Monday, January 14, 2019

Ini Lho Goldfinger (1964)

Petualangan saya menelusuri film-film Bond dari awal kembali berlanjut. Goldfinger ialah film ketiga yang rilis setahun sehabis From Russia with Love. Ya, pada era ini film-film James Bond rilis rutin tiap tahun, sebuah tradisi yang bertahan hingga You Only Live Twice yang rili dua tahun sehabis Thunderball (setelah itu film Bond menjadi rilis tiap dua tahun sekali). Bujetnya kembali meningkat menjadi $3 juta yang merupakan jumlah dari total bujet dua film pertamanya. Goldfinger tentunya masih memiliki sosok Sean Conery sebagai Bond yang disini nampak makin nyaman dalam karakternya dan makin menguatkan sosok Bond dengan dirinya. Bond ialah Conery, begitu juga sebaliknya. Tapi tidak ada lagi sutradara Terrence Young disini. Setelah kesuksesan dua film pertama, Young merasa keberhasilannya patut mendapat kenaikan honor yang mana hal itu ditolak oleh tim produksi dan risikonya mereka mengganti Young dengan Guy Hamilton. Kali ini Bond akan berhadapan dengan Auric Goldfinger (diperankan Gert Frobe sehabis sebelumnya kiprah ini ditawarkan pada Orson Welles tapi dinilai terlalu mahal), seorang laki-laki kaya yang terobsesi pada emas. 

Goldfinger dicurigai menyelundupkan emas dalam jumlah besar ke luar negeri, dan ialah kiprah Bond untuk mencari tahu bagaimana Goldfinger menyelundupkan emas tersebut. Awalnya misi ini terasa mudah, apalagi sosok Goldfinger terlihat tidak berbahaya dan gampang dikelabui. Tapi semua itu berubah sehabis Bond mendapati janjkematian Jill Masterson (Shirley Eaton) yang ditemukan tewas di kamarnya dengan badan terbungkus cat emas. Usaha Bond mengejar Goldfinger tidak mudah. Selain alasannya ialah kepintaran sang musuh, Goldfinger juga punya seorang anak buah angker berjulukan Oddjob (Harold Sakata) yang meski tidak pernah bicarra tapi kekuatannya luar biasa (dia bisa memotong kepala patung watu dengan lemparan topinya). Bahkan meski Bond sudah dibantu oleh seorang bond girl berjulukan Tilly Masterson (Tania Mallet) yang merupakan saudara Jill dan berusaha melaksanakan balas dendam, beliau tetap tidak bisa mengalahkan Goldfinger dan malah berakhir menjadi tawanan. Disinilah Bond mulai mencari tahu rencana dan banyak sekali rahasia Goldfinger. Disini juga ia akan bertemu satu lagi bond girl yang punya nama cukup kontroversial, siapa lagi jika bukan Pussy Galore (Honor Blackman) yang juga merupakan pilot eksklusif Goldfinger.

Goldfinger melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh From Russia with Love, yakni menyempurnakan banyak sekali bond formula. Disini kita sudah mengenal sosok Q (Desmond Llewelyn) secara personal, bukan lagi sebagai bab Q branch. Dari Q, Bond akan mendapat gadget yang makin canggih disini. Yang menciptakan Istimewa ialah gadget terbaru tersebut muncul dalam bentuk barang legendaris dunia Bond, yakni Bond cars Aston Martin DB5 yang melegenda tersebut dan diberi penghormatan di film Skyfall. Ada begitu banyak pernak-pernik di kendaraan beroda empat itu mulai dari semprotan oli, gas, senjata mesin, hingga bangku pelontar. Momen dimana Bond menggunakan segala barang canggih tersebut terasa begitu keren disini, tapi masih dalam taraf bisa diterima dan belum kelewat canggih. Hubungannya dengan Miss Moneypenny makin menjadi sebuah hiburan singkat yang menyenangkan. Lalu ada musik tema Goldfinger yang dinyanyikan oleh Shirley Bassey. Lagu tersebut hingga ketika ini masih dianggap sebagai salah satu musik tema terbaik film 007. Tapi tentu saja adegan paling ikonis ialah janjkematian Jill Masterson dalam balutan cat emas. Meski karakternya mati, tapi beliau tetap abadi dalam memori penonton. Jangan lupakan juga kalimat shaken, not stirred yang pertama kali muncul di film ini.
Tentu saja masih ada begitu banyak plot hole dan hal-hal yang agak aneh dalam film ini, tapi dibanding dua pendahulunya, Goldfinger punya jalan dongeng yang jauh lebih baik. Kisahnya memang tidak sekompleks dan sebesar konspirasi perang masbodoh dalam From Paris with Love, tapi rencana yang dilakukan oleh Goldfinger dirangkum dengan begitu cerdas. Untuk pertama kalinya saya merasa ada twist dalam film Bond di era awal ini. Beberapa kejutan yang tak terduga muncul dan tentu saja itu menjadi sebuah kesenangan lebih alasannya ialah saya tidak mengharapkan adanya kejutan dalam jalan dongeng sebuah film 007. Fakta bahwa penjahatnya ialah seorang kaya yang terobsesi dengan emas dan berusaha menjatuhkan perekonomian dunia memperlihatkan adanya selipan ihwal cengkeraman kapitalisme dalam film ini. 

Goldfinger terasa makin Istimewa dengan begitu banyaknya hal ikonis dalam film ini. Selain banyak sekali bond formula dan janjkematian Jill Masterson yang sudah saya bahas diatas, masih ada beberapa hal lain yang terasa ikonis. Penjahat dalam film ini cukup memorable dan memperlihatkan teror yang lumayan. Auric Goldfinger diluar dugaan bukan hanya orang kaya yang punya obsesi tinggi, tapi juga seorang yang cerdas dan berdarah dingin. Adegan dimana Bond diancam sinar laser mengambarkan kekejamannya. Dia tidak ingin menginterogasi Bond, beliau hanya ingin Bond mati ketika itu juga. Lalu ada Oddjob yang tidak pernah bicara tapi terperinci menjadi sosok villain yang sangat berkesan. Lalu para Bond girl yang punya porsi masing-masing yang tidak sedikit. Jill dan Tilly Masterson memang hanya tampil sebentar sebelum kemudian tewas, tapi janjkematian keduanya berdampak cukup kuat pada ceritanya. Kematian Jill ikonis, janjkematian Tilly memperlihatkan efek kejut. Sedangkan Pussy Galore terperinci besar lengan berkuasa pada bagaimana Bond berhasil menuntaskan misinya.

Sosok Bond disini juga terasa begitu sempurna. Dia masih memperlihatkan kemampuannya dalam beradegan aksi, tapi Bond dalam film ini juga memperlihatkan kemampuan lebih sebagai biro rahasia. Dia beberapa kali berusaha belakang layar memasuki sarang musuh, kemudian mengumpulkan satu per satu gosip secara diam-diam. Bond juga punya gadget yang luar biasa keren disini. Selain itu diluar dugaan Bond bukanlah sosok hero tak terkalahkan, alasannya ialah disini beliau lebih banyak tak berdaya menghadapi Goldfinger dan anak buahnya. Tapi disinilah sisi Bond yang lain terlihat. Kepintaran, kemampuan mengumpulkan informasi, hingga bagaimana sosok daya pikatnya terhadap perempuan menjadi faktor kunci ia menuntaskan misi dengan berhasil. James Bond dalam Goldfinger ialah citra paling tepat dari sang jasus yang bisa diharapkan. Hal yang sama juga terasa dalam filmnya. Semua Bond Formula muncul dengan porsi yang maksimal, dipadu dengan plot yang lebih baik, penuh kejutan, dan sosok James Bond yang manusiawi tapi tetap keren. Goldfinger ialah salah satu film Bond terbaik yang pernah saya tonton hingga sekarang.


Artikel Terkait

Ini Lho Goldfinger (1964)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email