Thursday, January 17, 2019

Ini Lho The Girl With The Dragon Tattoo (2011)

Perlukah penyesuaian versi Hollywood dari trilogi Millenium dibentuk sehabis penyesuaian film Swedia-nya sudah cukup sukses? Yang harus diketahui ialah film garapan David Fincher ini bukanlah remake melainkan versi penyesuaian seorang David Fincher eksklusif dari novelnya. Dengan kata lain Fincher coba membuat film penyesuaian yang berbeda dari versi Swedia-nya. Hal ini sebelumnya pernah terjadi dikala Matt Reeves membuat Let Me In. Ada dua tantangan terbesar yang harus dihadapi dikala membuat film ini. Yang pertama ialah bagaimana biar filmnya tetap bisa menarik ditonton walaupun jarak dengan film Swedia-nya hanya sekitar dua tahun. Saya percaya Fincher niscaya selalu membuat film bagus, tapi kali ini kasusnya lain. Bagaimana beliau bisa membuat sebuah film misteri yang tetap bisa dinikmati oleh orang yang sudah menonton penyesuaian pertamanya ibarat saya. Yang kedua tentunya bagaimana Fincher bisa "mengakali" huruf Lisbeth Salander yang sudah sangat lekat dengan seorang Noomi Rapace.

Mikael Blomkvist (Daniel Craig) yang merupakan co-owner dari majalah "Millenium" tengah berada dalam sebuah kasus dimana beliau dituduh memfitnah seorang bisnisman berjulukan Hans-Erik Wennerström. Ditengah kasus tersebut, Blomkvist dimintai tunjangan oleh seorang mantan CEO perusahaan "Vanger Indiustries" berjulukan Henrik Vanger (Christopher Plummer) untuk mengusut kasus hilangnya keponakan Henrik, Harriet yang telah menghilang selama 40 tahun. Henrik sendiri yakin bahwa Harriet telah dibunuh oleh salah seorang anggota keluarganya. Tapi yang absurd selama 40 tahun setiap ulang tahunnya, Henrik selalu mendapatkan sebuah hadiah yang sebelum menghilang selalu dikirimkan oleh Harriet padanya sebagai kado ulang tahun. Henrik sendiri memperlihatkan sebuah anjuran yang tidak bisa ditolak oleh Blomkvist. Tapi Blomkvist tidak sendiri mengusut kasus ini, alasannya ada seorang hacker perempuan yang misterius sekaligus eksentrik berjulukan Lisbeth Salander (Rooney Mara) yang belakangan juga membantunya.
Fincher tidak hanya berhasil membuat sebuah film penyesuaian novel yang anggun tapi juga berhasil membuatnya lebih baik dari versi Swedia-nya. Setidaknya bagi aku versi Fincher ini sedikit lebih baik. Berbagai kemiripan dengan penyesuaian pertamanya terang terjadi. Bahkan ada beberapa adegan memorable yang pengemasannya hampir 100% mirip. Tapi untungnya itu hanya terjadi pada beberapa adegan penting yang memang harus ditampilkan dikarenakan mengandung esensi penting yang kalau dihilangkan maka esensi yang ada dalam novelnya juga turut menghilang. Tapi meskipun banyak kemiripan, pada jadinya ciri khas Fincher-lah yang memperlihatkan perbedaan. Sebuah opening luar biasa yang memang sudah jadi ciri khas Fincher berhasil membuat aku eksklusif bersemangat mengikuti cerita detektif-detektifan ini. Kemudian seiring film berjalan, nuansa yang kelam, sinematografi menawan dengan menampilkan pemandangan Swedia yang penuh salju sehingga makin menambah suasana kelam, serta editing yang keren membuat versi Fincher ini terasa lebih menegangkan walaupun durasinya sama panjangnya dengan versi yang disutradarai Niels Arden Oplev. 
Misteri yang ditampilkan terang sama, tapi pengemasan yang lebih menegangkan membuat film ini jadi jauh lebih menarik. Versi Swedia-nya memang anggun tapi lebih lambat. Penuturan misterinya juga lebih membingungkan bagi saya. Sedangkan versi Fincher meski memuat misteri yang sama, tapi masih bisa membuat aku ikut menebak-nebak faktanya walaupun beberapa misteri utama aku masih ingat dengan jelas. Tidak hanya penyampaian sekaligus pembagian terstruktur mengenai misterinya saja yang lebih menarik, tapi Fincher membuat film ini sedikit lebih brutal. Adegan pelecehan seksual yang menimpa Lisbeth sedikit lebih brutal dan disusul adegan pembalasan dendam yang tidak kalah burtal.Tidak berlebihan, namun kemunculan adegan kekerasan itu memperlihatkan warna lain yang membuat cerita pencarian fakta ini makin menarik.

Kaprikornus bagi aku Fincher sudah berhasil membuat penyesuaian versinya sendiri dengan sangat berhasil dan lebih baik dari versi Swedia-nya meskipun beberapa kesamaan terang tidak bisa dielakkan. Lalu bagaimana dengan huruf Mikael Blomkvist dan Lisbeth Salander yang ikonik itu khususnya Salander? Michael Nyqvist dan Daniel Craig terang punya beberapa kemiripan fisik. Craig sendiri tampil baik di film ini dan memperlihatkan sedikit energi gres yang lebih fresh bagi Blomkvist. Lalu bagaimana dengan Mara? Dia bagus, dengan perubahan fisiknya yang drastis. Aktingnya juga tidak mengkopi huruf Lisbeth versi Rapace tapi membuat versinya sendiri. Jujur aku suka Lisbeth versi Rapace, tapi aku juga suka versi Mara yang terasa lebih kelam. Mara menunjukan beliau memang pantas mendapatkan tugas ini sehabis dikala kasting mengalahkan banyak aktris yang jauh lebih besar namanya termasuk Natalie Portman. Aktingnya makin melengkapi The Girl with the Dragon Tattoo karya Fincher ini yang lengkap di semua aspek dan untuk aku pribadi lebih pantas mengisi slot nominator "Best Picture" Oscar daripada film kudanya Spielberg.


Artikel Terkait

Ini Lho The Girl With The Dragon Tattoo (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email