Friday, January 11, 2019

Ini Lho Dogtooth (2009)

Film karya Yorgos Lanthimos ini yaitu film yang menjadi perwakilan Yunani dalam ajang Oscar tahun 2010 dan berhasil menjadi nominasi walaupun pada kesudahannya kalah oleh In A Better World yang bagi saya sama sekali tidak spesial. Selain menerima nominasi Oscar, Dogtooth juga berhasil meraih kemenangan di kateogir Un Certain Regard pada Cannes Film Festival tahun 2009. Meski punya judul yang berarti "gigi taring" film ini sama sekali tidak menceritakan perihal vampir ataupun monster buas, melainkan sebuah drama keluarga disfungsional yang disajikan dengan balutan komedi hitam gila dan disturbing. Mungkin hingga dikala ini Dogtooth adalah film yang paling gila dalam menyajikan kisah disfungsi sebuah keluarga yang pernah saya tonton dengan komedi hitam yang juga sangat sinting. Premisnya memperlihatkan ketakutan yang dialami oleh sepasang orang renta terhadap efek jelek dunia luar kepada ketiga anak mereka. Alih-alih memperlihatkan pendidikan dan pembekalan bagi ketiganya, dua orang renta dalam film ini malah mengurung ketiga anak mereka di dalam rumah. Ketiga anak yang sudah menginjak usia remaja tersebut sama sekali dihentikan melangkahkan kaki keluar rumah dengan alasan dunia luar yaitu dunia berbahaya dimana nyawa mereka sanggup terancam jikalau berani keluar dari rumah sebelum waktunya. Kapan waktunya tiba dikala mereka boleh keluar rumah? Disaat gigi taring mereka sudah tanggal. WTF!

Tidak hanya itu, ayah dan ibu ini juga sangat membatasi kosa kata yang diajarkan, dimana tiap beberap waktu mereka akan memperlihatkan kata-kata gres disertai artinya. Yang lebih gila, banyak kata yang diberikan dengan makna yang berbeda. Sebagai pola "laut" diberi pengertian sebagai "kursi", dan "zombie" yaitu bunga kecil berwarna kuning. Pelacur? Pelacur yaitu lampu besar yang menyala terang. WTF! (lagi) Ketiga anak tersebut dihentikan keluar rumah dan tidak diperkenalkan pada orang asing kecuali Christina, seorang perempuan yang bekerja sebagai penjaga keamanan di pabrik daerah sang ayah bekerja. Christina rutin tiba kerumah beberapa hari sekali untuk memuaskan hasrat seksual si putera tunggal dimana keduanya rutin bekerjasama seks. Cara mendidik tersebut menciptakan ketiganya punya kepribadian yang kekanak-kanakan bahkan terasa menyerupai robot kadang -kadang. Tapi masalahnya mereka bertiga tetaplah insan dan berada di masa remaja yang tentunya penuh rasa ingin tahu dan semakin mereka dikekang maka rasa keingin tahuan mereka akan semakin besar. Sulit untuk menuliskan sinopsis film ini. Bahkan dengan segala abnormalitas dan kegilaan yang sudah saya tulis diatas masih belum mewakili keseluruhan kegilaan yang dipunyai film ini. Dengan durasi 97 menit, Dogtooth punya begitu banyak hal gila yang sulit untuk diceritakan. Bahkan saya yang merasa sudah banyak menonton film-film gila sekalipun dibentuk bersumpah serapah menonton film ini.

Kita diajak melihat bagaimana dampak yang terjadi pada ketiga anak dalam keluarga ini. Seperti yang sudah saya singgung, ketiganya memang punya sifat yang agak kekanak-kanakan lantaran kedua orang tuanya seolah menitik beratkan permainan-permainan serta hiburan dalam "pembelajaran" yang mereka berikan. Seolah-olah ketiganya dijaga biar tidak beranjak memasuki masa dewasa. Pada kesudahannya saya merasa kengerian yang begitu besar dikala melihat mereka bertiga. Mereka semua memang lebih sering memasang senyum, senyuman kebahagiaan yang polos dengan mata yang berbinar-binar. Tapi dari situlah kenapa mereka terasa mengerikan. Dari senyum dan tatapan matanya sangat terasa ada yang tidak beres pada ketiga anak ini. Mereka tersenyum dan tertawa pada hal yang bagi saya tidak menciptakan tersenyum. Akhirnya mereka malah terasa bagaikan robot daripada manusia. Belum lagi cara bicaranya yang kaku, bahkan terasa baku. Saya memang tidak mengerti bahasa Yunani, tapi dari mendengar cara mereka bicara saja akan terasa kekakuan yang amat sangat. Dogtooth memang yaitu kisah perihal paranoid, bagaimana orang renta berusaha mengatur anaknya menjadi apa yang mereka mau tapi dengan menyembunyikan segala hal yang ada diluar sana. Tapi bahwasanya film ini sanggup dimaknakan lebih dari itu.
Ya, bagi saya Dogtooth bukan sekedar interaksi antara orang renta dengan ketiga anaknya. Ini lebih kepada citra penguasa yang diktator dan mengurung rakyatnya, berusaha membentuk mereka menjadi apa yang ia mau, bahkan menghentikan aliran isu dari dunia luar. Sang diktator takut rakyatnya menjadi memberontak jikalau diberi kebebasan, sehingga ia lebih menentukan mengurung mereka, bahkan membohongi mereka dengan menjejalkan kebohongan demi kebohongan. Mungkin ceritanya sedikit mengingatkan pada bagaimana pemerintahan diktator Korea Utara memperlakukan rakyatnya. Ya, menyerupai mirip itu dimana rakyat negara tersebut sering mendapatkan isu bohong yang sesungguhnya menggelikan tapi mereka percaya dan menganggap sang pemimpin yaitu yang paling benar. Karena apa? Karena mereka tidak tahu menahu mengenai hal lain diluar sang pemimpin dan negaranya. Bahkan mereka percaya bahwa Korea Utara yaitu penemu burger dan punya astronot yang berhasil mendarat di matahari. Tapi pada kesudahannya jikalau terus menerus menyimpan fakta pada kesudahannya bukan hanya kepatuhan yang muncul tapi kebohongan dari mereka yang dikekang juga sanggup terjadi. Akibat rasa ingin tahu yang besar, mereka sanggup nekat untuk mencari tahu sendiri dan berbohong bahkan bukan mustahil terjadi pemberontakan nantinya. 

Dogtooth sebenarnya memiliki begitu banyak selipan komedi hitam yang dominan mentertawakan banyak sekali kebohongan yang diberikan pada ketiga anak tersebut yang pada kesudahannya berujung pada behavior yang amat sangat aneh. Berbagai komedi hitam itu sukses menciptakan saya tertawa, tapi tawa yang disebabkan lantaran rasa shock yang luar biasa. Tawa yang selalu diiringi sumpah serapah sepanjang saya menonton film ini. Entah berapa kali kata "fuck" atau "anjing" terlontar dari ekspresi saya setiap kali ada kegilaan dan abnormalitas yang dihadirkan oleh Yorgos Lanthimos dalam filmnya ini. Tapi itu belum seberapa hingga ada momen titik puncak yang bahwasanya sudah sanggup ditebak tapi tetap saja pengemasannya yang sinting dan disturbing berhasil menciptakan saya terpana. Bicara soal disturbing memang dalam film ini terdapat beberapa degan yang cukup sadis dan berdarah-darah. Bahkan beberapa adegan juga punya unsur seksual yang tidak mengecewakan vulgar. Tapi rasa jijik dan kata-kata kotor yang muncul yaitu bentuk kekaguman saya yang begitu tinggi pada film ini. Interaksi-interaksi yang terjadi antar karakternya pun terasa begitu menarik meskipun twisted sebagai akhir dari pengerian-pengertian abnormal yang diberikan oleh orang renta pada ketiga anak mereka tersebut. 

Pada kesudahannya Dogtooth memang menjadi sebuah film yang begitu gila bahkan sulit ditonton akhir kontennya yang cukup disturbing. Tapi alurnya selalu menciptakan saya menagih lebih dan lebih dan terus berharap akan kegilaan gres yang muncul dalam tiap menit berikutnya. Alurnya sendiri berjalan dengan tempo yang tidak terlalu cepat, bahkan filmnya terasa sunyi lantaran penggunaan musik yang begitu minimalis. Bahkan entah saya yang terlewat atau tidak tapi sepenangkapan saya tidak ada scoring dalam film ini kecuali piano dan gitar yang dimainkan oleh tokoh dalam filmnya. Filmnya memang gila, tapi penelusuran yang dilakukan oleh ceritanya terhadap pengekangan kedua orang renta terhadap anaknya serta dampak yang terjadi pada kepribadian masing-masing anak disajikan dengan begitu luar biasa, twisted dan sesungguhnya cukup masuk diakal. Dogtooth jauh lebih cantik daripada saingan-saingannya diajang Oscar seperti In A Better World maupun Biutiful. Komedi hitam yang benar-benar gila, sinting!

Artikel Terkait

Ini Lho Dogtooth (2009)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email