan dalam sebuah genre tertentu tanpa terdengar basi. Tentunya kemampuan Tarantino dalam membuat sesosok abjad dan membuat aktornya begitu baik dalam memerankan abjad itu terasa lagi disini. Jamie Foxx sebagai Django memang bagus, tapi karakternya karam oleh para tokoh pendukung lain. Yang paling saya sukai yaitu trio Waltz, DiCaprio dan Jackson. Waltz semenjak menit pertama sudah mencuri perhatian dan menjadi abjad luar biasa keren yang saya sukai, not as good as Hans Landa but still Oscar-worthy. Jackson yang kembali dalam abjad yang kental unsur kulit hitamnya juga begitu hebat. Memberikan sebuah abjad yang menawarkan ambiguitas mengenai abjad dan identitas seorang insan dalam kondisi penuh perbudakan menyerupai itu. Tapi paling menyenangkan tentu melihat seorang Leonardo DiCaprio dalam karakternya yang paling gila. Dia sering memerankan tokoh dengan gangguan psikologis yang tersiksa dan depresif (Shutter Island, The Aviator, Revolutionary Road), namun gres disini karakternya benar-benar gila. Tatapannya, senyumannya, semuanya begitu mengerikan dan intimidatif. Kemunculannya yang pertama dengan senyum gilanya itu luar biasa. Begitu pula titik puncak kegilaannya ketika bersenjatakan palu di meja makan. Ada juga cameo dari Franco Nero, Jonah Hill, dan pastinya Tarantino sendiri.
Django Unchained punya naskah yang brilian dan sanggup membuat saya tertawa dengan humornya, terpana dengan kegilaannya, dan begitu tegang dengan suasana yang dibangun. Klimaks di Candyland begitu menegangkan, mulai dari adegan di meja makan, penembakan di perpustakaan, hingga sabung tembak keren antara Django dan anak buah Calvin Candie. Layaknya The Bride membantai anak buah O-Ren di Kill Bill Volume 1. Mungkin saya tidak merasa tersentuh dengan kisahnya. Saya tidak tersentuh dengan romansa Django dan tidak pernah merasa terbawa perasaan oleh kisahnya. Tapi mau bagaimana lagi, sebab Django Unchained yaitu parade super keren dari seorang Quentin Tarantino. Lagipula siapa yang peduli perasaan di sebuah film koboi jago tembak? Yang paling penting yaitu seberapa keren sang koboi dan seberapa keren pengemasan filmnya. Tapi Django Unchained bukan sebuah film yang kosong diluar fakta bahwa Tarantino sedang sangat bersenang-senang disini. Lewat film ini siapa yang tidak membenci perbudakan dan rasisme? Memang ditampilkan dengan cukup vulgar, tapi saya rasa itu yaitu akurasi sejarah yang (kali ini) dilarang dilewatkan oleh Tarantino, dan beliau tahu mana yang harus tetap akurat, dan mana yang boleh dihancurkan menjadi sebuah fiksi. Film ini penuh dengan hal vulgar dan bergairah yang memang perlu.

Django Unchained mungkin akan membuat beberapa penontonnya "tersesat" dengan durasinya yang usang dan ceritanya yang seolah terasa tidak fokus dan tidak terang arahnya. Tapi toh ini yaitu Django Unchained, bukannya Django Saves His Wife. Ini yaitu kisah Django yang terbebas dari perbudakan, dan kebetulan saja salah satu diantara kisahnya sehabis bebas yaitu menyelamatkan sang istri, dimana itu memang menjadi tujuan hidupnya. Saya benar-benar menikmati dan menyayangi 165 menit perjalanan yang diberikan oleh Tarantino. Sebuah perasaan yang menyerupai mirip ketika saya dibawa oleh Coen Brothers dalam sebuah perjalanan asing dan terasa tanpa arah yang terang dalam O Brother Where Art Thou? Beberapa kekurangan minor memang terasa menyerupai abjad Django yang tertutupi oleh abjad lain, hingga kurang adanya ikatan emosi dengan kisahnya. Tapi ini yaitu film Tarantino, dan Django Unchained punya semua hal dan ciri khas yang saya harapkan muncul dalam film-film Quentin Tarantino. Jangan lupakan juga hint menarik dimana dikatakan semua film Tarantino berada dalam universe yang sama. Ada satu nama yang berafiliasi dengan nama salah seorang abjad Pulp Fiction di sini, bisakah anda menemukannya?

Artikel Terkait

Ini Lho Django Unchained (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email