Monday, January 14, 2019

Ini Lho Hope Springs (2012)

Tahun 2012 kemudian merupakan tahun yang tidak mengesankan bagi genre komedi romantis, setidaknya berdasarkan saya. Para penonton nampaknya juga mulai bosan dengan genre yang satu ini alasannya yaitu jarang sekali menawarkan penemuan pada ceritanya. Tapi Hope Springs bukan sekedar komedi romantis biasa. Film ini tiba dari sutradara David Frankel yang selama ini populer bisa menawarkan sentuhan yang cukup manis dalam film yang bergotong-royong punya kisah biasa saja macam The Devil Wears Prada atau Marley & Me. Jajaran pemainnya juga sangat menjanjikan alasannya yaitu ada dua nama senior yaitu Tommy Lee Jones dan Meryl Streep sebagai bintang film utama serta Steve Carell sebagai bintang film pendukung. Dari jajaran cast-nya sendiri sudah terlihat keunikan alasannya yaitu diisi oleh nama-nama senior. Ya, Hope Springs yaitu sebuah komedi romantis perihal kisah percintaan dua orang yang sudah bisa dibilang tua. Bukan hal gres memang, alasannya yaitu Streep sendiri pernah bermain dalam film sejenis di It's Complicated, namun tentunya ini yaitu sebuah premis yang menarik. Lewat aktingnya film ini juga Meryl Streep menerima nominasi Golden Globe yang ke-27 atau yang terbanyak sepanjang sejarah. Hope Springs akan membawa kita pada kisah suami istri Arnold (Tommy Lee Jones) dan Kay (Meryl Streep) yang sudah 31 tahun menikah namun tengah mengalami permasalahan pada ijab kabul mereka.

Meski merupakan suami istri, mereka tidak pernah lagi tidur dalam satu kamar. Bahkan sudah sekitar empat tahun mereka tidak bekerjasama seks. Hal itu menciptakan Kay merasa pernikahannya begitu hampa, apalagi keseharian mereka hanya diisi rutinitas yang selalu sama. Pagi hari Arnold hanya akan membaca koran sambil sarapan, kemudian pergi ke kantor dan di malam hari dia hanya terus-terusan melihat program golf di TV. Hal itulah yang menciptakan Kay tetapkan mengajak Arnold untuk mengikuti konseling intensif selama seminggu di sebuah kota kecil di tempat Maine. Konseling itu dilakukan bersama seorang pakar ijab kabul berjulukan Dr. Bernie Feld (Steve Carell). Meski awalnya menolak tapi pada karenanya Arnold tetapkan ikut juga. Disana keduanya mulai berusaha mengungkapkan problem apa saja yang terjadi pada ijab kabul mereka dan perasaan yang mereka rasakan. Keduanya "dipaksa" untuk secara kooperatif memperbaiki ijab kabul mereka. Tentu saja kisah yang ditawarkan tersebut terasa tidak punya hal yang gres dan spesial. Seperti biasa final ceritanya juga sudah bisa dengan gampang ditebak. Namun pemilihan abjad orang bau tanah dengan ijab kabul yang sudah berlangsung puluhan tahun kuat pada suasana yang terbangun dalam film ini.

Tentu saja Hope Springs punya beberapa selipan komedi yang berhasil menawarkan tawa kecil pada saya. Tapi secara keseluruhan film ini punya suasana yang sedikit lebih kelam dibanding komedi romantis pada umumnya. Konfliknya yang mengenai sebuah ijab kabul tentu menciptakan kisahnya lebih dewasa. Ini bukan sekedar konflik kisah percintaan yang ringan dengan bumbu pertengkaran, namun sebuah ijab kabul yang tengah berada dalam ancaman dimana hasrat antara satu dan yang lain mulai dipertanyakan. Lagi-lagi bukan sebuah hal yang gres dalam film, namun untuk sebuah komedi romantis, sajian yang cukup umur ibarat ini terasa menyenangkan. Konfliknya terang masih disajikan dengan ringan, tapi bisa menciptakan saya berpikir perihal makna sebuah ijab kabul apalagi yang telah berlangsung sampai puluhan tahun. Apa yang patut diperjuangkan dari ijab kabul tersebut? Apakah hanya rasa "sayang" alasannya yaitu sudah berlangsung lama? Apakah memang masih dibutuhkan sebuah cinta dan hasrat yang hangat dalam ijab kabul tersebut? Ini yaitu sebuah pencarian makna pernikahan, cinta dan pencarian impian dalam sepasang suami istri.
Beberapa momen terasa cukup menyentuh berkat penampilan manis dan chemistry yang kuat antara Meryl Streep dan Tommy Lee Jones. Streep sebagai Kay yaitu perempuan cukup umur yang sangat menarik simpati. Dia menyimpan kesepian, kesedihan namun juga impian dan cinta yang besar pada pernikahannya. Kay terlihat begitu sabar namun jauh di dalam terasa sebuah emosi yang terpendam dan bisa saja meledak. Streep bisa menunjukkan itu dengan sempurna. Bukan akting terbaiknya tapi sebuah kesempurnaan jikalau konteksnya yaitu sebuah komedi romantis yang ringan. Momen komedik yang dia munculkan tepat dan tidak hanya menawarkan kelucuan tapi di beberapa bab juga terasa getir. Tommy Lee Jones sebagai Arnold juga sama bagusnya. Dia yaitu laki-laki yang egois dan nampak selalu mengeluh dan nampaknya tidak peduli akan istrinya. Tapi jauh di dalam hatinya masih ada rasa sayang pada sang istri, hanya dia tidak tahu bagaimana memperbaiki keadaan yang ada, bukan tidak sadar. Dengan naskah yang bergotong-royong standar, penampilan keduanya bisa menawarkan emosi yang begitu baik pada film ini. Ada tawa dan kehangatan namun juga ada tangis dan kesedihan dalam kesepian yang begitu terasa.

Steve Carell tampil dalam tugas yang agak berbeda jikalau dibanding peran-peran biasanya dalam film komedi. Sebagai seorang konselor yang kalem dia cukup terasa unik disini. Namun momen konseling yang ditampilkan bergotong-royong biasa saja. Tidak ada hal yang Istimewa dan tidak digarap sebagai sebuah momen konseling yang kasatmata dan realistis. Memang pada karenanya mencurigai apakah problem Kay dan Arnold selesai berkat konseling tersebut. Namun bergotong-royong disitulah esensi kisahnya berada, dimana konflik dalam sebuah korelasi memiliki penyelesaian yang berasal dari pasangan itu sendiri. Bagaimana mereka menemukan masalahnya dan pemecahannya. Bahkan esensi konseling itu sendiri bergotong-royong bukanlah sang konselor memecahkan problem namun menciptakan pasangan atau klien menemukan pemecahan problem dari diri mereka sendiri sesuai dengan apa yang mereka mau dan butuhkan.

Hope Springs memang tidak terlalu Istimewa tapi dengan tema yang lebih cukup umur serta akting manis dari kedua pemain utamanya menciptakan film ini punya kedalaman kisah dan emosi yang jauh lebih baik dibanding film-film setipe lainnya. Patut disayangkan ending-nya dalam penyajian konflik selesai begitu saja dan terasa agak tiba-tiba, namun tetap saja ini yaitu sebuah sajian yang menghibur sekaligus bisa dijadikan perenungan mengenai makna sebuah korelasi dan pernikahan. Tontonan yang manis, lucu dan menyentuh. Makara apakah anda sudah menawarkan yang terbaik, semua yang anda bisa bagi pasangan yang anda sayangi?


Artikel Terkait

Ini Lho Hope Springs (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email