Film biopic tentunya dibentuk untuk menyampaikan penghormatan kepada tokoh yang cerita hidupnya diangkat dalam film tersebut. Membuat tokoh tersebut lebih dikenal akan kelebihan dan kehebatan mereka yakni tujuannya entah pada jadinya berhasil atau tidak. Lawrence of Arabia memperlihatkan kepahlawanan seorang T.E. Lawrence. Sedangkan film Chaplin yang menyampaikan Robert Downey Jr. nominasi Oscar untuk "Best Actor" terang mengangkat kreatifitas dan kejeniusan seorang Charlie Chaplin. Tapi bagaimana kalau sebuah biopic dibentuk bagi seseorang yang dijuluki sebagai "the worst director of all time"? Begitulah yang dilakukan oleh Tim Burton dikala membuat sebuah film biopic ihwal Edward D. Wood, Jr. atau yang lebih dikenal sebagai Ed Wood dalam kerja sama keduanya dengan Johnny Depp ini. Ed Wood memang fenomenal, dimana banyak pihak menyampaikan karyanya sangat buruk, tapi pihak lain ada yang menyukainya keburukan karya itu dan malah menjadi cult. Salah satu karyanya yang paling populer dan sering disebut sebagai film terburuk yakni Plan 9 From Outer Space.
Film ini tidak akan membawa kita terlalu jauh kedalam latar belakang seorang Ed Wood (Johnny Depp). Kita akan eksklusif dibawa pada masa dimana Ed Wood telah berusia 30 tahun dan drama teater yang ia sutradarai gres saja mendapat review yang amat buruk. Meski begitu, Ed Wood tetap yakin akan kemampuan yang ia miliki. Ed Wood sendiri mempunyai kebiasaan aneh, yaitu gemar menggunakan pakaian perempuan yang menurutnya membuat dirinya merasa nyaman. Untuk memenuhi hasratnya tersebut, ia sering mengambil pakaian miliki kekasihnya, Dolores Fuller (Sarah Jessica Parker). Ed Wood sendiri mulai berteman secara tidak sengaja dengan Bela Lugosi (Martin Landau) yang populer sebagai pemeran Dracula tapi sekarang sudah sangat tua, lemah dan telah kehilangan nama besarnya. Kemudian Ed Wood jadinya mendapat kesempatan pertamanya untuk membuat film. Karya pertamanya yakni Glen or Glenda yang mempunyai cerita hampir sama ibarat hidupnya, yaitu ihwal cross-dressing. Film itu juga dibintangi oleh dirinya sendiri, Dolores dan Bela Lugosi.
Dengan bujet super minim dan waktu syuting hanya beberapa hari, Ed Wood menuntaskan film ini yang kemudian banyak dicerca dan disebut sebagai film terburuk sepanjang masa. Tapi Ed Wood pantang mengalah dalam berkarya. Dia menentukan jalur independent dan membuat film yang naskahnya ia tulis sendiri, sutradarai sendiri, dan produseri sendiri, ibarat dengan idolanya, Orson Welles tapi tentunya dengan kualitas yang kolam Bumi dan langit. Dan tentunya film-film itu dibentuk dengan bujet minim, peralatan seadanya dan kadang harus rahasia mencuri dari sebuah studio. Jika dalam sehari sutradara biasa hanya fix dengan satu atau dua scene, maka Ed Wood bisa menuntaskan 30an scene dalam sehari. Itu alasannya yakni ia hanya melaksanakan sekali take saja. Dari situlah lahir film-film Ed Wood berikutnya ibarat Bride of the Atom yang berganti judul menjadi Bride of the Monster, dan tentunya film Ed Wood paling dikenal, apalagi kalau bukan Plan 9 From Outer Space.
Film ini intinya bukanlah menyoroti kehidupan Ed Wood secara lengkap, tapi lebih kepada bagaimana proses kreatif seorang Ed Wood dalam membuat film yang populer asal-asalan tersebut. Sebuah keputusan anggun dari Tim Burton, alasannya yakni proses-proses tersebut memang tampaknya jauh lebih menarik daripada riwayat hidup lengkap Ed Wood. Toh yang ingin diketahui orang-orang termasuk saya bukanlah bagaimana cerita masa kecilnya tapi bagaimana prosesnya dalam membuat sebuah film. Dan lewat film ini saya jadi tahu bagaimana nekatnya dan gilanya seorang Ed Wood dalam membuat film yang sangat asal-asalan. Tapi film ini tidak terlihat sebagai sebuah celaan terhadap Ed Wood. Yang ada, Tim Burton malah membuat sebuah penghormatan terhadap pengabdian Ed Wood. Bukannya mencela, film ini malah terlihat menampilkan kelucuan satir untuk membungkus tingkah polah Ed Wood dalam membuat filmnya. Ambiguitas sangat terlihat disini, apakah Ed Wood murni seorang gila dan idiot ataukah sutradara yang amat menyayangi dunia film dengan segala idealisme anehnya.
Film ini intinya bukanlah menyoroti kehidupan Ed Wood secara lengkap, tapi lebih kepada bagaimana proses kreatif seorang Ed Wood dalam membuat film yang populer asal-asalan tersebut. Sebuah keputusan anggun dari Tim Burton, alasannya yakni proses-proses tersebut memang tampaknya jauh lebih menarik daripada riwayat hidup lengkap Ed Wood. Toh yang ingin diketahui orang-orang termasuk saya bukanlah bagaimana cerita masa kecilnya tapi bagaimana prosesnya dalam membuat sebuah film. Dan lewat film ini saya jadi tahu bagaimana nekatnya dan gilanya seorang Ed Wood dalam membuat film yang sangat asal-asalan. Tapi film ini tidak terlihat sebagai sebuah celaan terhadap Ed Wood. Yang ada, Tim Burton malah membuat sebuah penghormatan terhadap pengabdian Ed Wood. Bukannya mencela, film ini malah terlihat menampilkan kelucuan satir untuk membungkus tingkah polah Ed Wood dalam membuat filmnya. Ambiguitas sangat terlihat disini, apakah Ed Wood murni seorang gila dan idiot ataukah sutradara yang amat menyayangi dunia film dengan segala idealisme anehnya.
Film ini memang bersikap netral dengan tidak mencoba membela karya-karya Ed Wood tapi juga tidak mencoba mencelanya. Lewat film ini saya juga tidak hanya tahu ihwal proses kreatif Ed Wood, tapi juga tahu lebih jauh mengenai persahabatannya dengan Bela Lugosi sekaligus menjawab pertanyaan saya kenapa Lugosi mau terus bekerja sama bermain di film Ed Wood walaupun selalu dicerca. Toh disini kita akan disajikan sebuah persahabatan yang unik tapi juga indah antara mereka berdua. Lucu tapi juga terasa menyentuh. Saya juga jadi tahu lebih banyak ihwal seluk beluk mereka berdua termasuk ihwal Bela yang seorang drug addict parah. Bicara sola kelucuan terang sangat banyak kelucuan yang biasanya tiba dari tingkah abstrak seorang Ed Wood. Tapi banyak juga adegan memorable lain entah itu yang lucu, keren ataupun mengharukan. Diawal saya sudah tertawa melihat adegan dimana Sarah Jessica Parker membaca sebuah review yang menuliskan tampangnya ibarat kuda. Yak, inilah asal permintaan dagelan dan meme yang populer itu, "Sarah Jessica Parker Looks Like a Horse".
Bicara soal akting pemain, bagi saya mereka semua sukses menghidupkan para tokoh-tokoh faktual yang ada meskipun ada beberapa yang sedikit mengkopi tokoh yang diperankan dibanding membuat versi mereka dan meresapinya. Johnny Depp sebagai Ed Wood terang jadi sorotan utama. Salah satu penampilan terbaik Depp ada disini. Tanpa make-up tebal yang jadi ciri khasnya, Depp membuat sosok huruf yang abstrak dan aneh juga tapi tetap punya sisi manusiawi. Sorotan matanya akan terlihat lucu dan tragis disaat bersamaan. Lucu alasannya yakni antusiasime dan kepuasaan yang terlihat terang akan karyanya khususnya Plan 9 padahal kita tahu itu film buruk. Tapi tragis juga alasannya yakni sorotan itu yakni sorot mata puas dan bahagia yang ikhlas dari seorang pecinta film yang yakin karyanya akan memnbuat namanya diingat, tapi kita tahu pada jadinya ia akan diingat sebagai yang terburuk.Satu nominasi Golden Globe didapat Depp lewat film ini. jangan lupakan juga Bill Murray yang seringkali jadi scene stealer.
Tapi bintang sesunggunnya terang Martin Landau sebagai Bela Lugosi. Seolah saya melihat Dracula orisinil hidup kembali disini. Jika dikala itu saya melihat Lugosi saya akan merasa masuk akal alasannya yakni dialah pemeran aslinya, tapi yang saya lihat yakni pemain film yang memerankan Lugosi kemudian memerankan sosok Dracula versi Lugosi. Masih banyak kehebatan lain dari Landau termasuk memperlihatkan kerapuhan Lugosi, kehebatan akting dan bagaimana seramnya Lugosi. Ada sebuah scene yang membuat saya ikut melaksanakan apa yang dilakukan oleh Ed Wood dan Lugosi, mungkin anda yang sudah menonton tahu dan juga melaksanakan hal yang sama. Pada jadinya satu piala Oscar untuk "Best Supporting Actor" memang sangat pantas didapat oleh Landau.
Soal teknis lainnya, film ini tidak kalah menakjubkan. Dikemas sebagai film hitam putih, film ini menjadi mempunya nuansa yang ibarat dengan film-film jaman dulu tepatnya film-film milik Ed Wood. Apalagi film ini juga dibuka dengan narasi dari Jeffrey Jones yang memerankan Criswell dan opening yang makin ibarat dengan Plan 9 membuat nuansa film ini makin menarik saja. Lalu tentu saja departemen make-up yang begitu jawara disini dan mebawa pulang satu Oscar. Saya tidak hanya memuji make-up di wajah Landau, tapi di semua pemain. Bagi yang mengenal tokoh aslinya atau minimal menonton Plan 9 niscaya akan tahu bahwa tokoh-tokoh ibarat Vampira, Criswell,Tor Johnson hingga Bunny amatlah ibarat dengan aslinya. Apalagi dipadukan dengan akting mereka yang baik dan pewarnaan hitam putih itu saya seolah sedang melihat mereka dalam sosok yang sebenarnya dan bukan diperankan oleh orang lain. Secara keseluruhan Ed Wood mungkin tidak memperlihatkan detil riawayat yang lengkap, tapi cerita dalam biopic akan dianggap anggun kalau menyampaikan fakta yang tidak dikethaui banya orang dan membeberkan cerita yang ingin ditonton oleh penonton, dan film ini punya itu. Dan dalam film ini perpaduan akting bagus, make-up keren dan aneka macam segi teknis yang tepat membuat biopic ini semakin serasa hidup secara nyata.
RATING:
Ini Lho Ed Wood (1994)
4/
5
Oleh
news flash