Monday, January 14, 2019

Ini Lho Excision (2012)

Excision adalah satu dari beberapa film yang sebelumnya tidak pernah saya dengar namun bisa mengejutkan dengan kualitasnya yang bagus. Film ini tiba dari seorang sutradara sekaligus penulis naskah yang tidak saya kenal dan para pemainnya (kecuali Malcolm McDowell) juga masih asing bagi saya. Saya sempat menerka Excision hanyalah sebuah film horror biasa yang mengumbar adegan gore tanpa dongeng yang elok yang mana membuat ekspektasi saya hanyalah ingin menerima kesenangan dan hiburan dari rentetan adegan sadis tersebut. Ternyata saya salah. Excision memang punya banyak adegan gore dengan darah dan serpihan tubuh, tapi penyajiannya jauh lebih gila dari yang saya bayangkan. Ceritanya juga bukan hanya sekedar tempelan namun benar-benar sebuah unsur yang membangun filmnya, begitu juga formasi karakternya yang menarik untuk diikuti. Excision ialah sebuah kisah ihwal disfungsi keluarga dimana tiap anggota keluarganya punya problem dalam diri mereka masing-masing. Pasangan suami istri Bob (Roger Bart) dan Phyllis (Traci Lords) memiliki dua anak perempuan, yaitu Pauline (AnnaLynne McCord) dana diknya Grace (Ariel Winter). Yang akan paling disoroti dalam film ini ialah Pauline.

Pauline ialah gadis cukup umur yang dikategorikan sebagai "orang aneh" oleh lingkungan sekitarnya baik itu teman, tetangga sampai gurunya. Dari fisik Pauline memang sudah terlihat creepy dengan penampilannya yang acak-acakan dan tatapan mata yang aneh. Tapi Pauline bukanlah sosok outsider biasa menyerupai yang sering kita jumpai dalam film-film coming-of-age atau komedi romantis biasa. Pada dasarnya ia memang punya gangguan psikologis dan Pauline sendiri menyadari hal itu. Dia sering berimajinasi ihwal hal-hal yang merangsang dirinya. Terdengar normal? Tunggu dulu, alasannya yang difantasikan dan merangsang Pauline ialah hal-hal mengerikan menyerupai bersetubuh dengan mayat, mandi darah bersama orang-orang mati, membedah organ badan manusia, dan hal-hal absurd lainnya. Bicara soal membedah, Pauline memang bercita-cita menjadi dokter bedah, dimana kondisi sang adik yang menderita cystic fibrosis (penyakit paru-paru) membuatnya makin mantap mengejar impian tersebut. Namun kondisi keluarganya sendiri tidaklah menyenangkan Pauline, dimana sang ibu ialah orang yang suka mengontrol sampai hal-hal kecil dan sangat egois. Sedangkan sang ayah sendiri tidak punya keberanian dan selalu patuh pada istrinya.

Excision ternyata lebih "kaya" dari yang saya duga. Film ini menyoroti bagaimana sebuah disfungsi dan ketidak harmonisan dalam keluarga bisa begitu mempengaruhi kehidupan anak-anak. Phyllis sebagai seorang ibu yang egois dan suka mengatur hanya ingin anak-anaknya menjadi menyerupai apa yang ia inginkan. Dia tidak peduli apapun yang terjadi dan problem apapun yang menimpa Pauline, alasannya yang ia ingin hanya Pauline menjadi perempuan menyerupai yang ia dambakan. Pauline dengan segala keanehannya ialah sosok yang tersudut disini. Dia bermasalah namun tidak pernah ada yang memahami problem tersebut. Kedua orang bau tanah yang harusnya menjadi sosok yang peduli akan hal itu malah terkesan menutup mata. Sang ibu tidak mau tahu dan selalu memaksa dan menyalahkan Pauline, sedangkan sang ayah hanya bisa membisu dan menurut. Pauline bukannya dibawa ke psikiater profesional malah hanya dibawa kepada seorang pendeta yang bahkan hanya bisa menyampaikan bahwa Pauline ialah gadis yang bermasalah tanpa memperlihatkan pencerahan. Tapi sikap sang ibu sendiri bukan tanpa alasan bertindak menyerupai itu, alasannya ia ialah korban dari sikap jelek dari ibunya juga di masa lalu. Pada balasannya juga hal itu kuat pada Pauline, ini ialah sebuah coping behavior yang bisa dibilang berdampak negatif bagi keturunan dalam sebuah keluarga.
Excision diisi dengan beberapa dream sequence surreal yang penuh momen berdarah dan menjijikkan sebagai bentuk dari fantasi seksual yang dilakukan Pauline. Momen demi momen fantasi tersebut dikemas tidak hanya gila namun juga imajinatif dan sangat menarik. Bahkan sedari awal kita sudah akan disuguhi sebuah momen sinting ihwal ketertarikan Pauline pada darah dan kematian sebagai imajinasi seksualnya. Pada dasarnya Excision hanya dibangun dengan formasi alur yang sederhana dan berulang, mulai dari Pauline berfantasi, bersekolah, kemudian interaksi dengan keluarganya yang banyak terjadi pada ketika makan malam. Namun meski disajikan secara berulang saya tidak pernah bosan alasannya selalu ada saja variasi kegilaan yang ditampilkan, entah itu lewat adegan shocking sampai obrolan cerdas yang tidak kalah gila. Selalu saja ada hal unik gres yang ditampilkan pada setiap momen film ini. Saya tidak akan membahas kegilaan apa saja yang muncul secara detail dan nampaknya tidak akan cukup menuliskan semua hal sinting yang dipunyai Excision lewat satu goresan pena ini. Tapi percayalah kegilaan yang ada tidaklah kosong namun juga cerdas. Pada balasannya semua hal gila itu akan berujung pada sebuah ending yang akan mengalahkan semua hal-hal gila di sepanjang film. Tragis, sekaligus penuh amarah sekaligus kesedihan yang ditumpahkan disitu.

Tapi tidak hanya kengerian dan drama ihwal disfungsi keluarga serta psychological disorder yang mengisi film ini. Diluar dugaan dibalik semua itu ada banyak selipan komedi yang cukup segar. Mayoritas tiba dari sikap Pauline yang penuh obrolan sarkastik dan sikap tidak terduga. Pauline sendiri diperankan dengan begitu baik oleh AnnaLynne McCord. Komedinya sendiri begitu efektif dalam membangun suasana film ini yang makin terasa gelap. Disisi lain drama yang ada juga berhasil membuat kegetiran dan kesedihan dalam keluarga tersebut. Sebuah adegan ketika Pauline menangis mendengar perkataan sang ibu yang mengungapkan sulitnya menyayangi sang anak itu benar-benar membuat terenyuh. Pada balasannya memang ending yang ada sudah cukup bisa diprediksi, tapi saya tidak menyangka emosi dan impact yang muncul akan sejauh itu. Saya tidak merasa akan terasa setragis dan begitu menyedihkan. Semuanya berkat pembangunan suasana yang begitu baik dan seimbang antara drama keluarga, komedi sampai horror. Semuanya seimbang dan dipadukan dengan cerdas lewat obrolan cerdik serta unsur psikologis yang amat kuat di segala aspek. Begitu banyak kata "gila" yang saya tulis disini, tapi Excision memang segila itu.


Artikel Terkait

Ini Lho Excision (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email